Pengenalan tokoh+Prolog

26 6 2
                                    

Sebelumnya aku peringatkan untuk readers setiaku bahwa ini bukan tentang anime atau hal-hal yang berbau Boruto. Tapi aku nama pada tokoh agak sedikit ke-jepang-jepangan. Sebenarnya sebelum aku kenal dengan yang namanya 'anime' aku sudah mempersiapkan matang² ide cerita ini dengan teman sebangkuku fachann_

1. Karra Zoe

Panggil saja si konyol ini Zoe. Dia mempunyai paras yang menggemaskan, bagaimana tidak pipinya itu sangat gembul. Walau begitu sifatnya masih kekanak-kanakkan. Kadang kalau dia sedang sedih dia akan membuat lelucon untuk sahabat-sahabatnya, dan kesedihan itu hilang sirna.

2. Alexa Hazume.

Gadis yang satu ini sifatnya hampir mirip dengan Zoe, tapi jikalau dia bertemu atau bertatap muka dengan seorang pria, wajahnya akan berubah menjadi dingin. Jika dia marah, berhati-hatilah sifatnya akan berubah drastis! Dia bisa saja membunuhmu dengan sebilah pisau. Panggil perempuan ini Alexa.

3. Licosta Koromeni

Panggilannya adalah Lico. Gadis yang satu ini sangatlah kreatif, dia bisa mengubah sebuah sampah menjadi kerajinan yang indah. Tapi dibalik semua itu, Lico adalah gadis yang sangat tertutup bahkan ke-tiga sahabatnya ini tidak pernah bertemu dengan orang tua Lico.

4. Meika Rinatte

Dingin, kejam, tatapannya sangat membunuh. Dia beranggapan bahwa siapapun yang berani menyentuh sahabat-sahabatnya dengan sembarangan, akan dia potong-potong tubuh orang itu. Sifatnya sangat dewasa, selalu berfikir panjang agar tidak menimbulkan risiko. Ketelitiannya membuat para sahabatnya tidak bisa menutupi kebohongan mereka kecuali Lico. Gadis ini sering dipanggil dengan nama Mei, karena memang dia lahir dibulan Mei.

Author POV

Matahari sudah menembus jendela gadis bermata hitam gelap ini, namun dirinya tak terbangun juga dari tidur nyenyaknya. "Zoe! Bangun nak, ini sudah hampir jam tujuh!" sudah ke lima kali ibunya membangunkannya.

Gadis itu bangkit dan berteriak menyalahkan Ibunya karena tidak membangunkannya. "Mama sudah bangunin kamu, tapi kamunya aja yang minta waktu lebih untuk tidur" cibir wanita yang masih muda itu. Bisa dibilang dia menikah muda. Sekarang mungkin umurnya baru 32 tahun.

Dengan sigap gadis itu meraih handuk dan menuju kamar mandi.

Lima menit kemudian dia keluar lalu menuju kamar pribadinya. Langsung dia mengeluarkan sergam sekolahnya. Gadis ini memakai kemeja berwarna putih diikuti rok selutut berwarna hitam yang menutupi setengah kemejanya. Rambutnya ia biarkan digerai.

Satu demi satu ia turuni anak tangga dengan terburu-buru. Sekarang dia telah siap pergi sekolah. Tapi sebelum itu dia mengambil roti panggang buatan Ibunya dengan rakus, Ayahnya sudah berangkat atau mungkin tadi malam tidak pulang karena pekerjaannya yang banyak dan terpaksa harus menginap di kantor.

"Ma aku berangkat dulu ya!" serunya setelah meneguk segelas susu hangat. Ibunya hanya berdehem. Zoe, sudah biasa dia berangkat se siang ini bahkan hampir setiap hati dia kesiangan.

//\\//\\//\\

Zoe turun dari bus setelah ia sampai ditujuan. Koridor sekolah sudah sepi, setiap kelas yang dilewati Zoe sudah terisi oleh siswa/i yang dipandu oleh guru pengajar. Sesekali angin menerpa rambutnya sampai menutupi matanya.

Brak!

Dia membuka pintu kelas dengan kasar. Seketika pandangan beralih padanya. Di sinilah Zoe, di kelas Biologi-II. Terlihat teman-temannya masih bersenda gurau dengan teman sebangkunya, pertanda baik bahwa guru yang mengajar jam pertama belum datang.

"Syukurlah aku tidak terlambat" gumamnya di ambang pintu. Pandangan para teman-temannya sudah tak tertuju pada Zoe sekarang, mereka sudah terbiasa dengan sifat Zoe yang selalu terlambat.

Zoe duduk di sebelah gadis sepantarannya. Terlihat gadis itu tengah menenggelamkan mukanya dimeja. Tanpa ragu Zoe memanggilnya.

"Alexa!" sontak gadis itu terlonjak kaget.

"Ish! Kaget tauk! Hah ada apa?!" omelnya. Gadis bernama Alexa itu memijat pangkal hidungnya.

"Kau ini kenapa?" Zoe melempar pertanyaan.

"Sekolah kita akan mengadakan camping ke hutan" tiba-tiba gadis dibelakangnya menjawab pertanyaan Zoe. Zoe langsung menghadap ke gadis itu dan memutar badannya 90°

"Terus? Apa hubungannya dengan Alexa?" tanyanya polos.

"Kau tau kan? Dulu Alexa pernah cerita tentang kakaknya yang hilang ditengah hutan, mungkin saja dia trauma" sambar orang yang ada disebelah gadis tadi.

"Apa benar yang dikatakan Mei, Xa?" Alexa mengangguk sebagai jawaban.

"Hohoho! Jangan takut Alexa, ada aku, Lico dan Mei yang akan menjagamu. Iya kan?" tawanya atau lebih tepatnya sifat kekanakkannya muncul.

"Tapi.." Alexa menggantung kalimatnya.

"Tidak apa Alexa, benar yang dikatakan Zoe padamu. Kita itu sahabat bukan?" perempuan yang bernama Lico itu angkat bicara, walaupun pandangannya masih keukeuh pada kertas origami yang ia lipat. Sementara Mei, gadis yang ada disampingnya mengangguk.

"Hm...? Baiklah kalau begitu" senyum mengembang di bibir Alexa.

Tuk.

Tuk.

Tuk.

Suara derap langkah kaki seseorang membuat para siswa/i Biologi-II menata duduk mereka, tak lupa mereka membereskan barang-barang yang ada dimeja mereka.

Pintu kelas yang tadinya tertutup terbuka menampakkan sosok guru yang usianya hampir menginjak kepala lima itu dengan muka yang menyeramkan. "Maaf Ibu terlambat" ucap si guru tadi terkenal killer di SMA kemuning.

"Iya bu" jawab semua murid serempak.

"Benar apa yang dikatakan Zoe, Lico dan Mei. Mereka pasti akan menjagaku" batin Alexa.

Gimana? Gimana?? Bagus gak? Komen dong biar aku bisa lebih baik nyusun kata-katanya...

Voment  ya kawan-kawan sekalian...

See you next part♥^_^

Seven Jewel StoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang