Serendipity : 3

10 1 0
                                    

Kesal, sungguh hari ini Janitra kesal dengan semua orang dan semua hal titik.

Mulai dari dia yang sekelompok dengan Arfan, dia yang telat datang ke Sekolah berujung dihukum bersihin sampah satu Sekolah hingga kabar bahwa Salsa satu satu nya sahabat dekatnya pindah ke Sekolah lain karena disana ekstrakurikuler volly ny lebih bagus ketimbang disini.

Si sulung Malika sedari tadi diam sambil menatap papan tulis dengan raut wajah tak tertarik, karena ia sedang menduga-duga memang nya se cuek itukah dia dengan sekitar hingga kabar kepindahan sahabatnya pun ia tak tahu.

Materi yang saat itu di bahas pun tak ada yang masuk ke otak, istilah nya masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

Tapi tenang saja, walaupun ia memperhatikan materi yang sedang di jelaskan si sulung Malika ini masih bisa mengejar ketertinggalan materi di rumah dan ajaib nya ia langsung menguasai materi tersebut.

Kalau kata orang Janitra ini definisi hampir mendekati sempurna, karna tentu saja manusia mana ada yang sempurna di dunia ini.

Ia di anugerahi tubuh yang lebih tinggi dibandingkan teman teman perempuan nya yang lain, ditambah rambut hitam legam yang bergelombang di ujung nya bola mata hitam dengan pipi gembil plus lesung pipi serta senyum khas menghiasi wajahnya.

Dan jangan lupakan kacamata bening dengan bingkai kotak yang selalu bertengger menambah kesan manis pada dirinya.

Untuk urusan otak jangan di ragukan lagi, Janitra ini si pemegang ranking 1 dan 2 sedari Sekolah Dasar. Tetapi untuk urusan olahraga adalah kelemahannya.

Kan sudah di bilang bahwa Janitra hampir mendekati sempurna jadi ia juga punya kekurangan yaitu dalam hal olahraga. Kalau dibilang Janitra ini sangat benci olahraga karna memang satu satu nya bakat yang dia akui dan banggakan yaitu rebahan.

Balik lagi ke masalah Janitra yang kesal dengan segala hal, sekarang di hadapannya telah duduk Arfan yang menjadi salah satu sumber kekesalannya hari ini.

Karna di Sekolah ini menerapkan sistem berkelompok jadi mau tidak mau ia duduk berhadapan dengan Arfan dan Alia yang duduk berhadapan dengan Bagas, tetapi kalau guru sedang menjelaskan Arfan dan Bagas akan otomatis memutar kursi kearah guru tersebut.

Janitra tak tahu saja bahwa semenjak dirinya memasuki kelas pagi tadi dengan raut muka kesal serta mood yang buruk, ada seorang pemuda yang menatapnya cemas.

Ya, pemuda itu adalah Arfan. Semenjak Janitra memasuki kelas, Arfan telah memiliki firasat bahwa terdapat keterkaitan diri nya dengan penyebab mood Janitra pagi ini.

Arfan dapat menebak dengan mudah lewat tatap mata Janitra yang menatapnya tak suka sembari berlalu ke arah mejanya yang masih dalam satu kelompok.

"Jan, kamu gapapa?" Tanya Alia dengan nada penasaran. "Ha? Gue? Ngga gapapa elah, emang kenapa sih?" Janitra balik bertanya dengan raut muka bingung.

"Emm, ngga sih gapapa cuma kamu dari tadi pagi muka nya asem banget jadi aku pikir ini ada kaitannya sama kepindahan Salsa." Jelas Alia mengakhiri rasa penasaran Janitra.

"Ohh gitu yaelah masalah gituan doang mah gausah di bikin ribet, yang nama nya pertemuan pasti ada perpisahan kan. Nah mungkin emang udah waktunya gue sama Salsa pisah tapi kan jaman sekaran udah canggih kita masih bisa chat an." Ucap Janitra sambil mempraktekan gaya orang sedang mengetik pesan di smartphone.

"Jadi, sekarang perasaan kamu udah biasa aja?" Tanya Alia lagi. "Iya Alia biasa aja perasaan gue." Jawab Janitra dengan gaya yang sok biasa saja padahal dari tadi Janitra rasanya ingin mengutuk Salsa yang tidak membalas pesan ataupun mengangkat panggilan nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang