Bab 1

111 18 0
                                    

"Ma, apakah kita akan segera sampai?" tanya seorang anak kecil kepada Ibunya.

"Iya, kamu tidur dulu ya, nanti kalau sudah mau sampai Mama bakal bangunin kamu," ucapnya sambil membelai rambut anaknya yang halus itu.

Sang anak menggangukan kepalanya patuh dan mulai tertidur dengan tenang. Sang Ibu tersenyum sembari menatap putrinya yang sudah terlelap. Anak perempuannya sudah tidak sabar bertemu dengan Ayahnya.

Ayah? Dia dan kekasihnya memang sudah berpisah. Sebenarnya mereka pernah melakukan 'kebodohan' sampai dia hamil dan melahirkan anaknya ini.

Mereka tidak menikah, bahkan sampai anak ini lahir. Orang tua Ayahnya tidak mengizinkan mereka bersama karena Kakeknya adalah mantan napi, bahkan bisa dibilang orang tua Ayah anak ini tidak menyukai cucu mereka. Sang Ayah selalu berusaha menghindari orang tuanya dari anaknya agar mereka tidak bertengkar atau apapun.

Seiring berjalannya waktu, semua orang yang berada didalam bus tersebut juga turut tertidur dengan tenang karena kantuk yang menyerang, termasuk Pak supir yang sudah mulai mengantuk, tapi dia tentu saja tidak bisa tidur. Namun tampaknya karena terlalu kelelahan, dia tiba-tiba hilang fokus, bus yang dia kendarai kehilangan arah dan membuat bus tersebut menjadi tidak terkendali.

Kekacauan itu tentu saja membuat semua orang terbangun dari tidur mereka. Suasana mulai menjadi ricuh karena bus mulai tak terkendali, semua orang mulai panik. Namun tak lama, mereka berteriak sangat kencang karena bus itu menabrak pembatas jalan.

Akibat tabrakan yang terjadi cukup kuat, kondisi semua orang yang menumpang didalam bus tersebut sangat tragis. Ada yang sudah meninggal ditempat termasuk supir itu, ada yang sekarat, ada yang tidak hentinya meminta tolong, dan ada yang berusaha menyelamatkan diri termasuk Ibu dan anak tadi.

Sang Ibu berusaha untuk menyelamatkan dirinya dan juga buah hati, sedangkan anak tersebut menangis dengan kencang karena luka yang menghiasi tubuhnya karena kecelakaan itu. Setelah berhasil keluar dari bus tersebut dengan luka yang cukup parah, Sang Ibu menenangkan anaknya dengan pelukan erat.

Walau mereka sudah selamat, banyak orang yang terjebak dan tidak berhenti meminta tolong, ada anak-anak yang menangis ketakutan dan kesakitan, lansia yang bersuara lirih, dan lain sebagainya. Hati Sang Ibu tergerak, dia merasa dia harus membantu mereka semua.

"Lala, Sayang...Kamu tunggu disini ya. jangan kemana-mana. Mama mau menolong mereka dulu, oke?" ucapnya sambail memeluk dan mencium kepala anaknya yang bernama Lala.

"Iya Mama." Sang Ibu hanya tersenyum dan berlari kedalam bus untuk menolong orang-orang yang terjebak. Sudah melewati 30 menit, wanita itu tetap tidak berhenti menolong orang-orang yang terjebak didalamnya. Lala tetap menunggu dengan tenang sambil melihat orang-orang yang sudah ditolong oleh mamanya.

"Apa didalam masih orang?" tanyan wanita itu sambil menyeka keringatnya.

"Tolong...Anak saya masih ada didalam, tolong.." kata seorang wanita hamil sambil menangis tersedu-tersedu. Wanita itu tanpa banyak berbicara, kembali masuk kedalam bus tersebut dan berusaha menolong anak tersebut. Dia menemukan satu-satunya anak yang masih hidup dan memeluk dirinya sendiri. Dia segera menghampirinya.

"Cepat keluar Nak, Tante dibelakang kamu. Jangan takut, oke? Apinya tidak besar," ucapnya meyakinkan anak tersebut untuk menerobos api yang sudah mulai menyala dari segala arah. Anak itu mengangguk walau takut bukan main.

Tapi akses menuju pintu keluar sudah tidak bisa dilalui lagi, api sudah mulai membesar, satu-satunya jalan keluar adalah jendela belakang bus yang sudah pecah itu. Wanita itu meminta anak tersebut untuk keluar lewat jendela yang sudah pecah itu.

"Tante gimana?" tanya anak kecil itu polos.

"Tante tidak apa-apa, kamu keluar duluan, nanti kalau Tante masih belum keluar, kamu temani anak Tante ya? Dia sedang duduk dekat pohon dan memakai gaun putih, soalnya dia takut sendirian."

"Iya tante, terima kasih sudah menolong Dodo." Mendengar itu wanita tersebut tersenyum lega dan mulai menerobos api menuju bagian belakang bus,cukup sulit baginya untuk keluar dikarenakan api yang menyala dimana-mana. dengan segala usahanya, wanita itu berhasil mengeluarkan Dodo dari jendela bus yang sudah pecah.

"Ayo keluar Tante, Dodo sudah diluar." Mendengar itu wanita tersebut hanya tersenyum. Dia tidak mungkin keluar, tubuhnya tidak sekecil Dodo. Dia mengambil sesuatu, lalu memberikannya kepada Dodo.

"Dodo sayang, sekarang kamu pergi kasih ini ke anak Tante ya? Masih ingat kan dia dimana?" Dodo menggangukkan kepalanya dan langsung berlari mencari anak gadis yang menggunakan gaun putih itu.

"DODO!!!" Sang Ibu yang sudah menunggu anaknya dengan cemas itu, seketika lega melihat sang putra yang sedang berlari menuju arahnya. Dia langsung memeluknya erat.

"Mama, Tante tadi bilang kalau dia tidak sempat keluar, jadi dia kasih ini buat anaknya," ucapnya sambil menunjukan barang yang tadi dititipkan wanita tersebut.

Mamanya yang mendengar itu pun langsung terkejut. Tante? Sudah pasti wanita yang tadi membantunya dan Dodo, bukan hanya mereka, tapi juga semua orang yang selamat. Baru ingin membuka suara, mereka semua dikejutkan dengan suara ledakan yang dahsyat. Semua orang terkejut bukan main, termasuk Lala.

Dengan posisi terduduk, Lala langsung menangis dan berteriak mencari Mamanya. Orang-orang yang mendengar tangisan Lala juga ikut bersedih, bagaimanapun Ibu anak ini yang sudah membantu mereka semua. Dodo yang mengetahui bahwa anak gadis itu adalah anak Tante itu, langsung berlari dan memberikan barang yang dititipkan oleh tante tersebut.

Lala menerima barang tersebut langsung menangis, itu adalah kalung Mamanya.

"I-Ini kalung Mama," ucapnya sedikit tergagap. Dia mendongak, menatap Dodo. "Kamu dapat darimana? Mamaku mana?"

"Tadi Mama kamu bilang, suruh kasih ini ke kamu."

"Mama mana?"

"Mama kamu tadi---"

"Sayang.."

Dodo berhenti bicara ketika ada yang menyela ucapannya, ternyata Ibu Dodo yang sekarang ikut jongkok disamping Dodo, dia tersenyum lembut dan memeluk Lala yang terisak. Hatinya ikut sedih melihat Lala menangis terisak sambil menggengam kalung pemberian Ibunya dengan erat. Tidak hanya dia, tapi semua orang disana.

"Sayang.. Namamu siapa?"

"De- Della," jawabnya tersendat.

Ibu Dodo tersenyum. "Bagus sekali namanya. Nama Tante, Keira."

"Mama.." Seakan tidak peduli dengan siapapun, Lala terus memanggil Sang Ibu. Keira mengigit bibir, menahan nyeri. Rasanya tidak tega mengatakan semuanya, namun mau bagaimanapun, dia harus mengatakannya.

Keira berusaha tersenyum. "Della.. Kamu lihat semua orang disini?" Lala perlahan mengangkat kepalanya, menatap semua orang disana yang tengah memandangnya. "Mereka semua diselamatkan oleh Mamamu, Mama kamu pahlawan. Kamu mau tahu dia dimana?"

Lala langsung menggangguk cepat. Keira menghela napas, lalu menunjuk ke atas. "Disana Mama kamu, Lala. Dia sudah kembali bersama Tuhan."

Mata Lala membulat seketika, dia langsung melepas pelukannya dan Keira, menatap Keira tak percaya. Dia tahu jelas maksudnya, Mamanya pernah mengatakan setiap orang meninggal akan tinggal bersama Tuhan, artinya Mamanya meninggal?!

"Nggak!! Tante bohong! Bercanda boleh, tapi kata Mama nggak boleh kelewatan."

Keira merasa nyeri sekali melihatnya, namun dia berusaha tersenyum. "Sayang.. Tante tahu kok, tapi ini bukan bercanda. Mama kamu udah---"

"NGGAK!! LALA NGGAK PERCAYA! MAMA MASIH HIDUP!!"

"Della.."

"Lala nggak percaya. Enggak—"

"Della!!"

Semua orang terkejut ketika Lala kehilangan kesadaran, selang beberapa detik ambulans dan petugas kebakaran datang, tadi memang ada yang menelepon ambulans dan petugas kebakaran. Ambulans langsung mengobati dan membawa orang-orang selamat ke rumah sakit, ada beberapa yang berjaga untuk membawa jasad didalam bus.

Setelah pemadam kebakaran berhasil memadamkan api, mereka segera membawa jasad yang belum menjadi abu.

Termasuk jasad Ibu Lala.

IneffableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang