Hari itu, hari yang paling tak pernah terbayangkan
Hari itu, hari awal kisah kami
Hari di mana kisah kami dibangun
Lebay haha aku tertawa sendirikan jadinya
Lucu, malu dan bahagia mengingat hari itu
Rubiknya adalah perantara aku dengannya
Inilah perkenalan aku dengan rubiknya
****
Siang ini matahari begitu terik, tak terasa aku sudah sampai di kota tujuanku.
Menyusuri kota ini, kota yang sudah lama tak pernah kuinjakan kakiku di tanahnya.
Sepanjang kakiku melangkah, kali ini aku menemukan sebuah rubik tepat berada di depan injakanku.
"Masih bagus" kataku.
Perlahan aku mengambilnya "aneh" benakku mengucap.
Di beberapa kotak rubik berwarna-warni tersebut ada sebuah huruf.
Aku seperti diharuskan berfikir untuk menyusun huruf-huruf itu.
Karena merasa tertantang aku pun mencoba memainkannya.
Aku duduk dibangku taman tak jauh dari aku menemukan rubik itu.
Satu jam kemudian berlalu "astaga" aku sampai tak ingat waktu, hari itu sebenarnya aku menuju rumah nenekku, namun rubik itu sungguh mencuri perhatianku.
Rubik yang aku otak-atik sedari tadi pun belum selesai, aku kesal jadinya. Namun hari sudah semakin larut dan aku belum juga sampai dirumah nenek. Rubiknya pun aku tinggalkan di kursi taman, tanpa peduli aku bergegas pergi untuk melanjutkan perjalananku ke rumah nenek.
****
Sekarang sudah pukul 9 malam, aku sudah sampai di rumah nenek dari satu jam yang lalu. Saat ini aku sedang makan, hehe lapar. Ketika aku memasukan suap per suap nasi ke mulutku, nenek membuka obrolan."Lucu" ucap nenek dengan mata yang terlihat melamun ketika duduk hadap-hadapan denganku.
"Apa nek?" Tanyaku heran ketika nenek tiba-tiba buka suara.
"Lucu kalau ingat masa muda nenek dulu neng" cerita nenek seraya mengambil album foto yang terletak di rak samping meja makan lalu duduk kembali.
"Pas ketemu kakek nek?" tanyaku penasaran sambil berpindah tempat duduk agar bisa melihat album yang sedang nenek buka itu.
"Dulu nenek cantik, kaya kamu. Rambut nenek panjang terurai persis seperti kamu. Kakek suka sama nenek. Kakek bilang nenek tuh selalu cantik" tunjuknya di salah satu foto.
"Ketemu kakek emang gimana nek?" tanyaku kembali ketika melihat foto-foto itu, membuat kau semakin penasaran.
"Di saat yang tak terduga"
Aku semakin lahap memasukan suap per suap nasi ke mulutku, sambil mendengar cerita nenek pertama kali bertemu kakek, "sweet" kataku.
****
Sudah seminggu aku di rumah nenek, saatnya aku pulang. Sedih rasanya harus meninggalkan nenek sendirian. Namun memang ini bukan rumahku, walau berat aku harus tetap meninggalkan kota ini.
Di perjalanan pulang aku melewati taman kemarin. Aku penasaran dengan rubik itu, aku kembali ke kursi taman, namun rubiknya sudah tidak ada.
Kesal dan menyesal, mengapa harus aku tinggalkan rubik itu. Aku beristirahat sejenak di kursi, sambil memandangi suasana dingin pagi itu.
Aku pejamkan mataku dan menghirup sejuknya angin pagi dan perlahan aku pun membuka mata "dia" rubik yang pernah kutemui sekarang berada tepat di pandanganku, oleh seorang pria yang sedang memainkan dengan cepat rubik tersebut.
"keren" batinku.
Tercengang aku ketika ia berhasil menyelesaikan rubik itu. Ia pun menjulurkannya rubik tersebut ke padaku.
Lalu aku pun menerima dan membacanya.
"Sinar Permata" Ucapku heran.
"Namaku Aji" Ucap pria tersebut dengan mengulurkan tangan.
"Hah?"
"Kamu kenal rubikku kan? bertuliskan namamukan? Ya ini aku pemiliknya, AJI" tegasnya.
Aku tertegu.
"Masih ingat?" tanyanya mengingatkan sambil duduk di kursi yang sama denganku, ia memposisikkan duduknya menyerong menghadapku dengan tangan yang masih mengulur.
"Inget ga?" tanyanya kembali dengan tatapannya yang tengil beserta alisnya yang terangkat.
"Jadi tanganku gamau kamu jabat nih? pegel tau" Tertawa sambil mempertegas kembali tangannya yang masih di abaikan.
"haha" aku pun menjabat uluran tangannya sambil tertawa heran.
Aku bingung apa maksudnya, jujur aku lupa dengan nama Aji. Mungkin karena bersekolah dengannya waktu itu hanya 2 tahun dan setelahnya aku pindah. Jadi aku malah berpikir bahwa pria yang sedang menghadapnnya ini hanya iseng untuk berkenalan denganku. Tapi rubik itu? Jelas itu namaku, telah tersusun dari huruf-huruf berantakan yang seminggu lalu aku coba otak-atik.
"Hey" panggil Aji yang sedari tadi tersenyum melihat kebingungank, ia melambaikan tangannya di wajahku.
aku pun terkejut dari lamunanku.
Aji memposisikan duduknya agar lebih nyaman, kemudain ia mulai menjelaskan dirinya dan tujuan mengenai rubik yang bertuliskan namaku itu.
"Aku Aji, teman SDmu, yang dulu memberikan sebuah kertas untukmu, aku tau dulu aku masih bocah ingusan, nembak kamu aja cuma sebatas kertas bertuliskan "mau ga jadi pacar aku?", yang kata kamu kurang berjuang ga ada romantisnya, dan sekarang dengan rubik itu aku berjuang demi kamu." jelasnya.
Aji kemudian mengambil rubik yang sedang di pegang olehku sambil melanjutkan ucapannya "Memainkan rubik tidaklah mudah, aku benar benar berusaha untuk menghafal rumus rumus rubik. Aku belajar agar dapat memainkannya dengan cepat, sampai waktu yang tepat aku mencoba membuat rubikku sendiri bertuliskan namamu." menunjuk huruf-huruf pada rubik tersebut.
"Aku sudah berniat untuk memberikan ini padamu, namun bukanya tak mau tapi waktu sepertinya belum mengijinkan aku untuk menemuimu langsung kesana." mengembalikkan rubik itu ke genggamanku.
"Dan ternyata malah kamu yang mendatangiku kesini." lanjutnya.
"Ji.. tapikan.." tanggapanku dipotong Aji.
"Kenal Pupuy?"
"Pupuy? kok kamu bisa tau Pupuy?" tanyaku heran yang semakin penasaran lalu memposisikan tubuhku agar satu jajar denganya.
"Bagaimanapun kamu selalu cantik, Aku pastikan kita akan bertemu di saat yang tak terduga" ucapnya tulus sambil menatap mataku lebih dalam.
"itu kan kalimat yang sering diucapkan Pupuy teman onlineku" ucapku berbisik.
"Ji" ucapku dengan penuh penekanan.
"Aku sayang kamu Nar, aku mencoba untuk selalu berkomunikasi denganmu walau bukan dengan namaku."
****
Itulah perkenalanku dengan rubiknya, aku tersenyum mengingat masa itu. Saat aku benar benar belum mengenal apa itu suka , sayang, bahkan cinta. Awal pertemuanku dengan rubiknya membawaku masuk ke dalam kisah baruku. Kisah masalalu yang baru terbangun saat itu. Saat di mana aku mulai mencintai sang pemilik rubik.
Tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengenal Rubiknya
Short StoryIni cerita singkat mengenai pertemuan kembali setelah sekian lama berpisah, penolakan saat masih di sekolah dasar membuat Aji merasa bersemangat untuk berjuang. Hingga rubik itu yang mempertemukan mereka kembali.