Hari-hari berjalan kembali seperti biasanya. Justru terkadang terkandung lebih banyak jawab dibandingkan dengan tanya. Setiap saat setiap waktu semesta memberikan kebahagiaan terus menerus dan perlahan meningkatkan derajatnya. Beberapa kejutan pun disajikan dengan mata yang semakin sering terarah pada senyumnya.
Dengan ini tak ku kira tak akan ada lagi protes. Nikmati saja semuanya sembari berproses.
Apa yang akan semakin sering kudapatkan ketika sudah menjalani kelas selain indahnya senyum dan canda tawamu? ya , tentu saja itu adalah tugas yang akan semakin menumpuk. Bukan sebuah hal yang buruk. Namun seringkali membuat kesal saja. Ingin rasanya hal tersebut kukutuk. Katanya dengan kita semakin sering mendapatkanya intelegensi kita akan semakin terbentuk. Namun nyatanya seringkali kita justru menjadi lebih malas dan mental kita pun ambruk. Terutama denganku yang sering kali dengan kegiatan luar kelas yang terlampau sibuk. Ketika di campuri dengan hal seperti ini aku menjadi semakin terpuruk.
Ancaman lain, tugas kali ini akan dikerjakan secara berkelompok dan bukan sendiri-sendiri. Seketika rasa tidak suka semakin membanjiri. Sekian lama melakukanya sebenarnya adalah yang paling ku hindari. Bekerjasama dengan orang lain bukanlah keahlianku. Semua juga tahu bahwa dengan orang lain selain kamu kepribadianku cukup kaku. Dari pada banyak berbicara dan mengemukakan pendapat aku lebih banyak diam membisu.
Sebagian besar orang dengan hal ini juga akan berdecak. Pembagian kelompok akan dilakukan secara acak. Beberapa memang melakukan protes dan memberontak. Namun kita tak bisa membantah. Karena pemegang otoritas tertinggi yang kali ini memberikan perintah. Meskipun banyak yang berkeluh kesah. Pada akhirnya semua menerimanya dengan pasrah.
Putus sudah harapan.
Dari semua cara, ini yang paling tidak aku sukai dan inginkan. Namun setelah hasil dibacakan. Aku menarik kembali kata-kata yang sebelumnya telah ku lontarkan. Iya benar, aku memang memiliki hati yang plin plan. Bagaimana aku tidak terkagetkan, jika hasilnya adalah aku denganmu yang di pasangkan.
Mendengar hasilnya aku menjaga sikapku agar tetap terlihat biasa saja dengan kokoh. Aku tidak ingin terlihat begitu heboh. Karena mungkin harga diriku akan roboh. Apalagi jika itu olehmu yang suka mengejekku dengan tidak senonoh.
Kenapa ?
Ada apa dengan ekspresimu itu. Kenapa kau justru diam seperti itu. Biasanya kau cukup heboh bertingkah laku.
Apa ini? Aneh sekali melihatmu yang hanya diam dan muram. Padahal biasanya kau selalu dalam euforia jatuh tenggelam. Apakah kau tak suka jika menjalani ini bersama? Atau justru kau malu untuk mengakuinya padahal kau sebenarnya menginginkanya? Sudahlah tak usah terlalu dipikirkan. Nanti juga akan datang sendiri jawabanya. Tidak seperti yang lain yang langsung tergesa saling mendiskusikan tugasnya. Kau hanya berbicara padaku seperlunya saja. Katamu tidak ingin membahasnya dulu. Bukan juga hal yang harus dikerjakan dengan terburu-buru. Untuk hal itu, aku setuju denganmu. Tanpa berpikir panjang dengan cepat kita tentukan. Jika di rumahmu saja tugas akan bersama kita kerjakan.
Masalah terselesaikan. Kita lanjutkan percakapan dengan mengobrol santai tanpa beban. Biarkan saja yang lain tenggelam dalam kesibukan. Kali ini mungkin padamu ingin bagaimana aku serahkan. Katamu kau sedang tidak ingin terlalu banyak berpikir. Entah itu serius atau hanya kau gunakan padaku untuk menyindir. Sebenarnya ketika dihadapkan pada hal seperti ini akulah yang selalu menyingkir. Sesekali memang kita juga perlu bersantai di tengah keramaian kelas. Memberikan sedikit waktu agar beban-beban sedikit terlepas. Ide yang sangat menarik jika menghindari penatnya kelas. Kita Pun memutuskan untuk melanjutkan nya di bawah teras. Di sini aku dapat dengan jelas melihat senyummu yang begitu lepas.
Ternyata gadis serajin kamu bisa juga merasakan yang namanya jenuh. Bisa juga melampiaskan beberapa kesal dalam keluh. Kali ini aku bisa melihatnya dengan menyeluruh. Itu membuatku merasa teduh. Tak melulu aku harus dihadapkan dengan sosokmu yang nyaris sempurna. Aku merasa lebih nyaman denganmu yang apa adanya. Seperti saat-saat kita menghabiskan waktu berdua bersama. Tak ada gengsi ataupun harga diri yang perlu kau jaga.
Karena hanya hati yang kau bawa. Dan kupastikan bahwa adalah bukan tugasmu untuk menjaganya.
Aku yang akan menanganinya.
Dari banyaknya beban yau telah kau pikul dan ku saksikan. Aku tak ingin kau bertanggung jawab akan semua itu sendirian. Sekarang kau telah memiliki seseorang yang selalu siap sedia memberikan bantuan. Yang bekerja dengan penuh keikhlasan. Tak butuh bayaran lain selain dengan hanya senyuman.
Manisa sekali dirimu yang berada di sisiku oleh angin diterpa. Sembari berbicara lembut yang mengindahkan suasana. Aku sampai terbawa. Tiap kali menoleh ke samping sulit sekali untukku memandang ke lain arah. Saat itu terlalu indah. Bahkan aku berada pada titik tak sanggup bicara. Dan menjawab segala perkataanmu dengan kata "Iya."
Waktu yang sangat istimewa dan berharga. Semoga ini akan selalu berulang dan tidak berakhir. Meski kita dipertemukan secara kebetulan, jangan sampai kita terpisahkan oleh takdir. Aku terlarut pada lamunan yang cukup lama sampai tak sadar bahwa kebersamaan pada hari itu akan segera berakhir.
Kenapa aku merasa begitu bimbang. Karena setelah tiba waktu pulang kebersamaan kita akan tanpa jeda dengan sangat cepat terulang.
Aku akan langsung mampir ke rumahmu untuk bersama mengerjakan tugas sesuai kesepakatan. Hal ini sekaligus menjadi sebuah kesempatan.
~ % ~
Untukmu yang sementara ini masih hanya ku pandang dari samping, semoga di masa yang akan datang jiwa dan raga kita akan saling bersanding
Hal itu akan menciptakan bahagia yang tiada tanding
~hnf~
_____._____._____._____._____
Kalian bisa capture quotes atau potongan ceritanya.
[Tag - ig : _hanifprasetya] / [tw : _hanifprasetya}
Vote dan komen untuk kritik, saran, atau sanjungan.
Aku memperhatikanmu meski tanpa tatapan .
Terimakasih ku ucapkan :)
KAMU SEDANG MEMBACA
INKONSISTENSI RASA (TERBIT)
RomanceBagaimana cara sederhana kita bertemu? Bagaimana cara semesta membuat kita bersatu? Bagaimana cara aku memandangmu setelah itu? Bagaimana cara kau buat aku menjatuhkan hati padamu? Bagaimana cara kita saling terjebak dalam rindu? Bagaimana cara...