AIR MATA DI CADARKU 5

1K 34 2
                                    

Setelah melaksanakan sholat Dzuhur aku melanjutkan dzikir, dengan cara seperti inilah diriku merasa tenang, yang membuat ku lupa dengan beberapa hal yang membuat diriku tidak nyaman.

***

Dua tahun lamanya menikah, kami selalu menunggu kehadiran yang akan melengkapi kebahagiaan kami, seperti nya belum untuk sekarang. Aku dan mas Husein percaya semua akan indah pada waktunya, tapi saat mendengar suara panggilan Abah Sein, membuat diriku berfikir.

"Mas, apa benar anak kecil itu memanggil dirimu? Apa dia memanggil mu dengan sebutan Abah? Siapa anak itu mas?" pertanyaan demi pertanyaan kembali menghantui diriku.

***

Setelah mengganti pakaian, tidak lupa untuk mengenakkan make up tipis kewajahku, merias diri seperti biasa untuk menyambut kedatangan suamiku. Sebelum keluar kamar, aku kembali mengecek penampilan ku, aku mengenakkan gamis bewarna milo dengan jilbab yang senada, setelah merasa pas akupun menuju pintu.

"Apa yang harus aku katakan pertama kali? Apa aku akan langsung menanyakan semua hal yang membuat diriku bingung? Bagaimana jika itu hanya asumsi diriku saja, lalu suamiku yang memang benar lelah bekerja menjadi kecewa atas sikapku. Tapi jika tidak bertanya, aku merasa tidak tenang," ucapku pada diriku sendiri.

Deru mesin sepeda motor mas Husein telah terdengar, aku membuka kunci pintu.

"Assalamualaikum, Humairah!" ucapnya kemudian membuka pintu.

"Wa'alaikumussalam, Abi."

Aku mencium tangan mas Husein, seperti biasa membawakan tas dan jaketnya. Kami pergi menuju kamar, mas Husein segera mandi membersihkan badanya.

Aku menggantungkan jaketnya, namun saat teringat jepit rambut itu, aku menjadi ingin tau, apa ada sesuatu juga dalam jaket mas Husein? Perasaan itu sungguh mengganggu kenyamanan ku.

Ku lihat mas Husein sedang mandi, jadi aku akan memeriksa saku jaket mas Husein. Di saku sebelah kiri aku tidak menemukan apa-apa, begitupun dengan yang sebelah kanan, aku terlalu curiga sehingga bersikap bodoh seperti ini.

Disaat ingin berhenti, aku baru teringat dengan saku bagian dalam nya yang sebelah atas, kemudian aku pun memeriksanya, aku menemukan sebuah kertas, ku ambil kertas itu, terlihat seperti sebuah nota, belum sempat membaca nya, mas Husein datang.

Aku menyimpan nota itu kedalam saku gamis ku.

"Ada apa sayang?" tanya nya.

"Ha, kenapa Abi?" tanyaku balik, aku berusaha untuk bersikap biasa saja agar tak ketahuan, aku sudah seperti maling saja.

"Tidak Humairah, habis Maghrib kita jalan-jalan yuk!" ajaknya.

"Ayo Abi, sudah lama kita nggak pergi jalan-jalan," ujarku senang.

"Iya sayang, manisnya senyum isteri Abi."

***

Kalau setiap sholat Maghrib, mas Husein melaksanakan sholat berjamaah di masjid dekat sini dan aku sholat sendirian.

Selepas sholat dan berdo'a, aku pergi menyiapkan makan malam, hari ini memasak goreng ikan dan sambal terasi, ini juga menu kesukaan suamiku.

"Assalamualaikum Humairah," ucapnya mengejutkan ku.

"Wa'alaikumussalam Abi, kapan Abi balik?" tanyaku.

"Baru saja, Abi lihat lagi fokus banget nyiapin makanan nya."

"Hehe, lihat aku memasak makanan kesukaan Abi, sambal terasi resep Bunda mertua hehe," ucapku dengan senang.

"Alhamdulillah, Isteri Abi sangat pengertian, selalu saja memanjakan Abi. Abi tidak akan memaafkan diri Abi jika sampai menyakiti hati Humairah kesayangan Abi," jelasnya menatapku dengan lembut.

Untuk sesaat aku tersentuh, ucapannya membuat hatiku begitu bahagia.

"Abi bisa aja, ayo makan," ajakku.

"Abi serius sayang, jadi jika ada sesuatu yang mengganjal atau mengganggu fikiran Umi, jika ada kekurangan dari Abi. Umi langsung bilang ya, biar semuanya Abi perbaiki!" jelasnya.

Bagaimana dengan jepit rambut mas? Bagaimana dengan tas kerja dirumah sakit itu? Apa Abah Sein itu kamu mas?

Mas Husein sudah bilang dia tidak akan menyakiti ku, jadi tidak mungkin dia membohongi diriku, aku tau betapa seriusnya dia tadi. Jika aku menanyakan hal itu, jika itu salah, maka aku sudah memfitnah nya dan membuat dia sedih dan kecewa.

Ku urungkan semua niatku, aku ingin membuka kembali hatiku, menghilangkan semua pertanyaan dan asumsi bodoh itu. Suamiku pria yang baik, dia tidak akan pernah membohongi diriku ataupun berkhianat dibelakang ku.

Maafkan hamba ya Allah, hamba tau engkau maha pelindung, jika sesuatu memang benar adanya, mohon beri hamba petunjuk yang benar.

***

"Alhamdulillah, masakan Umi selalu enak, yang membuat Abi tidak selera untuk makan diluar!" ucapnya.

"Umi akan selalu memberikan yang terbaik untuk Abi."

"Suasana rumah kita yang sepi, suatu saat insyaa Allah akan rame ya sayang, dengan kehadiran buah hati kita!" jelasnya.

Aku terdiam sesaat.

"Maaf Bi," ucapku sedih.

"Loh, kenapa sayang? Ha maafkan Abi, jika perkataan Abi menyakiti perasaan Umi, tadi Abi tidak tau tiba-tiba terfikir kesana," ucapnya sembari memegang tanganku.

"Umi belum bisa memberikan keturunan untuk Abi," ucapku sembari menahan tangis.

"Ya Allah Humairah, sungguh Abi bersungguh-sungguh untuk meminta maaf. Semuanya tidak salah Umi, kita bersama berusaha, itu bukan hanya tanggung jawab Umi. Abi tau semua akan indah pada waktunya, Allah Swt akan memberikan pada kita disaat waktu yang tepat itu. Maafkan Abi Humairah!" jelasnya kemudian memeluk ku.

"Abah Sein?" ucapku tiba-tiba.

Mas Husein langsung melepaskan pelukan dan menatapku.

"A-apa sayang?"

"Suara siapa Bi yang memanggil Abah Sein? Apa itu kamu?"

"Bukan Abah Sein, kamu mungkin kamu salah dengar, kebetulan tadi ada Isteri teman kantor yang antar makan siang Abahnya, dia bilang Abah Erwin, bukan Sein. Mana mungkin ada anak kecil yang memanggil Abah pada Abi sayang!" jelasnya.

Apa kau terlihat gugup mas, untuk menjelaskan nya. Apa memang aku yang salah dengar? Aku berusaha untuk percaya, tapi hati ini tidak bisa di ajak kerja sama mas!

Bersambung....

AIR MATA DI CADARKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang