27 Juni 2027.
Refa memindahkan baju-baju yang sudah selesai dibilas ke alat pengering di mesin cuci. Setelah mengatur waktu pengeringan menjadi lima menit, ia buru-buru mengelap tangannya, kemudian mengambil ponselnya yang berbunyi semenjak beberapa detik lalu.
"Halo?" sapa Refa, kemudian menurunkan ponselnya lagi untuk melihat nama peneleponnya. "Iya, Mei?"
"Lo abis ngapain dah ngos-ngosan gitu?" tanya Meita.
"Nyuci baju."
Meita tertawa. "Oalah."
"Ngapain nelpon, Mei?"
"Bunganya dianter nanti sore, ya," ucap Meita.
"Oke, tapi sejam sebelum nganterin, ngomong dulu ya ke gue," ujar Refa.
"Iya, iya," balas Meita. "Terus besok jadi, kan?"
"Jadi, lah. Masa enggak," ujar Refa.
"Oke. Kalo gitu gue tutup dulu ya, Ref."
Refa meletakkan kembali ponselnya di atas meja, dan terperanjat saat menemukan Reva ada di belakangnya. "Kamu sejak kapan ada di situ?"
"Barusan," ujar Reva. "Kamu telponan sama siapa?"
"Sama Mama," ujar Refa, bohong. Ia berjalan menuju mesin cuci yang sudah selesai mencuci pakaian, kemudian menaruh pakaian-pakaian setengah kering itu ke dalam ember. Reva mendekat, membantu Refa menyelesaikan pekerjaannya.
Reva mengikuti Refa yang berjalan ke arah jemuran sambil membawa ember. "Mama?"
Sambil mengambil salah satu pakaian, Refa mengangguk. "....iya."
Reva ikut menjemur pakaian. Ia mendengus. "Kamu ngobrol sama Mama pake lo-gue?"
Refa menelan ludahnya, merutuki kebodohannya sendiri.
"Iya, maaf. Aku telponan sama Talitha tadi," ujar Kyuhyun, kemudian menarik napas dalam. Ia tahu bahwa menutupi kebohongan dengan kebohongan lainnya bukanlah hal yang terpuji untuk dilakukan, namun bila ia jujur, maka rencananya bisa terbongkar.
Bunga yang tadi dibicarakan Meita adalah bunga yang Refa pesan untuk hadiah ulang tahun Reva besok. Atau tepatnya nanti malam, jam dua belas. Sedangkan acara besok adalah acara makan-makan bersama Kelompok Bermain.
Reva mengangguk-angguk. "Ref. Kamu bisa ke kamar aja, gak? Biar aku yang jemur."
Refa mengernyitkan dahinya heran. "Kenapa? Kamu aja yang ke kamar, biar kamu istirahat."
"Maaf, tapiㅡ" Reva terdiam sebentar sebelum melanjutkan perkataannya. "ㅡaku lagi gak mau ngeliat kamu."
Kalimat Reva barusan membuat jantung Refa berdegup kencang. Ia buru-buru melangkah mendekati Reva, kemudian memeluk perempuan itu.
"Maaf, ya. Maaf aku bohong," ujar Refa, tangannya mengusap-usap rambut Reva. "Maaf."
Reva melepaskan pelukan Refa. "Aku tau kamu ngerasa bersalah, tapi aku tetep lagi males ngeliat kamu. Jadi, boleh gak kita gak ketemu dulu sampe aku udah enakan?"
Refa menggigit bibirnya pelan, bingung cara apa lagi yang harus ia lakukan untuk membujuk istrinya. Ia menutup mata, mengapa dirinya begitu bodoh?
"Ref?"
Refa memeluk Reva lagi. "Kapan kamu enakannya?"
"Gak tau," balas Reva. "Nanti aku bilang ke kamu kalo mood aku udah bagus."
Refa mendengus. "Selama apa?"
"Aku gak tau, Ref. Kamu tau kan aku kalo lagi gak mood itu gak suka dimanis-manisin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reva & Refa [COMPLETED]
Roman d'amour"Kenapa lo manggil gue Va? Orang lain biasanya manggil gue Rev," tanya Reva. "Soalnya gue juga dipanggil Ref. Aneh aja, kayak manggil diri sendiri," jawab Refa. "Tapi kan gue pake V, lo pake F. Beda, lah." Refa menatap Reva selama lima detik, kemudi...