❁❁❁
Sedikit banyak aku udah nebak wajah kayak apa yang akan Harsa tunjukin di menit aku keluar dari dressing room.
Nah, kan.
Aku udah tau persis kalo Harsa bakal nahan ketawa.
"Loh, kok ketawa?" tanyaku pura-pura bingung.
Harsa cuma terkekeh, "gak kok. Gue pikir lo tipe yang bakal lebih ke casual date kind of girl. Jadi kaget pas lo muncul rapih gini?"
"Gak cocok yah?"
"Eh, enggak. Maksud gue bukan gitu, cocok mah ya cocok lah."
Produser di balik kamera memberi tanda untuk kita melihat pertanyaan selanjutnya. Aku nyipitin mata–bukan karena gak keliatan karena sekarang aku pake softlens, cuman udah jadi kebiasaan–tapi kayaknya Harsa malah menyalahartikan.
"Hmm, if we date, why do you think we will date and if we don't, what would the reason be?"
Aku terdiam sejenak, mencerna pertanyaan itu baik-baik. Di hadapanku, Harsa juga terlihat lagi mengigit bagian dalam mulutnya, kebiasaan dari dulu.
Lucu, karena pertanyaan ini adalah pertanyaan yang aku selalu tanyakan ke diri sendiri sejak dulu.
"Mau lo dulu yang jawab atau gue?" tawarku.
"Kalo lo udah ada jawaban, lo dulu, boleh."
Aku mengangguk.
"If we date, mungkin karena gue nyaman? Sejauh ini obrolan kita satu frekuensi, menyenangkan, I'd like to have you around," aku tersenyum kecil, "semoga lo juga ngerasain yang sama. Karena kalo gak, gue malu."
"Jiah, kok minder sih? Sama kok, the feeling's mutual. Kalo sebaliknya?"
"Sebaliknya, masih dengan alasan yang sama. Mungkin kita bakal lebih cocok jadi... temen? There's too much to risk if we date."
Harsa mengangguk-angguk, sementara dari ekor mata aku bisa liat beberapa crew sedikit mengernyitkan alis.
Untuk hal ini, biarlah cuma aku sama Harsa yang ngerti.
"If we date, pasti karena gamungkin gue gak attracted sama lo. Lo cantik, mandiri, vibes lo enak dan lo seru. It's easy to fall for you."
Aku mengerti kalimat tersirat Harsa. Biarpun dia berusaha meminimalisir percakapan kita agak gak terlihat aneh, tapi kali ini pun aku bisa menangkap maksud dia. Sekarang yang aku takutin, ya, yang selanjutnya.
"Sebaliknya, Amora," Harsa meneguk ludahnya, "sebaliknya gue gak melihat ada sebaliknya."
"Maksud lo?"
"Dengan gue yang sekarang, gue gak melihat alasan kenapa gue dan lo memungkinkan buat gak pacaran. Of course we'll date."
Jawaban Harsa langsung membuat satu studio penuh dengan 'cieeee' yang bersahutan. Kamera nampak langsung di zoom in ke muka Harsa yang cengengesan malu, lalu beralih ke wajahku yang salah tingkah, kebingungan.
Ah, Harsa.
Setelah lima tahun lebih bikin aku bertanya-tanya, masa iya masih tega membiarkan aku makin bingung?
❁❁❁
Harsa and Amora's date outfit,
KAMU SEDANG MEMBACA
KANIGARA | Lee Haechan ✔
Novela JuvenilKANIGARA, yang artinya bunga matahari. ❁❁❁ "Harsa, gak perlu takut kamu mau mengejar mimpi ke arah manapun. Aku pasti cuma akan ngeliat kamu." "Sampai kapanpun?" "Sampai kapanpun." Nyatanya, Harsa harus ditampar dengan kenyataan pahit bahwa Amora pe...