Seline berbalik dan menatap langsung pada Hana. "Bukan Luna. Tapi Seline!"
"Saya tahu nama Anda adalah Seline. Tapi Luna adalah panggilan yang—"
"Tidak!" Potong Seline cepat. "Namaku Seline, panggil aku dengan nama Seline. Aku tidak mau menjadi Luna!"
"Ma-maksud Anda?" Tanya Hana hati-hati, jantungnya berdebar cepat menunggu jawaban sang Calon Luna, benaknya dipenuhi pertanyaan mengenai arti dari kalimat Seline sebelumnya.
Sebuah senyum terukir indah dari bibir wanita tersebut. "Kenapa malah bertanya? Tentu saja karena namaku Seline, bukan Luna. Rasanya sangat aneh mendengar orang-orang memanggilku dengan nama lain."
"Mmm... Begitu..." Tanpa sadar Hana menghela napas lega.
"Bagaimana kalau kau menemaniku berkeliling di sekitar, mansion ini begitu besar, aku takut suatu saat kesasar ketika berjalan-jalan sendirian."
"Dengan senang hati Luna."
"Seline!"
"Ah iya, Nona Seline!"
"Hanya Seline, tanpa embel-embel Nona ataupun Luna."
"Maaf Nona, saya tidak bisa."
"Tck, terserah tapi jangan memanggilku dengan sebutan Luna."
Hana hanya mengangguk lalu memandu Seline berkeliling mansion, sesekali matanya melirik pada buku bersampul putih yang masih dipeluk erat wanita itu. Sedikit heran saat memperhatikan bagaimana Seline terus memeluk buku itu tanpa membalikkan sampulnya.
Hana mulai bertanya-tanya, buku jenis apakah yang telah ditemukan oleh Seline?
*****
Siang berlalu dengan cepat dan bergantikan dengan kehadiran bintang-bintang kecil di langit malam. Seline duduk manis di sana, sambil menyantap hidangan makan malam yang disajikan di depannya. Mulutnya memang sedang mengunyah makanan tapi matanya sesekali menatap setiap orang yang juga duduk bersamanya mengelilingi meja makan. Suasana begitu senyap, tak ada yang berbicara sedikitpun seolah itu merupakan sebuah aturan yang selalu diterapkan. Meski terlihat berusaha untuk membaur dengan suasana yang ada, Seline tidak bisa menenangkan pikirannya yang sejak siang tadi mulai menebak-menebak, terlebih dengan adanya suara-suara itu.
Dia terpengaruh, terpengaruh oleh setiap kata yang tertulis di buku bersampul putih tersebut, setiap kata yang tertulis terlihat begitu rumit untuk Seline pahami dan percayai, tapi saat ia dihadapkan oleh kenyataan yang ada, apakah Seline harus tidak mempercayai setiap kata yang tertuang pada buku bersampul putih itu?
Seline sekali lagi menatap wajah-wajah di sekitarnya. Dan kini ia sudah bisa menduga.
Alzeita Seline, kau benar-benar terjebak!
Seline tersentak kecil saat merasakan sebuah sentuhan hangat pada tangannya, ia menunduk dan menemukan tangan besar Alcan menggenggam tangannya erat. Mata Alcan menatapnya dengan lurus, seolah mengirimkan pertanyaan tersirat padanya.
"Ada apa Seline?"
Seperti itulah kira-kira arti dari tatapan Alcan padanya.
Seline hanya tersenyum tipis lalu menggeleng pelan, ia ingin melepaskan genggaman tangan Alcan tapi tangan pria itu makin mengencang, bahkan Alcan menyelipkan setiap jarinya di sela-sela jari Seline, mengantarkan getaran lembut hingga ke membuat jantungnya kembali berdetak.
"Apa ini adalah salah satu efeknya?" Pikir Seline.
"Aku dengar dari Hana, kamu sudah berjalan-jalan melihat mansion," ucap Mulan memulai. Alat makannya telah ia letakkan di atas piringnya dengan rapi. Sedangkan yang lain masih sementara menikmati makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of The OffSpring
WerewolfAku terjebak, tak ada jalan lain untuk mundur dan aku tak akan pernah bebas dari ikatan takdir yang telah tertulis dalam catatan hidupku. Aku penggemar kisah fantasi, tapi tak pernah menyangka bahwa kisah itu akan terasa nyata saat ini. Saat ia berg...