O 3 ·

278 41 16
                                    

Nielwink short fanfic🍫

×××

Kerlap-kerlip lampu menerangi seisi ruangan dengan energinya. Cahaya terbias melalui gelas-gelas kaca yang tersusun rapi di meja bertaplak kain putih polos.

Tuan beserta Nyonya Kang berdiri di dekat pintu besar ballroom guna menyambut tamu undangan. Keduanya nampak serasi malam itu ditambah anak semata wayang mereka yang tak kalah memesona sesekali ikut menyambut tamu.

Orang-orang sibuk dengan urusan masing-masing di beberapa meja, menikmati hidangan mewah yang disajikan pemilik acara sekaligus bercengkrama dengan teman lama.

"Ehem, cek, mic cek."

Suara bass itu menggema menarik perhatian. Sebagian besar mulai berhenti berbicara dan menaruh fokus mereka sepenuhnya pada seseorang di atas panggung sana.

"Cekㅡ ya, selamat malam Tuan dan Nyonya, dan juga Nona-nona. Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih kepada seluruh tamu undangan yang bersedia hadir malam ini. Saya cukup terkejut ruangan besar ini bisa menampung banyak orang, saya kira yang datang hanya sepuluh orang," ucap Daniel tidak terburu-buru.

"Saya juga ingin meminta maaf kepada Anda sekalian jika ada yang tidak berkenan dengan desain ruangan yang seperti acara ulang tahun. Saya memang suka warna yang cerah, hehe."

Kekehan Daniel turut mengundang tawa kecil dari beberapa orang disana, namun lebih banyak diantara tamu undangan yang memasang wajah terpana karena memandang terlalu lama wajah Kang Daniel. Wanita-wanita single yang mengejar Kang Daniel turut hadir di ruangan besar itu, tentu saja, memang kebanyakan yang menempel pada Daniel sejak dulu adalah wanita kayaㅡlebih tepatnya anak orang kaya.

Meski hampir semua wanita itu berwajah rupawanㅡtapi tidak tahu asli atau tidakㅡDaniel tak pernah sedikitpun, atau sekalipun melirik mereka.

Bukan yang seperti mereka yang ia cari.

"Pertemuan ini sebenarnya hanyalah permintaan konyol saya pada orang tua saya, namun walau begitu saya harap Anda sekalian tetap menikmati selama acara berlangsung." Daniel memoles senyuman terbaiknya, bahkan beberapa gadis disana terlihat menahan pekikan mereka. Dengan sekali tarikan napas Daniel melanjutkan, "Seperti yang telah disebutkan di undangan sebelumㅡ ah, maaf, sebentar,"

Seseorang berjas merah pekat menaiki tangga panggung buru-buru, begitu jaraknya dan Daniel tinggal sejengkal ia segera membisikkan beberapa patah kata pada Daniel.

Sepersekian detik Daniel terdiam dengan wajah terkejut, yang kemudian segera ia kendalikan lagi. "Maafkan saya Tuan-tuan, acara kita sepertinya harus tertunda sedikit karena saya melupakan sesuatu. Sebentar,"

Mic diserahkan ke tangan lain sementara kaki panjang Daniel bergerak cepat ke belakang panggung.

Sekitar dua menit berlalu, Daniel kembali ke atas panggung dengan senyuman. Sayup-sayup ia mendengar orang-orang berbisik.

"Ah, masa? Setampan itu..?"

"Benarkah? Wah pantas saja, ya, dia masih single sampai-sampai orang tuanya susah-susah mengadakan pertemuan ini."

"Astaga, harusnya aku pake jas hitam aja!"

"Ih, jijik. Aku harap ga terpilih deh."

"Untung aku ga pake gaun warna peach."

"Ayah, aku mau pulang aja abis ini. Secepatnya."

Hanya sedikit perkataan tamu undangannya yang dapat terdengar dengan jelas. Daniel acuh tak acuh dan meneruskan pidato singkatnya. Sekilas ia menangkap raut wajah orang tuanya yang bingung tak tahu arah.

frequency. ㅡnielwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang