Nielwink short fanfic🍫
×××
Orang Tolol
| Bodo y anjir
| Gue ngambek sama lo
| PAJERO GUE HAMPIR DIBAWA LARI SAMA TUKANG PARKIR DAN LO SEENAKNYA PERGI
| Lagian lo kemana sih? Nemuin siapa?Kepo banget sih renda daster |
Gue sibuk, jangan berisik || Bangsat
| Monmaap nasi bungkus lu gue kasihin kura-kura aja nih?Kalo mau lo abisin juga gapapa |
Gausah sungkan Jae || Sori itu belinya pake duit gue ya babi:)
"Bapak kalo mainin hape terus ngapain ngajak saya makan?" cetus Jihoon sewot.
Segera Daniel tutup ponselnya dan menumpu tangannya di atas meja. Dengan senyuman pria dewasa itu menjawab, "Itu temen saya. Kamu ga usah cemburu."
"SIAPA YANGㅡ???!!!"
Untungnya kunyahan Jihoon tidak menyembur. Dahinya berkerut menahan kesal dan bibirnya maju, entah karena sebal atau memang seperti itu refleks bibirnya ketika makan.
Daniel benar-benar layaknya orang kasmaran. Melihat pria berpipi gembil itu makan bisa membuatnya tertawa keras, bahkan hanya dengan mengamati pergerakan Jihoon saat mengambil minumannya dapat menghidupkan berpuluh kembang api penuh warna di hati Daniel. Terlalu berlebihankah jika Daniel katakan hatinya telah memilih?
"Abisin, itu masih ada remahnya," tunjuk Daniel asal pada salah satu sudut piring.
Sosok berambut lebat yang daritadi sibuk makan mencebik, "Saya lapar ga gitu juga kali. Ga sekalian suruh saya makan plastiknya heh?"
Lagi, Daniel tertawa kecil, "Kamu ga keberatan saya suruh?" serunya kemudian.
"Ga gitu sialan!" Jihoon kesal.
Tak bisa untuk tak takjub, senyum lebar Daniel tertahan supaya Jihoon tidak lebih kesal dari ini.
Dia bener-bener ga jaga image-nya sedikitpun, pikir Daniel tak kuasa menahan ekspresi sumringahnya meski ia telah berusaha.
Secepat kilat tangan besar Daniel terangkat dan mendarat tepat di tengah-tengah kepala Jihoon. Secepat itu pula reaksi heboh Jihoon keluarkan dengan menyingkirkan lengan Daniel dari kepalanya.
Daniel tetap dan sepertinya akan terus tersenyum.
"Kamu kalo sama orang lain juga begini?"
'Maunya ga jawab, tapi nanti disindirin terus dikasih pandangan ngejek, malesin banget!' teriak Jihoon di dalam hatinya yang panas.
"Begini apanya?" jawabnya ogah-ogahan.
"Tingkahnya."
Pikir Jihoon mungkin maksud Daniel adalah salah satu kata tidak pantas yang tadi ia lontarkan tanpa pertimbangan.
Oleh karena itu Jihoon mengangguk enteng, "Ya, saya emang kasar begitu, kok. Makanya, apa ga malu sama sikap saya jelek gitu? Pasti ga suka, kan, saya ngomong kasar? Cari yang lain aja ya, buat dinikahin, saya masih mau sekolah dan melanjutkan hidup."
Daniel tertawa kuat untuk yang kelima kalinya hari ini (tidak termasuk kekehan) sambil menepuk-nepuk pahanya sendiri.
Jihoon tidak mengerti, Jihoon tidak bisa mengerti apa yang pria itu tertawakan??!!
"Enggak," kata Daniel singkat setelah menyelesaikan tawa murahannya, "Saya ga mau. Saya justru suka yang apa adanya seperti kamu.
Ketulusan kamu sekarang dan nantinya adalah sesuatu yang lebih mahal dari dunia, saya ga akan pernah bisa menemukan yang seperti kamu lagi.
Ditambah lagi, kamu polos, saya bisa hancur kalau kamu tersakiti. Jadi saya harus jaga kamu dari apapun."
Akhirnya, menganga sebab tak bisa berkata-kata adalah pilihan yang Jihoon lakukan sehabis mendengar pengakuan (atau mungkin penjelasan?) Daniel. Kalau petuah Win, "Itu lo speechless anjing!" beberapa minggu lalu.
Sungguhan, ingin sekali Jihoon melontarkan ucapan sarkastik pada Daniel untuk membalas pria dewasa itu. Namun untuk memahami baik-baik maksud Daniel saja Jihoon belum selesai.
Melihat dokter muda di seberangnya cuma terdiam bingung dengan belahan bibir yang masih berjarak sekian milimeter, Daniel pikir kata-katanya tidak bisa dicerna oleh otak mini malaikatnya itu.
"Gausah kamu pikirin banget. Lama-lama juga paham," kekeh Daniel tidak tahu situasi.
"Saya boleh request ga?" tanya Daniel random.
Lawan bicaranya mengendikkan bahu, terserah. Mendapati respon bersahabat dari Jihoon, senyum Daniel mengembang. "Lain waktu, gimana kalo ngomongnya pake lo-gue?"
"Lain waktu?" Jihoon sampai berhenti mengunyah, hanya untuk memperjelas penekanan dua kata yang sepertinya mengganggunya itu.
Tangan Daniel mengibas di udara, "Ganti deh, kalo kebetulan Tuhan mempertemukan lagi."
Sudut bibir Jihoon naik, hendak tertawa namun ia tahan. "Iyain biar cepet," katanya.
Daniel bertepuk tangan sekali. Kemudian menambahkan, "Oh ya satu lagi, jangan panggil bapak dong. Saya ga setua itu," protes Daniel cemberut.
Jihoon menelengkan kepalanya. Fokusnya teralih lagi.
"Terus panggil apaan?"
"Daniel aja. Biar lebih akrab."
Sepertinya seseorang meletakkan ramuan di makanan Jihoon. Hatinya melunak dan seketika pikirannya dipenuhi dengan Kang Daniel.
×××
KAMU SEDANG MEMBACA
frequency. ㅡnielwink
FanfictionZaman sekarang masih ada perjodohan lewat pesta dansa? Eh, bisa disebut perjodohan tidak, ya? an alternate universe. boyslove, bxb, yaoi!