hey!!!

22 4 1
                                    

iguala,meksiko 

"berhentilah bermain dengan kami"sekumpulan pria bertubuh kekar itu mulai mengepung dua pria yang masih tak bergeming meski beberapa senapan mengarah kearah mereka.pria tampan bermata emas itu justru terlihat santai dengan tersenyum miring tanpa terlihat sedikitpun rasa takut dari wajahnya."well...sepertinya akan lebih menyenangkan kalau kita bersantai dan memimum sedikit bir disini.bukan begitu edward"dengan sedikit wajah jenakanya.

bugg...

"brengsek kau alex"sebuah pukulan mendarat tepat di pipinya darah segar mulai mengalir dari sudut bibirnya.namun bukan sakit yang dia rasakan justru sebuah senyum kecil yang terukir disana tentu dengan aura yang sedikit gelap menghiasinya.

alexandro devonte.pria itu bangun dengan mengusap sedikit darah segar dari sudut bibirnya.dengan santai dia berjalan lalu melempar sebuah koper berisi uang milyaran dollar dan juga sebuah berlian hitam langkah yang mulai berhamburan keluar dari dalamnya.sepertinya dia sudah terlalu baik dari tadi di hadapan pria paruh baya yang sedikit temperamental itu.

pria tua itu menatap tajam ke arah alex dengan wajah yang mulai memerah menahan emosi."dasar kau bocah sialan"edward memerintahkan anak buahnya menahan alex hingga sebuah senapan mulai mendekat ke arah kepalanya."kau memang tidak pantas menjadi seorang devonte,terlalu rendah untukmu membawa nama itu"sebuah kilatan amarah mulai terlihat dalam mata alex rahangnya pun mulai keras menahan amarah yang tak bisa di bendung.

"sepertinya aku sudah terlalu baik denganmu pak tua"dengan sekali hentakan pistol itu kini sudah berubah kepemilikan dan mengarah ke arah edward.namun pria tua itu justru tersenyum mengejek ke arah alex.sepertinya otaknya masih berfungsi dengan bagus dan tidak ikut menua bersama usianya."kau tidak akan bisa melukaiku,karena aku memiliki sesuatu untukmu".suaranya setengah berbisik namun terdengar sangat licik.

"alex"suara lembut itu berhasil membuat alex terpaku.dia tau itu milik siapa,suara yang beberapa tahun belakangan ini menemani harinya."alex,jangan melihat kebelakang"suara itu terdengar sedikit bergetar.alex tau gadis itu pasti saat ini sedang menagis ketakutan.ingin rasanya dia berbalik untuk memeluknya dan mengatakan semua akan baik-baik saja.dia tak akan membiarkan gadis itu terluka sedikitpun.

"kau melanggar janji,bahkan kau juga menahan seseorang yang tidak bersalah"alex mengeram dan mencengkeram kerah baju edward yang masih tersenyum penuh kemenangan"dasar lemah,sudha kubilang wanita jalang itu suatu saat akan menjadi kebodohanmu"ucapnya sarkas yang semakin memancing emosi alex."tutup mulut busukmu,tidak ada hak untukmu untuk membicarakannya"tanpa berfikir alex memukul pria itu membabi buta.

melihat atasannya dalam bahaya membuat beberapa anak buahnya mengambil inisiatif sebuah pelatuk mulai diarahkan ke arah alex dan sebuah peluru mulai melesat kearahnya.alex masih tak menyadari bahwa bahaya sudah beberapa meter di belakangnya.

duarrrr....

anehnya alex tidak merasak apapun yang menyakitinya.namun pria di bawahnya sudah babak belur terkulai tak berdaya.hingga akhirnya sebuah tangan meraihnya dan membuatnya tersadar"aku mencintaimu"tangan lemah itu akhirya terlepas setelah mengucapkan kalimat itu alex segera berbalik dan melihat tepat di belakangnya tubuh alessia sudah terkulai bersimbah darah.

"el...elessia el...el dengar aku el"alex memeluk tubuh allesia yang sudah tak bernyawa itu.air matanya mengalir deras dengan jeritan yang terdengar menyayat.tubuhnya terkulai lemas berusaha membangunkan wanitanya namun tidak ada respon sama sekali.dengan geram dia mengambil senapan di sampingnya dan menempak semua orang di tempat itu membabi buta tanpa ada yang tersisa.hingga tinggal kesunyian yang tersisa dan suara isakannya.

tanpa mereka semua sadari seorang anak kecil lelaki dari tadi bersembunyi di balik semak-semak dan melihat semua kejadian itu.anak itu dengan tatapan datar memeluk mobil mainannya namun dengan tubuh bergetarnya terbesit sebuah ketakutan disana.hingga akhirnya ada sebuah lengan kekar yang menepuk pundaknya dan membuat anak kecil itu semakin ketakutan.

call me senoritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang