18. Mine 2

321 42 8
                                    

Rachel mendatangi rumah andreas.
Pembantu andreas menyambut rachel dengan ramah. Bagaimana tidak, selama andreas dan rachel pacaran, rachel selalu kompak dengan keluarga andreas.

"Rachel....tumben ke rumah". Balas andreas yang keluar dari bilik kamarnya.

Rachel hanya tersenyum kecil, mencoba menekan rasa kesalnya.

"Non mau minum apa." tanya si mbok.

"Gak mbok, rachel cuma bentar ja". Balas rachel. Si mbok pun tersenyum lalu izin kebelakang.

"Ndre, aku mau tanya sesuatu".

"Tanya aja hel".

"Tapi, bisa gk kita ngobrol di teras aja. Ini penting".

"Kenapa harus di teras? Kenapa gak disini aja?". Tanya andreas bingung.

"Di teras atau gak sama sekali". Rachel mulai kehilangan kesabarannya.

"Rachel".

Tiba-tiba seorang lelaki tampan berperwanakan tinggi datang menghampiri mereka.

Rachel hanya mengernyit bingung.

"Rachel kan? Pacar andreas?". Tambahnya.

Rachel hanya tersenyum bingung lalu memandang andreas.

"Kenalin kk aku hel, dia baru balik semalam. Itu kenapa aku gak datang ke pertandingan kamu". Balas andreas.

Rachel tampak terkejut mendengar penjelasan itu.

Kalau andreas gak ke pertandingan, jadi siapa yang menculik Tasya?

"Kamu cantik ya...pintar andreas". Bahas kk andreas.

"Hehe...makasih kak, tapi saya dan andreas gak pacaran, kita cuma teman". Balas rachel.

Seketika kk andreas memandang adiknya yang kini berwajah kecewa.

"Maaf kak, aku langsung pulang ya, aku ada keperluan. Yok ndre". Rachel segera meninggalkan rumah andreas.

Kakak andreas hanya memandang sinis kepergian gadis manis itu.

Rachel POV

Kalau bukan andreas, lalu siapa?

Aku bingung. Aku benar-benar kehilangan akal. Aku tak tau lagi kemana mencari tasya.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan ku. Ia ngerem mendadak, dan hampir saja menabrak ku.

"Hei...kau gila". Bentakku kelepasan. Tiba-tiba pintu mobil itu terbuka, dan ada orang yang mendorongmu masuk kedalam.

20 menit kemudian, aku ada di rumah Kenzo. Aku seperti diadili, Kenzo dan kakaknya berpangku tangan melihatku tajam. Sementara edi, ia bersandar di dinding dekat jendela kaca. Dan sama juga. Memandang tajam kearahku.

Aku menarik nafasku perlahan, pelan dan sedikit menekan. Rasanya aku akan menghadapi pengadilan pertamaku.

"Apa ?". Ucapku coba membuka pembicaraan. Namun tak satupun dari mereka yang bicara.

Gubrak.....

Suara pintu di buka. Bng jul dan bng teguh datang.

"Bng jul...bang teguh" . ucapku senang. Paling tidak mereka bisa jadi pencair suasana.

Namun sayang, bng jul dan bng teguh malah ikut berpangku tangan.

Sial....

"Kalian kenapa sih". Bentakku kesal.

Namun tidak ada respon.

"Ok...kalau kalian gak mau jawab, aku pulang. Ucapku lalu bangkit berdiri dan berjalan ke arah pintu keluar. Namun,

PUNK LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang