BAB 05 GODAAN

41.2K 4.9K 223
                                    

"Mungil..."

Panggilan itu membuat aku kini melotot ke arah Bang Red. Enak aja, kok ya aku tuh ikut gen nya Mama dan dia ikut gen nya Papa yang tinggi menjulang. Tidak adil.

"Mungal mungil, nyebelin. Udah mau kawin ini."

Jawabanku membuat Bang Redi malah ngakak, dia kini duduk di depanku. Pagi ini aku duduk di depan meja makan sambil menunggu Mama dan Papa. Ingin membicarakan masalah jodohku itu. Aku nggak mau tiba-tiba di kasih rumah gitu aja. Emang aku cewek apapun? Enggaklah. Pokoknya kau mau minta Mama Papa menggagalkan perjodohan ini.

"Cieee.. yang mau kawin," ucap Bang Redi mencolek daguku. Dia duduk di sebelahku dan mengambil roti yang baru saja aku oles dengan margarin. Aku tuh nggak suka selai, tapi sukanya roti di oles margarin dan di taburi gula pasir. Nikmat rasanya.

"Ihhh ini punyaku..."

Aku hendak merebut kembali tapi Bang Redi sudah menjauhkan roti itu jauh dari jangkauanku. Ya jangan di tanya lagi, dia itu tinggi, makanya selalu menang kalau aku berebutan sesuatu dengannya.

"Ruuu, lu mau nikah kan? Harusnya belajar melayani suami dengan baik. Nah ini kan di awali denganku dulu. Apalagi besok suami kamu itu jauh lebih tua daripada kamu. Harus sopan ya?"

Tuh kan dia ngeledek. Aku cuma memberengut mendengar ejekannya. Tepat saat Mama dan Papa melangkah ke arah kami.

"Maaaa... Bang Redi nih."

Mama hanya menggelengkan kepala mendengar teriakanku. Lalu beliau duduk di depan kami. Papa sudah menatapku dengan serius.

"Kamu nolak Nak Byan?"

Aduh, iya tahu Papa sama si Bapak yang terhormat itu memang tuaan Papa 5 tahun kayaknya, tapi ya mbok jangan panggil Nak juga. Ckcckck.

"Lha Biru itu naksir ama Angganya loh Pa, kok malah di jodohin ama bapaknya. Enggak mau lah."

"Husst.. enggak boleh. Angga itu anak kamu berarti," jawaban Mama membuat Bang Redi ngakak. Sedangkan aku tersenyum kecut.

"Pokoknya Biru enggak mau. Dia terlalu tampan buat Biru. Rambut biru nanti tambah keriting gimana?"

**** 

Dan yah begitulah. Gagal total usaha untuk merayu Mama dan Papa. Padahal aku udah bilang, kalau Abyan itu juga udah nerima penolakanku. ini tetep aja aku nggak boleh. Tetep harus menikah. Susah kalau begini.

"Ru, konsep iklan kemarin udah kamu email kan?"

Pertanyaan Mbak Dita membuat aku kembali menapak bumi. Iya aku baru saja melanglang buana ke negeri antah berantah. Mumet aku tuh. 

"Udah, Mbak."

Mbak Dita menganggukkan kepala. Dia kemudian menatap jam yang melingkar di tangannya.

"Habis ini tim kita ada meeting sama Pak Byan. Entah ada apa tapi semua divisi di kumpulkan."

Jantungku langsung berdegup kencang saat mendengar nama itu di sebut. Meeting sama dia? lha padahal aku tidak mau bertemu dengannya hari ini, ataupun dengan calon anak tiriku itu. Keduanya makin membuatku keriting.

"Mbak, kalau usul nggak ikut gimana? Ini urgent banget loh, Mbak. Aku perlu ide buat konsep iklan yang pasta gigi itu Mbak."

Nah ngelesku semoga di terima Mbak Dita. Dia mengernyitkan kening, lalu seperti berpikir. Aku menunggu jawabannya dengan hati berdebar.

"Ehmm kayaknya meetingnya cuma bentaran doang kok. Jadi nggak  menyita waktu kamu. Udah ikut aja."

Payah.

JODOH RASA DURENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang