PAST : Thirteen.

806 195 8
                                    

Chan teramat gelisah saat ini.

Dia bahkan tidak bisa duduk diam barang sekali. Tungkainya bergerak kesana-kemari tiada henti. Kuku jarinya terus digigiti. Keringat sudah penuhi dahi tetapi pintu UGD yang sedari tadi ditunggui tidak kunjung terbuka hingga detik ini. Padahal kepala Chan sudah dipenuhi dengan pertanyaan akan apa yang sebenarnya tengah terjadi.

Untuk kesekian kalian Chan menghela napas frustasi. Dipandangi lagi lembar-lembar foto yang diambilnya bersama Yeeun di arkade tadi. Dua lembar foto tampak bersih sementara satu lembar lainnya dihiasi noda merah dari darah yang hingga kini masih basah. Tangan Chan yang memegang lembar-lembar foto itu gemetar saat kepalanya secara otomatis memutar kembali kejadian dimana Yeeun tumbang.

Chan berani bersumpah saat menjemputnya di rumahnya pagi tadi Yeeun terlihat baik-baik saja. Pun sejak keduanya menikmati film animasi sampai mencoba berbagai permainan di arkade tadi Yeeun tak mengeluhkan lelah sama sekali. Seharian ini gadis itu sangat bergairah. Gadis itu bahkan lebih banyak bicara dari hari-hari sebelumnya. Chan tentu tidak memperkirakan hal ini akan terjadi. Semua terlampau tiba-tiba hingga Chan tidak bisa untuk tidak merasa bersalah.

Dan Chan berharap agar Yeeun tetap baik-baik saja di dalam sana.

"Bang Chan."

Chan mengangkat kepala begitu mendengar namanya dipanggil. Beberapa meter di depannya, Deokmi Ajhumma terlihat berlarian dengan wajah yang dipenuhi kekhawatiran. Meski begitu, Chan sedikit menghela napas lega karena akhirnya Deokmi Ajhumma tiba.

"Bagaimana keadaan Yeeun?" tanya Deokmi Ajhumma saat dirinya benar-benar tiba di hadapan Chan. Namun bukannya menjawab, Chan malah menundukkan kepala, "Bang Chan? Ada apa?"

Masih dengan kepala tertunduk, Chan menggeleng pelan, "Chan enggak tahu, Ajhumma. Sudah dari tadi Chan tunggu tapi Dokternya belum juga keluar."

Deokmi Ajhumma mengangguk-anggukkan kepalanya. Dengan matanya yang sendu, Deokmi Ajhumma menatap pintu UGD yang masih tertutup selama beberapa saat sebelum kemudian membawa tubuh Chan agar duduk di kursi tunggu. Chan mau tak mau mengikuti. Dia pada akhirnya mendudukkan dirinya di kursi tunggu yang sedari tadi diabaikan. Rasa pegal dan lelah pun seketika dirasakan oleh Chan karena sudah terlalu lama berdiri.

Meski begitu kaki Chan tetap tak bisa diam. Tangan Chan yang memegang lembar-lembar foto masih terus gemetar. Rasa bersalah dalam dirinya pun kian membesar. Maka yang bisa Chan lakukan saat itu hanyalah mengundangkan kata "Maaf," pada Deokmi Ajhumma dengan suaranya yang bergetar.

"Ini bukan salahmu. Enggak perlu sampai minta maaf." Deokmi Ajhumma berujar dengan satu tangan yang bergerak untuk mengusap punggung Chan guna menenangkan.

"Ajhumma ..." Chan menggigit bibir bawahnya saat perlahan kepalanya terangkat untuk mempertemukan tatapnya dengan tatap Deokmi Ajhumma, "Yeeun pasti baik-baik saja, 'kan?"

Saat pertanyaan itu keluar atmosfer di sekitar mereka seketika memberat. Deokmi Ajhumma tak langsung menjawab karena napasnya tiba-tiba tercekat. Mata Chan yang berkilat mengharapkan kata 'iya' sebagai jawaban, Deokmi Ajhumma pun mengharapkan jawaban yang sama, tetapi dirinya tidak yakin apakah di dalam sana Yeeun benar baik-baik saja. Karena terakhir kali saat kejadian serupa terjadi Yeeun sama sekali tidak baik-baik saja.

Pertanyaan Chan masih belum terjawab sampai pintu UGD yang sedari tadi ditunggu akhirnya terbuka. Chan dan Deokmi Ajhumma serta merta berdiri saat Dokter ajukan tanya tentang keluarga atau wali yang bisa mewakili YEEUN untuk berdiskusi mengenai kondisinya saat ini. Mengetahui Chan yang masih dibawah umur, Dokter memutuskan hanya Deokmi Ajhumma yang diajak berdiskusi di ruangannya.

Stand by Me - Stray Kids FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang