3

170 23 5
                                    

Pagi ini, berjalan seperti biasa. Zia masih mandi, Ica dan Vana berada di meja makan. Sedangkan Ara sudah berangkat jam 7 tadi.

Ica masih menikmati roti selai cokelat sambil bermain hp, Vana masih menikmati satu gelas cokelat panas miliknya.

"Gak ada kelas pagi Van?" Katanya setelah berhasil menelan roti selainya, "ada, tapi jam 9. Lo gak ada bimbingan juga kak?". Sambil meletakkan hpnya, "ada. Tapi jam 11"

"pas panas panasnya ye" kata Vana disertai wajah yang menurut Ica sedikit menjengkelkan.

Obrolan singkat mereka teralih saat Eca membuka pintu kamarnya dengan terburu-buru, dengan tas sudah terpasang di bahunya ia terlihat terburu- buru.

"Bukannya lo masuk jam setengah 9 ya cil?"

"Dosennya tiba tiba minta dicepetin satu jam. Gue berangkat kak, Van!"

Baru saja Ica menyuruhnya untuk membawa sehelai roti untuk dimakan di jalan, suara pintu tertutup sudah terdengar.

"Bar bar banget tuh anak. Padahal juga masih jam 7 lebih 5" membuat Ica ikut berguman "Tapi, tipikal Eca emang gabisa masuk mepet jam sih".

"Iya, gak kayak lo kalo berangkat selalu 15 menit sebelum kelas" sembari meninggalkan Vana yang belum juga menghabiskan cokelat hangatnya, yang ditinggalkan hanya bisa tersenyum kotak karena yang dikatakan Ica memang fakta.

***

Di luar, Eca memakai sepatunya sambil berjalan. Ia merasa bahwa ia akan terlambat hari ini, tidak boleh, ia tidak boleh terlambat dalam mata kuliah hari ini karena dosennya sangat galak. Terlambat 5 menit saja, satu kelas akan mendapatkan omelan selama 1 jam ditambah sindiran selama 3 jam penuh. Membayangkan saja membuat Eca bergidik ngeri.

Sambil memegang pagar, Eca membenarkan sepatunya dengan benar. Di depannya ada Mas Dio sedang mencuci mobilnya dan ada Hendery yang bersiap siap mengeluarkan motor cbr hitam merah miliknya.

"Mau berangkat ke kampus Ca?" Sambil mengelap mobilnya dengan kanebo kering.

"Iya mas. Udah mau masuk nih."

"Bareng Hendry aja. Searah kan. Anterin Hen"

Yang diminta hanya berdehem pelan, lalu menyalakan motornya dan memberhentikannya di depan Eca, "ayo, bawa helm lo sendiri"

Untung saja Eca tidak jadi memilih roknya yang tadi, sehingga ia tidak akan kesusahan untuk menaiki motor Hendry.

Setelah berlari mengambil helm, Eca berteriak kepada Mas Dio, "mas, Eca berangkat! Assalamualaikum"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah berlari mengambil helm, Eca berteriak kepada Mas Dio, "mas, Eca berangkat! Assalamualaikum"

Tanpa aba-aba Eca memegang bahu Hendery dan langsung naik ke atas jok. Hendery sedikit kaget, tapi ia tetap bisa menahan motornya sehingga tidak jatuh. "Yok jalan der. Daahh mas"

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang