Debby dan Kyara keluar dari Ruang Ekskul Photografi setelah menyelesaikan urusan dengan Tommy - Ketua Ekskul Photografi - yang meminta mereka berdua untuk mencatat hasil foto yang akan diikutkan lomba antar SMA. Kyara memasukan kameranya ke dalam tas yang ia bawa dan tersadar akan sesuatu.
"Perpustakaan yuk...," ajak Kyara, usai Ekskul Photografi berakhir.
"Mau ngapain?," tanya Debby.
"Pinjam buku Fisika, ada yang belum sempat gue catat tadi," jawab Kyara.
"Oke deh, ayo."
Mereka berdua berjalan menuju ke perpustakaan. Ketika tiba di tempat yang mereka tuju, Debby segera duduk di sebuah meja baca untuk merapikan kamera kesayangannya, sementara Kyara langsung menuju ke rak buku tempat buku cetak Fisika tersimpan.
"Hai Kak Kyara, boleh tanya-tanya tentang Photografi?" tanya Farel, yang tiba-tiba muncul di dekat Kyara.
Kyara tersenyum beberapa saat untuk menentramkan hatinya yang tiba-tiba bersorak bahagia saat melihat sosok Farel.
"Boleh aja, tapi..., bukannya lo lebih expert dalam dunia Photografi ketimbang gue ya?" Kyara balik bertanya.
Farel tersenyum.
"Itu cuma alasan gue kok. Gue mau kenal elo lebih dari sekedar antara junior dan senior," jawab Farel, jujur.
Kedua pipi Kyara memerah seketika saat mendengar jawaban itu. Jantungnya berdebar-debar hebat melebihi batas normal. Ia tidak menyangka jika Farel akan mengatakan tujuannya secara terbuka kepadanya.
"Gue sengaja mengatakan yang sebenarnya, biar lo nggak mengira gue cuma main-main. Gue nggak mau lo berpikiran kalau gue mendekat karena ada maunya aja, gue mau lo benar-benar tahu kalau gue punya perasaan sama lo. Tapi bukan berarti lo harus nerima gue sekarang juga, nggak perlu buru-buru. Kita punya banyak waktu untuk saling mengenal, gue mau lo kenal siapa gue yang sebenarnya dan gue mau lo menerima kehadiran gue bukan karena terpaksa," jelas Farel, tanpa Kyara minta.
Kyara masih saja terdiam di tempatnya, gadis itu kebingungan ingin mengatakan apa pada Farel.
"Tapi kalau lo merasa nggak nyaman, it's okay, gue akan menjauh."
Kyara semakin terdiam. Farel mengatakan kalimat terakhirnya seakan-akan Pria itu tahu kalau dirinya sedang merasakan hal yang tidak nyaman. Ia bahagia, tapi di satu sisi ada hal yang membuatnya takut untuk membuka diri.
"Gu..., gue..., gue mungkin butuh banyak waktu Far. Kalau lo mau dekat sama gue, lo juga butuh waktu. Gue nggak bisa bilang alasannya apa. Tapi yang bisa gue katakan sama lo saat ini cuma satu, bahwa tidak semudah itu kita bisa menerima apa yang menjadi keburukan dalam hidup seseorang dan itulah yang mungkin akan jadi pertimbangan lo nantinya," ujar Kyara.
Farel tersenyum, seakan kata-kata yang Kyara katakan bukanlah apa-apa baginya.
"Gue akan terima kekurangan lo, keburukan lo, bahkan apapun yang menjadi kesalahan lo di masa lalu. Gue nggak akan mengungkit, gue nggak akan menyakiti lo melalui hal itu. Karena sebagai manusia, kodrat kita bukan hanya untuk bisa memberi, tapi juga menerima," Farel berusaha meyakinkan Kyara.
"Hidup gue nggak semudah itu Far, lo akan tetap butuh waktu untuk tahu segalanya. Dan itupun, kalau lo memang benar-benar mau mengenal gue. Gue yakin, di tengah jalan lo akan memutuskan untuk berhenti," Kyara merasa begitu.
"Itu karena lo belum kenal siapa gue...," Farel mendekat untuk mempersempit jarak antara dirinya dan Kyara, "..., gue adalah cowok ganteng yang paling keren. Di mana peraturan yang dipegang oleh cowok ganteng dan keren adalah pantang menarik kata-kata yang sudah diucapkan di depan seorang cewek baik hati kaya elo."
Kyara memejamkan kedua matanya dan berusaha untuk tidak tertawa. Bisa-bisanya juga Farel harus menjadi sekonyol itu di saat paling serius dalam hidupnya. Farel tahu kalau Kyara ingin sekali tertawa.
"Jadi..., apakah gue bisa mendapatkan kesempatan untuk mengenal elo lebih dekat?" tanyanya.
Kyara tak menemukan kebohongan di dalam raut wajah dan juga kedua mata Pria itu meskipun sejak tadi ia berusaha untuk menemukannya.
"Gimana kalau ternyata lo akhirnya berubah pikiran saat sudah tahu semua hal tentang gue?" Kyara masih juga ragu-ragu.
"Lo boleh membenci gue seumur hidup lo kalau memang gue pada akhirnya berbuat jahat dengan berubah pikiran, berhenti di tengah jalan, atau meninggalkan lo sendirian. Tapi jujur aja, gue nggak akan pernah melakukan satu hal pun dari ketiga hal tadi."
"Oke. Gue akan kasih lo kesempatan untuk mengenal gue lebih dekat dan lo harus siap untuk gue benci seumur hidup kalau sampai ada satu hal aja yang lo langgar dari ketiga hal tadi," ucap Kyara.
Farel menganggukan kepalanya lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaketnya untuk di berikan pada Kyara. Kyara menerimanya.
"Itu cokelat, tapi warnanya putih. Difta bilang kalau gue ketemu sama lo, gue harus ngasih lo yang manis-manis biar hidup lo tambah manis dengan kehadiran gue."
Kyara masih berusaha keras untuk menahan tawanya agar tidak meledak. Ia tidak mengerti, kenapa Pria di hadapannya itu bisa memiliki rasa percaya diri yang teramat tinggi.
"Kalau gue nggak nganterin lo ke asrama nggak apa-apa kan? Tapi lain kali pasti gue anterin kok."
"Iya, nggak apa-apa kok. Lagipula gue kan bareng sama Debby, nggak enak juga kalau balik ke asramanya sama elo dan gue harus ninggalin dia," balas Kyara.
"Oke. Nanti kita ketemu lagi di ruang makan. Gue pergi dulu ya Kak, cokelatnya di makan jangan di sayang, yang di sayang cukup gue aja."
HAHAHAHAHA!!!
Pertahanan Kyara akhirnya runtuh juga, ia sudah benar-benar tak mampu menahan diri untuk tidak menertawai semua kata-kata yang Farel ucapkan. Debby menghampirinya.
"Kya..., lo kenapa? Gila?" tanyanya.
"Iya..., gue gila! Gara-gara Far!" jawab Kyara yang masih tak berhenti tertawa di balik rak buku.
'Mengapa kehadiranmu rasanya sangat berbeda? Apakah kau benar-benar takkan pergi jika aku membukakan pintu hati?'
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
RaFa ; Ketika Potret Sosokmu Adalah Takdirku
Genç KurguDia sangat konyol saat berada di hadapan sahabatnya, hanya untuk membuat sahabatnya tertawa. Dia senang melakukan hal-hal konyol agar sahabatnya tetap tertawa. Kenapa aku memperhatikannya? Padahal dia adalah Pria biasa yang sama sekali tidak berusah...