28

4.1K 311 2
                                    

"Papa disini, selalu ada buat jaeyeon, jangan khawatir"

Jemarinya bergerak perlahan, butuh waktu untuk kemudian kedua kelopak mata itu terbuka, perlahan tapi pasti pada akhirnya keduanya terbuka meski tidak sepenuhnya.

Jaemin mengernyit, ia beberapa kali mengerjap guna menyesuaikan cahaya yang berlomba lomba menerobos netranya. Hal yang pertama yang ia lihat yaitu langit langit putih polos, tidak ada siapa siapa di ruangan itu selain dirinya sendiri.

Jaemin mencoba untuk bergerak, namun hanya sedikit karena seluruh tubuhnya terasa nyeri terutama di bagian punggungnya, sakit sekali. Matanya kembali memejam, ia berusaha mengingat alasan dibalik keberadaan dirinya disini, apa yang membuat ia harus memakai semua alat menyebalkan di tubuhnya ini.

Butuh sedikit waktu untuk otaknya memproses kejadian itu, tapi pada akhirnya jaemin pun mengingatnya, tentang malam itu, tentang tangisan eunsang dan pekikan orang orang ketika sebuah tembakan di udarakan.

Detik selanjutnya Jaemin kembali membuka matanya, pandangannya ia bawa menelusuri setiap sudut ruangan, ia mencari keberadaan mama, dimana wanita itu? Apa mama selamat? Tapi nihil, nyatanya disana ia benar benar sendiri.

Menyadari itu, pikiran buruk tak bisa ia tahan untuk menguasai kepalanya, bahkan bayangan bagaimana ia harus kehilangan papa melintas di pikirannya begitu saja, mengingatkan ia tentang seberapa tragis kepergian papa.

Rasa rasanya jika bisa ia ingin melepas semua alat ditubuhnya itu sekarang juga dan berlari keluar mencari keberadaan mama, namun sayangnya apa yang bisa ia lakukan sekarang selain menatap pintu keluar dan berharap ada orang yang masuk saat itu juga.

Beberapa detik hingga akhirnya pintu itu terlihat bergerak, terbuka perlahan hingga memperlihatkan sosok donghae melangkah masuk. Jujur saja, jaemin menjadi semakin cemas.

"J-jaemin kamu bangun nak?"

Jaemin berkedip sebagai balasan, tentu saja karena Jaemin belum bisa mengatakan apapun disaat mulutnya masih tersumpal oleh intubasi yang membantunya tetap bernafas selama dirinya tidak sadarkan diri yang entah berapa lama itu.

Melihat donghae yang hendak beranjak dari samping brangkar, dengan gerak yang masih sangat lemah ia segera menggenggam tangan lelaki itu, membuat donghae pun mengurungkan niatnya dan mengalihkan atensinya pada jaemin.

"Hanya sebentar, aku hanya ingin memanggil dokter" ucap donghae dengan lembut, barusan dia sudah menekan tombol emergency, hanya saja ia tidak sabar menunggu.

Tapi bukannya melepas, jaemin malah semakin mengeratkan genggamannya di ikuti gelengan kepala lemah. Jaemin hanya takut sendirian.

"Baiklah aku disini, kau tidak sendiri" final donghae sembari menarik kursi untuk ia duduki, tangan pria itu melepas genggaman tangan jaemin dan beralih dirinya yang balik menggenggam tangan itu dengan erat pula.

"Terimakasih sudah bangun, terimakasih sudah kembali jaemin" lirih pria itu yang masih bisa ia dengar, dan lagi ia hanya berkedip sebagai tanggapan.

Hingga beberapa saat kemudian pintu kembali terbuka diikuti seorang dokter dan beberapa suster masuk setelahnya. Tidak hanya itu, yang membuat ia mampu menghela nafas lega adalah sosok yoona pun muncul paling belakang bersama dengan jeno dan jisung juga.

Tak peduli dokter sudah disampingnya untuk memeriksa, jaemin tidak mengalihkan pandangannya dari yoona yang berdiri dibelakang donghae.

Mata wanita itu sudah basah oleh air mata, tetapi bibirnya tak berhenti tersenyum dan berucap syukur. Tapi tetap saja, jaemin tidak suka melihat wajah sembab itu, jaemin tidak suka wanita kesayangannya menangis, sungguh.

My Page | NaJaeMin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang