Cuaca yang tadinya cerah benderang, berubah menjadi mendung. Hingga rintik-rintik hujan mulai berjatuhan membasahi tanah yang kering.
Sekembalinya dari ruangan Ilyas, Irez terlihat begitu badmood. Bahkan biasanya dia yang cerewet kini terlihat lebih pendiam dan terlihat lesu.
"Lo abis di apain sama pak Ilyas Rez?" tanya Daisy.
"Kenapa emang?" tanya Irez balik dengan kepala yang ia letakkan di atas meja.
"Gue heran aja sih lo kan biasanya suka koar-koar nggak jelas, tapi setelah balik dari ruangan pak Ilyas lo kenapa jadi pendiem." jelas Daisy.
"Sumpah Dais, gue sebel banget sama itu guru." ucap Irez dengan menggebu.
Daisy pun hanya mengernyitkan dahinya menunggu kelanjutan cerita dari Irez.
"Coba bayangin Dais, gue disuruh ngoreksi tugas anak kelas X. Dan parahnya lagi ada 5 kelas yang diajar sama itu guru yang semuanya ngumpulin tugas. Betapa nggak berperasaannya itu guru." curhat Irez.
"Dan yang paling bikin gue kesel adalah dia nyuruh gue beresin ruangannya. Sumpah gue kesel bangett." pekik Irez kesal.
"Sabar ya Rez." ucap Daisy mencoba menenangkan karena ia tahu betapa ganasnya Irez saat ia benar-benar kesal atau marah.
"Au ah, gue mau tidur." ucap Irez dan kembali meletakkan kepalanya di atas meja.
Daisy yang melihat hal itu pun membiarkannya dan memilih berselancar ke dunia maya.
🐥🐥🐥
Bel pulang sekolah baru saja berbunyi bertepatan dengan Irez yang kembali dari kamar mandi untuk mencuci muka.
"Udah segeran?" tanya Daisy yang dibalas anggukan kepala oleh Irez.
"Yaudah yuk kita ke gerbangnya bareng." ajak Daisy yang langsung diikuti oleh Irez.
Selama perjalanan pun keduanya tetap diam karena Irez yang sedang dalam keadaan yang tidak baik.
Sesampainya di gerbang, Irez mengedarkan pandangannya kesekitar dimana banyak terdapat genangan air.
Karena memang tadi yang awalnya hanya gerimis berubah menjadi hujan deras.
"Lo dijemput Rez?" tanya Daisy.
"Iya, kayaknya." jawab Irez.
"Lha ko..." ucapan Daisy terpotong saat tangannya di tarik oleh temannya.
"Irez gue pinjem Daisy bentar, ada perlu." teriak Nisa-teman sekelas Irez dulu.
Irez pun hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda mengiyakan.
Irez pun kembali memalingkan wajahnya ke jalanan sembari melirik jam yang melingkar di pergelangannya.
Sebuah mobil keluar dari area sekolah dan lewat di hadapan Irez, hingga air kubangan yang berada didekatnya muncrat ke arah Irez yang membuat seragamnya basah sekaligus kotor.
"Bangsattt! Sialan! punya mata gak sih hah!" umpat Irez dengan suara keras yang membuat dirinya menjadi pusat perhatian.
Irez pun memilih mengacuhkan sekitarnya dan mengambil tisu untuk mengelap seragamnya yang basah dan juga kotor.
"Loh Rez, lho kenapa jadi basah gin?" tanya Daisy bingung.
Bagaimana tidak bingung, saat dirinya meninggalkan Irez. Irez masih dalam keadaan baik-baik saja. Tapi setelah ia kembali, seragam Irez terlihat kotor.
Bahkan wajah Irez pun terlihat merah padam menahan amarah dan juga kekesalan.
"Tau tuh tadi ada pengendara mobil yang nggak punya mata." ucap Irez pedas.
Tak lama kemudian sebuah mobil berhenti dihadapan keduanya, dengan jendela bagian depan terbuka.
"Yuk dek balik." serunya dari balik kemudi tanpa mau repot-repot keluar dari mobil.
"Mau pulang sekalian Dais?" tanya Irez sembari membuang tisunya di tong sampah yang berada di dekatnya.
"Emm lain kali aja ya Rez, gue balik bareng temen-temen soalnya." tolak Daisy.
"Yaudah, kalau gitu gue balik dulu ya. Byee." pamit Irez dan masuk ke dalam mobil.
Mobil pun meninggalkan area sekolah, setelah membunyikan klakson mobil.
🐥🐥🐥
Selama perjalanan pulang, Irez tak henti-hentinya mengomel bahkan sesekali mengumpat kasar yang membuat Kevin mengernyitkan dahinya bingung.
Ingin rasanya ia bertanya, tapi Kevin mengurungkan niatnya karena ia tahu bahwa Irez dalam keadaan mood yang buruk.
Daripada kena semprotan pedas dari mulut adiknya, Kevin lebih memilih aman dengan cara diam.
Sesampainya dirumah, Irez keluar dari mobil dan membanting pintu dengan keras yang membuat Kevin terlonjak kaget.
"Astaghfirullah, itu anak kesambet setan apaan sih kok jadi nyeremin gitu." gumam Kevin sembari bergidik ngeri.
Daripada berpikir yang tidak-tidak, Kevin memilih keluar dari mobil menyusul adiknya.
Diruang tengah, Risma tengah menatapnya intens yang membuat Kevin merasa bingung.
"Kenapa ma?" tanya Kevin.
"Adik kamu kenapa? nggak biasanya dia diem aja. Biasanya kalau pulang sekolah teriak-teriak." ucap Risma.
"Kevin nggak tahu ma, dari tadi Lia emang udah gitu. Badmood kali." ucap Kevin.
"Tapi nggak biasanya dia gitu." gumam Risma yang dibalas gedikan bahu oleh Kevin.
Setelahnya Kevin berlalu menuju kamarnya meninggalkan Risma yang masih terdiam dari posisinya.
Daisya Salsabilla
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future
РазноеCinta adalah sebuah rasa yang datang tanpa diduga Cinta tak mengenal usia Cinta tak mengenal 'dia siapa' Kisah ini menceritakan tentang Irez, murid SMA yang pecicilan, cerewet, usil, punya suara toa bahkan nggak ada anggun-anggunnya sama sekali. Dan...