Davka menuruni anak tangga satu per satu. Ruangan itu gelap sekali. Tidak terlihat apa pun selain warna hitam.
"Di sini gelap sekali," suaranya menggema hingga ke ujung ruangan. Jika ditinjau dari pantulan suara, sepertinya terowongan ini sangat panjang.
"Permisi apa ada orang di sini?" Davka memastikan apakah ada penghuni di ruangan tersebut. Mungkin saja ada orang yang menggunakan ruangan ini sebagai tempat untuk melindungi diri dari monster-monster. Sama seperti stasiun sebelumnya.
"Halo...." Tidak ada yang merespons ucapan Davka. Sepertinya ruangan ini kosong. Tidak ada penghuninya.
Davka merogoh saku celananya untuk mengambil sesuatu. Dia meraba-raba benda itu karena tidak bisa melihat dalam keadaan gelap gulita. Benda yang dia pegang berukuran kecil dan mudah digenggam. Badannya terbuat dari plastik. Atau mungkin bisa saja kaca. Lalu tutupnya terbuat dari metal. Apakah ini korek gas?
Davka menghidupkan api dari korek itu. Dia menatap benda tersebut dengan tatapan yang penuh tanda tanya. Sejak kapan korek ini ada di sakuku? Perasaan aku tidak pernah memasukkannya ke dalam saku celana. Apa mungkin Kakak yang memasukkannya?
Davka melangkahkan kakinya dengan perlahan. Dia memutuskan untuk melangkah lebih dalam ke terowongan ini. Tidak ada kata untuk putar balik atau kembali. Dia harus terus maju agar bisa selamat dari monster di stasiun.
Walaupun sudah menghidupkan korek api, terowongan itu masih terkesan gelap. Api yang dia bawa hanya menyinari sampai radius tiga atau empat meter saja. Api tidak sanggup menyinari jarak yang lebih dari itu.
Davka terus berjalan. Dia sangat waspada dengan sekitarnya. Mungkin saja ada sesuatu di dalam sini. Sesuatu yang membahayakan.
Di tengah-tengah perjalanan terdengar suara auman monster. Davka menghentikan langkahnya dengan refleks. Napasnya terhenti dan jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Dia menoleh ke belakang untuk memastikan apakah ada monster di dekatnya. Setelah itu dia menoleh ke depan untuk memastikan apakah ada monster di depannya. Kemudian dia menoleh ke belakang lagi dan ke depan.
Merasa bahwa semua baik-baik saja, Davka melanjutkan perjalannya. Dia melangkah dengan perlahan dan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Keringatnya keluar setetes demi setetes.
Langkahnya semakin lama semakin melambat. Suara auman monster itu semakin keras. Dia menutup matanya dan berharap tidak terjadi apa-apa. Davka berpikir bahwa di depannya ada satu atau dua monster. Namun dia tidak bisa kembali. Di stasiun juga ada monster, malahan lebih banyak.
Suara monster itu semakin lama semakin kecil. Sepertinya monster itu ada di atas terowongan ini dan dia baru saja melewatinya.
Davka bertanya pada dirinya sendiri. Sejak kapan ada terowongan di bawah tanah? Berapakah panjang terowongan ini? Pasalnya dari tadi Davka berjalan, dia belum sampai di ujungnya. Apakah terowongan ini memiliki panjang berkilo-kilo? Jika itu memang benar, dia bisa mati karena lelah. Dia juga tidak punya bekal makanan. Semua pangannya ada di kereta dan sekarang kereta itu meninggalkannya sendirian di kota ini.
Data terus berjalan di ruangan yang gelap ini. Dia berharap semoga sampai di ujungnya dengan segera. Laki-laki itu tidak mau mati di sini.
Numpang promosi
KAMU SEDANG MEMBACA
Alone in This Country
HorreurFreisy dan Davka yang memiliki hubungan kakak dan adik hidup ketika dunia sedang kacau. Saat itu krisis moneter berkepanjangan terjadi dan banyak pemimpin dunia yang gugur, sehingga menyebabkan politik tidak stabil. Tidak hanya itu, kini sosial buda...