Rumah

15 1 0
                                    

Pernah gasi kalian ngerasa asing sama orang yang paling deket sama kalian dulu?

Merasa ga nyaman atau khawatir mengganggu kalau mau cerita ataupun sekedar bertanya kabar?

Sampai ingin rasanya memulai percakapan

'hai, ada waktu luang?'

'ada yang mau aku bicarain'

'kamu ada waktu? Apa kabar?'

Padahal dari dulu kamu udah anggap dia rumah, tempat kamu balik pas capek, tempat mengeluh saat dunia terasa ga adil atau apapun itu. Tapi sekarang, saat ini, rumah itu penuh, sesak. Bukan lagi hanya kamu di dalamnya, melainkan ada yang memang harus dia prioritaskan saat ini. 

So memang siklusnya begitu, semua ada masanya, semesta mungkin mau sampaikan ke kamu 

"udah saatnya kamu berdiri sendiri, kamu lebih kuat dari apa yang kamu bayangkan"

Dan yea. Aku rasa memang siklusnya gitu, oke fine, aku ikut maunya semesta.

-----------------------

Pagi bercerita banyak hal kali ini,

Mentari pun terlihat malu untuk menyapa,

Tentang rasa yang semakin menjadi,

Tanpa kata yang mewakilinya.

Pagi bercerita tentang mu kali ini,

Iya kamu, salah satu makhlukNya yang hebat

Tentang jiwa hebat mu yang pantang menyerah meraih mimpi,

Meski ribuan panah datang menghambat. 

Aku heran mengapa melepaskan mu menjadi hal yang sangat berat untuk aku lakukan.  Padahal aku tau,  aku cukup mengikhlaskanmu saja.  Mudah sekali untuk mengucapkannya, nyatanya, aku lebih lemah dari terakhir kali kamu melepasku dulu. 

Tapi satu hal yang pasti, aku harus dan mau tidak mau merelakan mu bukan? Aku pasti akan mencobanya, jangan khawatir. Aku pasti bisa,  meski butuh waktu yang bahkan aku sendiri tidak tau sampai kapan. 

"Rin... Kenapa melamun terus? Ada masalah ya?" ucap Alya dengan lembut. 

"eh Alya, gak ko aku gaada masalah. Biasa, kurang tidur aja," ucapku. Aku tidak berbohong. Aku memang sulit tidur akhir akhir ini.  Banyak hal yang membuat aku mengingatnya lagi,  mau tidak mau. Seperti saat ini,  aku harus terlibat satu evant dengannya. Ia dia laki laki pertama yang berhasil menyentuh hati ku,  sekaligus laki laki pertama yang mrngajarkan aku betapa sulitnya merelakan. 

LangkahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang