Nielwink short fanfic🍫
×××
Nyonya Kang berjalan terburu menuju pintu rumahnya.
"Kok lama, Niel?" semburnya langsung.
Daniel tergelak dan melangkah masuk sembari menutup pintu. Ia merangkul ibunya sayang, "Tadi ada urusan dikit Ma."
Mendengar itu, Nyonya Kang menelengkan kepalanya bingung. "Tumben? Ketemu siapa? Temen?"
Daniel menggeleng saja. Diletaknya kantong yang dijinjingnya tadi di atas meja makan.
"Bukan. Lebih penting dari itu."
Ibu beranak satu di samping Daniel tidak bisa berpikir lebih jauh. Memangnya siapa orang yang Daniel anggap sangat penting selain orang tuanya di dunia ini?
"Hehehe, Mama pasti bingung."
"Yaiyalah, kamunya ga jelas gitu."
"Ih, aku jelas ya, Ma. Mama aja yang kurang IQ makanyaㅡ aduh!"
"Kurang ajar! Mama yang ngajarin kamu perkalian delapan sama integral!"
Ayah Daniel yang menyaksikan seluruh kejadian itu dari dapur hanya mengangguk-angguk. Menurutnya sesekali anaknya itu memang perlu dicubit tepat di dadanya.
Ugh, itu pasti sakit sekali.
Tuan Kang melindungi kedua dadanya otomatis dan menghela napas. Tangannya bergerak cepat mengaduk cairan kopi di cangkirnya.
"Ampuni saya, Ibu Ratu." Daniel menyatukan telapak tangannya dan menunduk.
"Jadi kamu ketemu siapa?" ulang Tuan Kang tahu-tahu sudah duduk rapi di kursinya.
Daniel menoleh untuk menampilkan wajah cerah cemerlangnya.
"Aku ketemu malaikat!"
×××
Biasanya pulang kerja adalah saat-saat membahagiakan sekaligus melelahkan. Jika hari-hari sebelumnya Win keluar kedai seorang diri, malam ini ia ditemani seorang sahabat yang wajahnya sedari tadi tidak jelas.
Maksudnya, tidak jelas apa ekspresinya. Dibilang datar, terkadang matanya melebar sendiri seperti terkejut. Dibilang bahagia, dahinya beberapa kali terlihat berkerut dalam. Jadi Win sendiri pun tak bisa memastikan.
"Besok jaga?"
Aduh, sakit hati sekali, tidak ada yang menjawab.
"Gue lapar, Wendy's dulu kuy!"
".. ah? Apa? Lo mau makan?"
Tolong, Win lelah dengan segala kerandoman Jihoon. Padahal sendirinya juga random.
"Gue pan tadi nanya lo kaga jawab."
Jihoon memalingkan wajahnya hingga tatapan kedua teman itu bertemu langsung. Jihoon memelas bercampur merengek, "Sori sori~ nanya apa lo tadi?"
Setelah mendengus, Win mengulang dengan sabar, "Besok lo jaga, ga?"
Tak perlu berpikir, Jihoon menggeleng yakin.
"Nginap? Sekalian besok gue mau ke rs," tawar Win semangat.
Oh tentu, Jihoon membalas tak kalah semangat. "Oke! Gue bilang nyokap dulu."
Segera saja terekspos ponsel lama Jihoon yang masih mulus. Ia mengetik sesuatu disana. Win tidak terlalu memperhatikan karena ia sendiri sibuk menghitung uang di saku. Kan, tidak lucu, sampai di kasir ia tidak bisa pesan makanan karena uangnya kurang.
"Udah?"
Jihoon menyimpan ponselnya. Mengangguk sambil berdengung, keduanya lalu melanjutkan jalan dalam keheningan.
"Ji, gue mau tanya, boleh?" Win memastikan posisi mereka dalam antrian.
"Iya, tanya aja."
"Lo bener mau nikah?"
"GILAK!"
Jihoon berteriak kaget sekaligus kesal. Bisa-bisanya Win percaya kata-kata ngawur orang itu?!
Win ikut merenggut. "Ya udah santai jangan teriak, kita lagi di tempat rame bego."
Spontan Jihoon melirik sekeliling yang beberapa kepala rupanya masih melihat ke arah dirinya. Jihoon meringis dan meminta maaf pada Win.
"Pertanyaan lo, sih," belanya.
"Loh, apa yang salah? Gue kan cuma tanya. Lagipula, tega ya lo, mau nikah ga announce dulu ke gue. Lo sebenernya nganggep gue temen apa kaga sih, bi," sungut Win tidak terima. Ia bersedekap.
"Gue ga akan nikah, ya! Ga sama dia."
"Emang kenapa, sih? Gue liat dia orang kaya, ganteng juga, kok."
"Bodo amat, apapun asal bukan orang itu!"
Keduanya maju selangkah di antrian.
"Gue tanya lagi, emang ngapa sih anjir? Lo udah lama kenal dia?" tanya sahabat satu-satunya sahabat awet Jihoon itu.
"Belum, justru karena belum kenal lama gue ga mau."
"Justru karena lo belum kenal lama lo harusnya ga boleh nuduh dia yang engga-engga. Bisa aja niatnya emang tulus, tapi lonya aja yang batu."
Jihoon mendengus. Memang begini, Win tidak selalu sependapat atau mendukung keinginannya. Karena pada dasarnya, Jihoon tipe yang butuh orang lain untuk memahami dirinya sendiri.
"Btw, dia itu yang ngadain acara tempo hari, ya?"
"Iya."
"NAH!"
"Woi, kecilin suara lo, abis ini giliran kita!"
Gantian Win yang meringis. "Aduh, iya, sori. Nah, berarti dia suka sama elo itu!"
"Lah kemana nyambungnya?" Jihoon tidak paham.
"Gini, ya," bisik Win sembari mendekat, "Acara kemaren itu kaya yang di pilem disney princess, pas pangerannya ngundang seluruh gadis di negerinyaㅡ"
"Tapi gue bujang. Bukan gadis?" sanggah Jihoon bingung.
"Bodoㅡ kan ngundang seluruh jomblo buat dateng ke istana acara pesta dansa. Bedanya dia, yang dia undang cuma anak-anak teman bokap nyokapnya doang dan untung banget kan, bapak lo temen baik sama nyokap si cowok itu. Lo datang ke acaranyaㅡoh iye, bukannya lo bilang dia yang ngajak lo ngobrol pertama kali? Udah pastiㅡ"
"Selamat datang di Wendy's. Makan disini atau bawa pulang?"
"Oh, gue yang paket hemat itu aja dah. Lo Ji?"
"Samain. Tapi dua, ya."
Win mendesis, satu-satunya hal yang tidak bisa dihentikan dari Jihoon adalah nafsu makannya.
"Baik, paket hematnya tiga, ya, totalnya jadi 67.000,"
"Lo yang bayar. Gue bokek."
"Sialan Metawin?!"
×××
KAMU SEDANG MEMBACA
frequency. ㅡnielwink
FanficZaman sekarang masih ada perjodohan lewat pesta dansa? Eh, bisa disebut perjodohan tidak, ya? an alternate universe. boyslove, bxb, yaoi!