---
Yura terbangun setalah tidur selama satu jam. Ia membenci keadaannya saat ini. Yura berpikir mungkin ia sudah gila karena selalu mencurigai orang-orang di sekitarnya. Seperti beberapa jam yang lalu saat ia menuduh lelaki asing yang mungkin hanya ingin menolongnya itu.
"terlalu banyak minum obat tidur sepertinya memberi pengaruh buruk pada diriku, sial."
Yura mengambil botol obat yang ada di nakas lalu membuangnya pada tempat sampah yang berada di dekat pintu kamar mandi. Setelah itu ia keluar dari kamar dan berjalan kearah dapur. Disana manajernya sudah duduk di seberang meja sambil meminum americano.
"Kau sudah bangun, bagaimana kondisimu?" Eunseo bertanya tanpa menatap kearah Yura. Wanita yang berusia tiga tahun lebih tua dari Yura itu masih sibuk dengan ponselnya.
"Ya seperti biasa. Aku menjadi lebih gila." Yura mengambil minuman dingin di kulkas lalu duduk di samping Eunseo. Menatap kosong ke arah botol di genggamannya.
"Eonnie, obatku sudah habis." Eunseo menatap tak percaya kearah Yura.
"Bukankah kamu sudah berjanji tidak akan meminum obat itu setiap hari? Kalau Namjoon tahu dia pasti akan memarahimu lagi, kamu tahu itu kan?" Yura menggeleng lemah.
Beberapa bulan ini ia merasa baik-baik saja. Namun karena pesan ancaman yang kembali ia dapat satu minggu lalu membuatnya tak bisa tenang barang sedetikpun. Ia tidak ingin hancur secepat ini. Ia kembali teringat tentang kejadian hari itu, hari dimana seluruh hidupnya hancur. Karir yang di bangunnya selama bertahun-tahun juga terancam karena itu.
Sosok Yura selalu dikenal sebagai aktris serba bisa, kepribadiannya juga menyenangkan, menjadikannya aktris muda dengan segudang prestasi. Ia akan terlihat wara-wiri di berbagai stasiun televisi dalam sepekan. Yura bahkan tidak bisa hanya duduk diam di rumah saat ia tak memiliki jadwal apapun.
Bukan karena Yura yang gila kerja atau apa. Ia depresi, Yura takut semua orang akan meninggalkannya, ia takut kehilangan semua hal yang telah di raihnya. Kepopulerannya justru menakutkan untuknya, di tambah lagi dengan sesuatu yang dia lakukan pada hari itu yang membuatnya semakin merasa bersalah. Bagaimana jika semua orang tahu dan akhirnya meninggalkannya? Bagaimana jika ia di hujat dan di jauhi seumur hidupnya?. Hal-hal yang selalu membebani pikiran Yura.
"Sudahlah jangan di pikirkan lagi, nanti akan kubicarakan dengan Namjoon. Sekarang bersiap-siaplah, kau tahu jadwalmu sangat padat hari ini nona?"
Yura mendesah, rasanya ia masih ingin mengistirahatkan tubuhnya hari ini. Ia hampir tidak punya waktu untuk dirinya sendiri beberapa bulan ini, proses syuting untuk filmnya masih terus berjalan, dan tentunya itu sangat menguras waktu dan tenaganya.
---
Yura melangkahkan kakinya dengan percaya diri memasuki sebuah gedung perusahaan. Ini kali pertama Yura mendapat tawaran kerjasama dari merek ponsel terkenal itu, tentunya hal itu karena kepopuleran drama yang dibintanginya terakhir kali.
Yura hanya tersenyum tipis saat beberapa orang menatap kearahnya. Pandangannya mengikuti setiap langkah Yura. Bahkan saat Yura mengibaskan rambutnnya yang sepanjang punggung ia bisa melihat beberapa orang berkata wah.
Yura menghentikan langkahnya saat melihat seorang lelaki yang baru keluar dari lift. Ia menoleh pada Eunseo yang berjalan di sampingnya lalu menunjuk lelaki itu dengan sudut matanya.
"Siapa dia?" Yura tak menjawabnya, ia malah melangkahkan kakinya menghampiri lelaki itu. Dengan sekejap sorot matanya berubah angkuh saat lelaki itu berhenti menyadari keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGEL FROM HELL [KTH]
Fiksi Penggemar"Dasar gila. Aku tahu kamu pasti mengambil gambar tubuhku semalam, atau bahkan kamu merekamya?" "Sepertinya kamu belum sadar dari mabukmu nona. Apa aku terlihat segila itu sampai harus merekam seorang wanita mabuk sepertimu." "Sekarang pergilah dari...