Pelamaran (2)

35 11 0
                                    


Saat ini Ran sedang berada di kamarnya. Matanya menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong selama satu menit. Seketika Ran menghela nafas dan mulai menggila.

Dia berguling di atas tempat tidurnya, dan membantingi guling dan bantalnya karena merasa kesal akan dirinya. Kelakuannya di rumah Jona tadi malam sungguh memalukan. Bahkan, dia sudah tidur namun kejadian malam tadi masih terus berputar di kepalanya.

"Hei, bukan saya yang mesum. Tapi kamu!" Ucap Jona sambil membelakangi Ran dan menggantungkan handuk yang dia gunakan ke pundak lebarnya. Ran yang baru sadar akan penampilannya, masih menutupi dadanya dengan handuk.

"Ya kamu lah! Kan kamu yang sengaja menarik saya supaya jatuh ke kolam! Dih," balas Ran dengan kesal sambil mulai berjalan mendahului Jona.

"Lalu, kamu mau pulang seperti itu?" Tanya Jona lagi dengan ekspresi yang berhasil membuat Ran kesal. Wanita itu menggeram di dalam hati.

"Memangnya kamu punya baju perempuan?" Tanya Ran yang diangguki oleh Jona. "Punya. Baju almarhumah istri saya." Jona menjawabnya dengan santai sambil melewati Ran.

Hati Ran merasakan perasaan yang campur aduk. Dia merasa bersalah karena mengungkit seseorang yang berharga dan telah pergi dari Jona, namun entah mengapa dia merasa sedikit lega ketika mengetahui bahwa saat ini Jona adalah seorang single parent.

"Ini" sodor Jona kepada Ran. Itu adalah dress off shoulder berwarna merah maroon yang tampak mahal.

"Thanks" ucapnya sambil berjalan menuju toilet yang telah ditunjukkan oleh asisten rumah tangga Jona.

Setelah mengganti pakaiannya, Ran berencana untuk langsung pulang. Namun, dia mendapati Gracia tertidur di sofa, dia mendekati dan duduk di dekat Gracia. Dia memandang wajah Gracia dan mendapati bahwa Gracia sama sekali tidak mirip dengan Jona.

"Dia mirip mamanya" tiba-tiba saja Jona muncul di belakang Ran dan mengagetkannya. "Oohh" Ran mengerti. Dan Ran juga menyadari betapa cantik ibu dari Gracia.

"Ayo saya antar." Tawar Jona.

"Ah, gak perlu. Saya bisa sendiri" Ucap Ran dan mulai mengambil tasnya bersamanya.

"Siapa yang mau mengantar kamu sampai rumah? Saya hanya akan antar kamu ke luar" Ran mengerucutkam bibirnya sedikit. Dan langsung berjalan tanpa menunggu Jona.

"Yaudah, saya pulang. Jangan lupa titip salam ke Gracia ya" Ujar Ran ketika mereka sudah sampai di depan rumah besar itu. "Iya" Jona menjawabnya singkat.

Dan demi Tuhan! Ran baru ingat tujuannya datang ke rumah pria itu.

"Ehm..saya" Jona menatap Ran bingung. Pasalnya wanita itu belum beranjak sedikitpun dari tempatnya.

"Saya.." Ran berperang batin. Sebenarnya dia juga bingung, apa yang membuat dia ragu untuk bertanya mengenai Alfian.

"Gak jadi deh, saya pulang dulu" Ran dengan cepat melangkah meninggalkan Jona.

Namun lagi-lagi,

Gubrak!

Ran jatuh karena heels yang dia gunakan patah. Kakinya sangat sakit hingga Ran menangis seperti anak kecil.

Ran menutup wajahnya malu. Seharusnya dia memberi kesan 'wanita independen' kepada Jona, namun apa ini? Ran tidak tahu harus berbuat apa ketika menyadari ekspresi Jona yang menahan tawa sekaligus memandangnya dengan kasihan. Padahal rencananya, Ran akan pulang sendiri ke rumah. Namun, pada akhirnya Jona mengantarkannya sampai rumah.

Saya TerimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang