JANGAN LUPA VOTE!•
•
•Kaisan memasuki rumahnya usai menyelesaikan serangkaian kegiatan belajar mengajar di sekolah hari ini. Ia membuang nafas berat. Sepi, luas dan hampa. Tiga kalimat itu cukup bisa mendefinisikan bagaimana keadaan rumahnya. Ia berjalan menuju lantai atas. Tempat kamarnya berada. Kaisan segera berganti pakaian. Sampai, notifikasi tanda pesan masuk terdengar dari ponselnya. Sebuah pesan masuk dari Catra.
[Warson.]
[Ok.]
Belum sempat Kaisan menaruh ponselnya, benda itu berbunyi lagi. Kali ini, bukan pesan, melainkan sebuah panggilan telepon.
[Hallo bro.]
"Ada apa Dir?"
[Gue lupa mau laporan.]
"Bukti baru tentang sabotase?"
[Bukan. Semalem adik lo mabuk, bukan hanya semalem sih, dua minggu terakhir dia jadi rajin minum.]
"Siapa?" Rahang Kaisan mengeras.
[Yang megang Atmajaya.]
Kaisan berdecak lalu mematikan telepon begitu saja. Ya, setidaknya ini momen yang pas untuk menyelesaikannya.
Kaisan meraih kunci mobilnya. Menuju tempat andalan Raksi. Letaknya tak jauh juga dari markas. Hanya hampir satu kilometer saja. Kaisan memarkiran mobil hitamnya di halaman warung yang cukup luas. Disana sudah ada beberapa anggota Raksi.
"Tumben bang bawa mobil." Tanya Wangga yang juga datang bersamaan dengan Kaisan.
"Tes aja, udah lama gak keluar kandang." Kaisan merangkul Wangga, membawa junior nya itu masuk ke warung. "Gimana sekolah lo?"
"Aman bang!" Ucap Wangga sambil mengacungkan ibu jarinya.
Kaisan melepas rangkulannya. Mengangguk, "Pesenin gue mie Ngga, biasa."
"Siap Komandan."
Kaisan berjalan ke arah berkumpulnya anak Raksi yang junior. Menatap dingin beberapa diantara mereka. "Jun, ikut gue."
Arjuna, salah satu anggota junior Raksi yang bersekolah di Atmajaya itu segera berdiri. Mengikuti langkah Kaisan. Lelaki itu berhenti di bawah pohon mangga.
"Ada apa bang?" Tanya Arjuna.
"Gue perlu tahu tentang Wangga."
Arjuna menatap Kaisan. "Abang udah tahu?"
"Lo udah tahu kalau Wangga mabuk kenapa gak bilang ke gue atau seenggaknya ke abang lo yang lain Jun. Gue gak bakal tahu kalau Diran gak kasih tahu."
"Junior yang lain tahu bang, tapi kita semua udah dibilangin Wangga buat gausah ngadu ke abang-abang, dia janji kalau apa yang dia lakuin cuma sementara."
Kaisan menghela nafas berat. "Selain mabuk, Wangga berulah apalagi?"
"Dia bolos bang, selama bang Kaisan pemulihan yang cukup lama, Wangga setiap bulan pasti ada aja bolosnya. Cuma dulu gak pernah mabuk, akhir-akhir ini dia jadi sering mabuk."
"Oke. Thanks Jun.",
"Bang, gue minta maaf ya karena nutupi ini semua."
Kaisan tersenyum kecil, menyentuh bahu kanan Arjuna. "Lo gak salah dek. Gue sebagai abang lo di Raksi cuma minta satu aja, lo gak usah ikut-ikutan dia yang mabuk dan bolos itu dan kalau lo tahu ada anak Raksi berulah di Atmajaya, lapor gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
KAISAN ; s e r a p h i c
Teen Fiction[SUDAH GANTI JUDUL] Ini adalah cinta yang datang tanpa butuh waktu yang benar-benar lama. Munculnya memang singkat, tapi jalannya sangat berat. Kisah ini bukan hanya tentang bunga cinta yang tumbuh perlahan di halaman rumah yang bernama "perasaan ci...