31-Sendiri, dan Sepi
"Ma, kalo aku masuk penjara gimana?" tanya seorang laki-laki pada Ibunya yang duduk asyik mengetik di laptopnya.
"Uang kita banyak, Bang. Mama tinggal tebus, tinggal sogok, gak jadi kamu masuk penjara," jawab Ibunya.
"Tapi aku malu, Ma."
"Makanya pinter-pinter ngarang cerita, coba tuh tanya adek kamu. Dia 'kan sering main TikTok, suka ada vidio-vidio curhat juga di TikTok. Siapa tau kamu jadi terinspirasi, bisa deh ngarang cerita. Terus, orang-orang taunya kamu dituduh," ujar wanita itu.
"Oh iya. Bener juga, Mama. Aduh gak sia-sia Mama sekolah walau pernah gak lulus,"
"Sembarangan kamu, ya!" balas wanita itu lalu tertawa bersama anaknya.
"Ihh apaan nih ketawa gak ngajak-ngajak. AH MALES!!" tak lama setelah tawa keduanya berakhir, seorang perempuan dengan ponsel di tangannya berlari menuju wanita itu dan laki-laki disampingnya.
"Gak tau nih Abangmu, receh banget. Mama juga kok ketawa ya?" ujar wanita itu.
"Ye, gaya lu doang punya geng, gini aja ngambek," laki-laki itu sedikit mengangkat bokongnya dan menoel dagu sang adik.
Perempuan itu menepis tangan kakaknya dan beralih memeluk wanita yang duduk di samping kakaknya.
"Ma, aku mau Mama bahagia selaluuuuu. Mama, adalah mama terbaik di seluruh dunia!" ucapnya dalam pelukan sang Ibu.
"Iya, sayang. Mama bahagia banget punya kalian. Anak-anak yang baik, dan penurut."
"Ma, Mama pake laptop aku?" tanya laki-laki itu memegang laptop di pangkuan Ibunya.
"Iya. Dari kemaren tuh, laptop Mama rusak," jawabnya.
Usai mendengar jawaban sang Ibu, laki-laki itu terdiam kaku, tubuhnya membeku.
"Dia udah mulai tau."
***
Semenjak terakhir kali telinganya mendengar suara lembut akan sarat putus asa Noah, Ana sudah menjalani 3 hari baru dengan status dan keadaan, sendiri dan sepi. Tak lagi berarti baginya untuk masuk dan ikut campur dalam urusan asmara.
Seperti saat ini, Ana berjalan di lorong sendiri, gadis itu benar-benar tidak peduli bahkan sekalipun ada suara-suara aneh yang menemaninya sepanjang perjalanan. Kasihan sekali makhluk-makhluk pengganggu itu, seperti kehilangan harga diri. Lihatlah Ana yang dulu takut dan benci hal seperti itu mengabaikannya.
Harusnya, ia bersama Sei saat ini karena Pak Doro mempercayakan setumpuk ulangan yang sudah dinilai pada Ana dan Sei untuk ditaruh di ruang guru. Tapi akhirnya hanya Ana sendiri yang menjalankan tugasnya sebab Sei menghilang secara tiba-tiba.
Kedua mata Ana menangkap sebuah bayangan laki-laki. Nampak tidak asing untuknya, namun Ana tetap berjalan acuh tak acuh bahkan raut wajahnya berubah semakin kaku dan datar.
Bayangan tadi hilang dan langsung digantikan oleh pemilik bayangan itu, Noah. Noah berjalan tenang sendiri dengan baju olahraga voli yang membalut tubuhnya. Langkah kaki keduanya semakin dekat mempersingkat jarak mereka.
Ana berjalan melewati Noah bahkan perempuan itu sengaja memalingkan wajahnya ke kanan tak mau melihat Noah. Begitupun dengan Ana, Noah juga tak bereaksi banyak. Laki-laki yang tadi masih menampilkan wajah konyol nan ramah sebelum tanpa sengaja bertemu Ana kini mengubah wajahnya sama seperti raut mantan kekasihnya itu, datar dan kaku.
Atmosfer kaku dan datar menyelimuti keduanya—bahkan lorong itu. Seandainya peta dunia, peta Indonesia, dan beberapa selebaran lain yang tertempel di dinding lorong itu dapat menyampaikan yang mereka rasakan sudah pasti semua benda itu sudah mengisi kekosongan dan hampa atmosfer kaku lorong itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Official [SELESAI - REVISI]
Novela Juvenil[TAHAP REVISI - ROMBAK] My 1st story Ini adalah tentang dia, yang datang dan menjadi segalanya. Dia, yang membuatku sempurna, namun pergi saat aku semakin mencintainya. Ini adalah tentang dia, yang punya 1001 cara meluluhkan, dan punya lebih dari 1...