24 Juni 1986, hujan lebat terbelenggu kelabu.

189 61 33
                                    


// Aku //




keluargaku sudah siap menuju rumahmu, hari paling spesial.


seketika dering telefon rumah menggema. aku mengangkatnya.


"Halo, selamat malam. Nak Pramudya?"

"Ya saya sendiri"dibalik pertanyaan itu, seperti ada duka terselimuti. Raung tangisan juga menggema.


"Ini ibunda Aninditha, anakku, maaf, sesuatu tak berpihak kepada kita,

Aninditha dipanggil sang Maha Kuasa karna kecelakaan, ikhlaskan dia nak, selipkan doa agar mendapat tempat yang indah disana"


tak ku jawab. telefon yang ku genggam jatuh, begitu juga tubuh ini–raga ini.



jadi Sadrah pada Kelabu itu sungguh terjadi kepadaku?

aku menatap langit langit, air mata mengalir deras.


"duhai asmara, bersadrah diriku. dirimu tinggalkan aku di dunia fana ini. tapi ingat, kapanpun atmamu terus bersemayam bersamaku. semoga dapat sisi terbaik oleh-Nya,

bersua dikehidupan selanjutnya, Adinda,

Selamat betulan bersinar disana,

Cintamu,

Pramudya"


—Sadrah pada Kelabu—【noirtredam】•2020•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sadrah pada Kelabu—
【noirtredam】
•2020•

[Recommend :
font -> smallest, bg -> black
for everychapters]

Sadrah pada Kelabu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang