14. Titik Temu

155 16 7
                                    

Jika itu kamu, hanya jika orang itu adalah kamu. Maka aku, tidak akan segan-segan untuk membuang egoku.

🌸    Tanya Fajar   🌸






Harum. Fajar menyukai aroma rambut Tanya. Mungkin itu sebabnya saat ini dia merasa begitu nyaman berada di sisi gadis itu. Ia menyadari, ada aroma menenangkan yang menguar sejak Tanya berada di sekitarnya, dan menjadi semakin kuat karena semenjak Tanya bersandar penuh padanya.

Gadis itu tertidur begitu pulas, sampai-sampai tak sadar ia telah menjadi penyebab keram bahu Fajar. Namun pemuda itu tidak keberatan. Setidaknya jika gadis itu tertidur mereka tidak harus bersitegang seperti tadi, kan?

Jauh di lubuk hatinya, ada perasaan rindu yang ia kubur rapat-rapat karena takut akan respon gadis itu. Sejujurnya Fajar senang saat Jihan dan Diana menawarkan dirinya untuk pindah ke bus mereka. Jadi ia bisa melihat Tanya.

Namun siapa sangka kalau ternyata kontribusi dewi fortuna jauh lebih besar dari yang ia harapkan? Bibirnya nyaris tidak bisa ditahan, tanpa sadar dengan lancang bibirnya bergerak melengkung sendiri saat gadis itu masuk ke dalam bus sampai-sampai ia harus terus memalingkan wajah ke arah jendela.

Menyinggung soal jendela, Fajar mengerutkan keningnya, merasa tidak senang menyadari sinar matahari ini menyoroti wajah Tanya yang sedang tertidur. Fajar mencuri pandang sedikit ke wajah gadis itu.

Namun, ia segera menyesali keputusannya karena Tanya terlihat semakin cantik dan jantungnya kembali berdebar kencang. Debarnya segera teralih saat gadis itu sedikit bergerak karena tidak nyaman akan sinar matahari.

Fajar dengan sigap menyibak gorden yang memang dipasang pihak travel untuk menghalangi matahari seolah tidak mengizinkan sang surya menganggu tidur Tanya.

Ia juga baru menyadari kalau suasana bus sekarang hening karena lebih dari separuh isi bus kini terlelap. Hanya dirinya dan beberapa siswa yang masih terjaga.

Fajar mengeluarkan jaketnya dari dalam tas saat menangkap pemandangan Tanya yang sedikit mengigil karena kedinginan. Setelah menyelimuti gadis itu seadanya, tangannya terjulur hendak mengusap pelan rambut Tanya.

Namun ingatannya akan ucapan Tanya tempo hari kembali terngiang di kepalanya seketika membuat Fajar mengurungkan niatnya. Jika teman saja bukan, mana pantas ia melakukan hal yang seperti itu, batinnya.

Entah karena rasa kecewa atau memang mengantuk, akhirnya Fajar kalah dari keinginannya untuk tetap terjaga. Kedua kelopak matanya menutup, menyembunyikan iris kelamnya untuk beberapa saat.

Keduanya terbangun saat siswa lain mulai berisik karena mereka hampir sampai di tempat peristirahatan pertama. Fajar yang sadar terlebih dahulu langsung menarik jaketnya dari Tanya lalu kembali memejamkan mata seolah masih tidur.

"eunghh ...," Tanya mengucek kedua matanya pelan dan membuka mata tanpa menyadari kalau sejak tertidur tadi ia bersandar pada Fajar.

Melihat siswa lain yang sudah berhamburan, membuat Tanya merasa serba salah. Ia menatap Fajar beberapa saat. Menimbang-nimbang haruskah ia membangunkan pemuda itu?

Tapi apa tidak aneh jika ia tiba-tiba dengan santainya mengajak pemuda itu berbicara setelah kejadian kemarin?

Di tengah-tengah pertimbangannya, Tanya tiba-tiba meremas perutnya pelan.

"Aduh ...," ucapnya tanpa sadar, membuat Fajar langsung membuka matanya dan menatap Tanya khawatir.

"Kenapa? Lo sakit?" tanya Fajar dengan sigap menempelkan tangan ke dahi Tanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tanya FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang