Kyara menatap Farel yang sudah mengulurkan tangannya pagi itu di belakang asrama.
"Kita mau kemana Far?" tanya Kyara untuk yang ke sekian kalinya.
"Jalan-jalan. Lo nggak perlu takut soal ijin, gue udah bilang sama Kak Hendri," jawab Farel sambil memperlihatkan surat ijin yang Hendri berikan semalam.
Kyara tersenyum, Farel ternyata memang sangat peka dengan apa yang ia khawatirkan. Gadis itu pun segera meraih tangan Farel yang sudah terulur sejak tadi. Farel segera menggenggam tangan Kyara dengan erat.
"Ayo," ajak Farel.
"Eh..., kita nggak lewat pagar depan? Mau jalan-jalan ke mana kalau lewat ke belakang sini?" Kyara kebingungan.
"Kita akan lewat jalan rahasianya Difta. Biar lo tahu, kalau di dunia ini selalu ada jalan lain untuk melihat sesuatu yang baru."
"Sesuatu yang baru? Bukannya baru tiga hari yang lalu kita menemukan sesuatu yang baru di Gunung Nglanggeran?" tanya Kyara lagi.
"Itu kan ramai-ramai sama yang lain. Rasanya akan berbeda kalau lo menemukan sesuatu yang baru, cuma sama gue," Farel meyakinkan.
Kyara kembali dengan rasa takjubnya ketika Farel benar-benar menariknya ke arah sebuah celah di balik pohon ceri yang terletak tak jauh dari gedung asrama.
"Wah..., sejak kapan ada jalanan di balik pohon ini?" Kyara keheranan.
Farel terkekeh.
"Kan tadi gue udah bilang, ini jalan rahasianya Difta. Kalau elo tahu tentang jalan ini sebelumnya, berarti bukan rahasia dong namanya," ujar Farel.
Kyara gantian terkekeh saat menyadari apa yang Farel maksud tadi. Kini mereka berjalan santai menelusuri celah itu dengan daun-daun berguguran di atas kepala. Sambil tetap menggandeng tangan Kyara, Farel mengarahkan handycam-nya dan mengabadikan ekspresi gadis tercintanya saat menikmati daun-daun yang berguguran dan terpaan angin yang memainkan rambut lurusnya.
Cantik.
Kyara kini menatapnya, dia tersenyum. Farel suka. Mereka berdua segera bergegas ke ujung celah itu dan menemukan jalan setapak yang lain.
"Wow, hutan!" seru Kyara sambil mengambil beberapa potret menggunakan kameranya sendiri. Farel menyimpan handycam ke dalam ranselnya, lalu mengambil motor yang sudah Hendri simpan di dekat celah itu.
"Ini motor siapa?"
"Punya Difta. Kak Hendri yang bawa ke sini."
Kyara pun memakai helm yang disodorkan untuknya dan bergegas naik ke atas motor itu. Ia memeluk pinggang Farel tanpa ragu-ragu. Farel menatapnya dari kaca spion.
"Siap berangkat sayang?" ia memastikan.
"Iya, siap!"
Motor itu pun melaju meninggalkan celah yang tadi mereka pijak menuju ke jalan beraspal yang besar. Kyara menikmati terpaan angin pagi yang begitu terasa segar di permukaan kulitnya. Wajahnya berhias senyuman bahagia yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata oleh Farel -- Pria yang terus menatapnya sejak tadi melalui kaca spion tanpa merasa bosan.
"Far!" panggil Kyara.
"Iya? Apa?" balas Farel.
"Gue sayang sama lo!" teriak Kyara, takut suaranya tak terdengar karena mereka masih berada di atas motor yang melaju.
"Gue juga sayang sama lo Kak! Seratus persen!" balas Farel yang juga ikut berteriak.
Mereka tiba di area parkir kawasan wisata Candi Borobudur. Farel memarkirkan motornya dan menyimpan helm yang Kyara pakai tadi di sana.
"Wah..., Candi Borobudur luas banget ya Far. Tinggi banget lagi," Kyara kembali merasa takjub.
Farel tersenyum dan segera menggandeng tangan Kyara untuk benar-benar menapaki area di dalam kawasan Candi Borobudur.
"Gue ada di Yogyakarta udah hampir dua tahun, dan baru kali ini gue bisa kesini untuk melihat Candi Borobudur secara langsung," ungkap Kyara bahagia.
"Iya, gue tahu kalau lo sama sekali nggak pernah kemana-mana selama berada di Yogyakarta. Makanya gue hari ini sengaja mengajak lo ke sini untuk melihat hal-hal baru," tutur Farel.
Kyara memeluk Pria itu dengan erat. Farel tertawa melihat bagaimana Kyara menunjukkan rasa bahagianya.
"Oke, ayo sekarang kita ke Kamadhatu dulu. Nanti baru ke Rupadhatu dan terakhir ke Arupadhatu," ajak Farel.
"Apaan tuh?" Kyara tak mengerti.
Gadis itu memang tak suka dengan pelajaran sejarah, sama sekali tak suka. Sehingga tentu saja ia buta akan apa yang Farel katakan.
"Gue jelasin satu persatu ya, sambil kita ke tempat yang gue maksud," jawabnya.
Kyara pun menganggukan kepalanya dan segera mengikuti langkah Farel menuju area pertama di Candi Borobudur. Kyara menyiapkan kameranya karena mereka ternyata sudah tiba di tempat pertama yang Farel maksud.
"Nah..., ini namanya Kamadhatu, zona pertama dari tiga zona yang ada di Candi Borobudur," ujar Farel.
Kyara mengagumi keindahan tempat itu beberapa saat lalu segera mengambil gambar dengan kameranya beberapa kali.
"Kamadhatu ini maksudnya apa?" tanya Kyara.
"Kamadhatu ini berupa seratus enam puluh ukiran dinding dengan penjelasan Karmawibhangga Sutra yang artinya hukum sebab-akibat. Relief ini melambangkan alam dunia," jelas Farel.
Kyara menganggukan kepalanya, ia benar-benar baru mengetahui kalau di Candi Borobudur ada zona-zona tertentu dengan arti yang berbeda-beda.
"Ayo, kita ke area kedua dari Candi ini," ajak Farel lagi.
Kyara pun segera menggenggam tangan Farel dan bersemangat melangkah menuju area selanjutnya dari destinasi mereka hari itu. Banyak orang-orang yang juga berwisata ke tempat itu, ada orang asli Indonesia dan ada juga orang dari luar Indonesia, alias turis.
"Kita sampai...," ujar Farel sambil merentangkan tangannya di hadapan Kyara.
Kyara mengambil satu potret Pria itu dengan cepat. Kilatan blitz menyadarkan Farel kalau Kyara telah memotret dirinya.
"Jangan gue yang dipotret dong, Candi Borobudurnya aja," goda Farel.
"Lo juga bagus untuk gue abadikan hari ini," balas Kyara.
Farel terkekeh.
"Oke, sekarang kita berada di Rupadhatu."
Kyara kembali memotret ukiran-ukiran dinding yang begitu mempesona baginya. Farel menatapnya seraya tersenyum, ia bahagia melihat Kyara yang kini bisa dengan bebas menikmati apapun dalam hidupnya tanpa harus merasa takut.
"Hei Far..., kita ke sini bukan untuk melamun," goda Kyara yang tahu kalau dirinya sedang diperhatikan.
"Gue senang karena lo bahagia," ucap Farel, tulus.
"Gue senang bisa berbahagia..., bersama lo," balas Kyara.
Gadis itu mendekat dan memeluk Farel dengan erat.
"Jangan pernah pergi ya Far, gue nggak mau jauh-jauh dari elo," pinta Kyara, untuk pertama kalinya.
Farel membalas pelukan itu dengan sangat erat dan penuh rasa cinta dari dalam hatinya.
"Gue nggak akan pernah pergi, gue janji!" tegasnya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
RaFa ; Ketika Potret Sosokmu Adalah Takdirku
Ficção AdolescenteDia sangat konyol saat berada di hadapan sahabatnya, hanya untuk membuat sahabatnya tertawa. Dia senang melakukan hal-hal konyol agar sahabatnya tetap tertawa. Kenapa aku memperhatikannya? Padahal dia adalah Pria biasa yang sama sekali tidak berusah...