19 // Pasutri Muda

6.3K 445 19
                                    

"Saahh."

Sahut beberapa warga kompak, warga yang semalam ikut serta memergok Rangga dan Ocha yang dikira mau uwuuwuan.

Ocha menatap Rangga yang duduk disebelahnya, demi apapun ia sangat tidak rela jika musuhnya sekarang berubah status menjadi suaminya.

Ocha dan Rangga berusaha mati-matian untuk menjelaskan semuanya kepada orang tua mereka masing-masing, menjelaskan kronologi secara detail tanpa ada yang dilebih-lebihkan atau pun dikurangkan.

Semuanya diceritakan sesuai dengan fakta yang ada. Tapi para warga tetap tidak terima dan memaksa untuk mereka berdua dinikahkan. Padahal Mimom maupun Mami Rangga sudah beralasan tentang mereka yang masih bersekolah, dan tetap tidak ada toleran untuk mereka berdua.

Alhasil Ocha dan Rangga terpaksa harus menikah, dengan acara yang sangat sederhana karena tidak ada persiapan apapun.

Ocha menangisi tentang perjalanan cintanya yang tragis, padahal ia sudah mengharapkan akan bersanding dengan cowok pujaan hatinya yang sangat dicintai dan menggelar acara mewah untuk merayakan pernikahannya. Semua gagal.

Ini lebih buruk, ia menikah karena digerebek.

"Selamat ya, sayang." Mimom berusaha tersenyum untuk menguatkan Ocha. Cewek itu langsung menangis dipelukan Ibunya.

"Ocha gak mau nikah, Mimom," isaknya.

"Cha, jangan lebay." Rangga jadi malu, kenapa istrinya sangat lebay sekali. Rasanya Rangga sangat geli memanggil Ocha dengan sebutan istrinya.

"Mamiiii ... Rangga gak mau nikah." Rangga merentangkan kedua tangannya, hendak berpelukan seperti drama Ocha. Tapi bukannya menyambut pelukan Rangga, Maminya malah menampar pelan pipi cowok itu.

"Aw," ringis Rangga akting.

"Jangan malu-maluin."

Rangga terkekeh. "Udah yuk, Mi. Kita pulang."

"Pulang ke mana, hah?" tanya Lova—Mami Rangga.

"Kalem Mi, kalem." Rangga kembali terkekeh. "Pulang ke rumah Papi Mamilah."

Setelah semua selesai diurus, mereka kembali untuk pulang. Menempuh perjalanan dua jam lebih hingga sampai dikediaman keluarga besar Ardilova.

Tinggalah Ocha, Rangga, kedua orang tua Rangga. Mereka berempat sudah duduk manis di sofa ruang keluarga. Siap melontarkan berbagai interogasi dan membahas tentang pasutri baru ke depannya.

Sedangkan keluarga Ocha sudah balik ke rumahnya.

"Kenapa bisa ada benda itu di jaket kamu?" tanya Ardi—Papi Rangga—dengan nada tegas.

Rangga menepuk jidatnya—capek deh. Padahal ia sudah menjelaskan semuanya. "Kan tadi udah Rangga bilang, itu bukan punya Rangga."

"Terus punya siapa kalau bukan punya kamu?" tanyanya lagi dengan tegas.

"Mana Rangga tau itu punya siapa."

Lagi. Rangga menjawabnya dengan sama seperti sebelumnya. Memang benda itu bukan miliknya, Rangga berani sumpah jika memang perlu. Kenapa Papinya terus membahas hal yang menurut Rangga sepele itu.

"Papi bakal bilang sama Oma kamu," Ardi memberi jeda sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Nakalnya gak ilang-ilang dari dulu."

"Ih Papi mah aduan, gak suka Rangga," rajuk cowok itu.

"Udah Pi, bahas itunya. Sekarang bahas mereka dulu." Lova segera melerai keduanya.

"Kamu tempatin rumah baru kamu itu," kata Ardi menegaskan.

"Loh gak mau, itu kan rumah masa depan bareng istri Rangga nantinya." Rangga menolak.

"Ocha itu sekarang istri kamu," ucap Lova membuat Rangga cemberut.

"Kenapa Ocha gak tinggal di rumahnya aja sih?" tanya Rangga kesal.

"Kalian udah jadi suami istri, gak boleh pisah rumah gitu." Lova mengingatkan kembali dengan nada jengkel. Anaknya yang satu itu memang sangat menyebalkan, entah dapat gen dari siapa.

"Berhubung rumah kamu masih kosong, kamu beli semua peralatan dulu."

"Uangnya?" Rangga menadahkan telapak tangannya untuk meminta uang.

"Pakai tabungan kamu!"

"Gak mau."

"Kalau gitu, kafe R-Lova bukan jadi milik kamu lagi," ancam Ardi.

Rangga memajukan bibir bawahnya, persis seperti anak kecil yang sedang merajuk. "Gak bisa gitu dong, Pi. Itu kan udah jadi milik Rangga masa diambil lagi."

Ocha sempat terkaget dengan kenyataan yang baru ia dengar, berarti Rangga waktu itu tidak lagi berbohong saat cowok itu memberitahu kafe R-Lova miliknya.

"Mau atau enggak?" tanya Ardi membuat Rangga mendesah berat.

"Iya iya. Pake uang tabungan Rangga, tapi tambahin sama Papi," putus Rangga akhirnya dengan terpaksa.

Ardi berdehem singkat, lalu kembali berbicara. "Buat sementara kalian tinggal di sini dulu."

"Lah Ocha?" tanya Rangga polos.

"Kalian satu kamarlah," kata Lova geregetan.

"Gak mau ah, nanti Rangga khilaf."

"Katanya suka daging bukan tulang," bisik Ocha membuat Rangga terkekeh.

"Kalau bisa tahan dulu sampe lulus sekolah," sambar Ringgo yang mengintip dari dalam rumah. Cowok yang umurnya lebih tua dua tahun dari Rangga—ternyata—sedari tadi tengah menguping.

"Sialan lo, Bang." Rangga menyahut.

"Kalau gitu nanti ke rumah mertua kamu, buat ambil baju Ocha." Lova menyuruh Rangga membuat cowok itu langsung hormat patuh.

🐁🐈

Married with Enemy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang