kosong dua☁️

24 4 1
                                    

Kita hidup di dalam dunia yang hanya melihat kesempurnaan
-Q&K-

"Lo itu aneh banget sih." anak-anak berbaju putih merah itu secara kompak membully korban barunya.

"Lo kira lo siapa? Lo ngga lebih dari sampah," hina mereka lagi saat gadis itu dengan sengaja di jadikan mainan.

"Eh sorry, sengaja," ucap salah seorang gadis dari kelompok yang pernah membullynya.

"Kamu duduk aja ke sana jangan mengadu!" perintah guru itu.

______

Kringgg

Kringgg

Kringgg


Suara alarm begitu menggema, gadis itu mencoba meraih ponselnya dan mematikan alarm teresebut dan melihat jam.

Ternyata sudah jam 06.25 dan yang baru saja terjadi hanyalah mimpi buruk.

Meski dirinya belum sadar sepenuhnya gadis itu bangkit dari tidurnya dan bersiap-siap untuk sekolah barunya. Kali ini, dia akan menghadapi ribuan orang baru dan jutaan manusia munafik.

Setelah di rasa siap gadis itu keluar dari kamarnya untuk sarapan dan pamit kepada kedua orang tuanya.

"Sudah siap?" tanya lelaki itu padanya dan ia hanya mengangguk sebagai jawaban.

Gadis itu sampai di sekolah dengan sedikit terlambat dan mengharuskannya menjadi bahan tontonan sesaat murid-murid sekolah barunya.

Dia mempercepat langkahnya untuk memasuki ruangan tata usaha tempat si guru pengurus murid baru, sayangnya guru itu juga berada pada kumpulan manusia-manusia itu.

Atas perintah, akhirnya dia bergabung dengan kumpulan manusia itu, seseorang menyapanya dan di balas singkat oleh gadis itu.

"Hai," sapa seorang gadis dan dia menoleh sambil berusaha keras untuk tersenyum dan membalas sapaan gadis itu.

Gadis di hadapannya terus bertanya dan membuat ia mau tak mau harus bersikap ramah, hei! Ini sekolah baru dan dia harus hadir dengan citra baru.

Setelah waktu yang cukup lama, kumpulan itu akhirnya bubar. Sekarang, dia di hadapkan pada guru yang sedang mengandung, yang katanya adalah pengurus siswa baru.

"Kenapa terus melihat? Ayo ikut ibuk!" ajak guru itu dengan ramah dan seperti biasa ia mengangguk.

Dia di bawa menuju gedung tunggal, tempat dimana kelas bewarna hijau di luar dan coklat di dalamnya.

"Ini kelas baru kamu," ucap guru itu dan tanpa banyak tanya ia menyalami guru itu dan duduk sesuai dengan yang di perintahkan.

Matanya tak berhenti menelisik ke setiap inci di dalam kelas, entah apa yang di lihatnya.

Setelah berbagai ejekan secara tak langsung, akhirnya ia duduk di sebelah gadis berkaca mata besar yang tampaknya hobi membaca buku,  menggambarkan gadis kutu buku ala novel jaman sekarang dan demi apapun itu sangat membosankan.

Hobinya menulis dan yang ia lakukan sekarang adalah mengeluarkan alat tulisnya dan bersiap menulis hasil penelitiannya.

"Hai," sapa gadis itu canggung padanya, membuat ia mau tak mau menoleh dengan tatapan tajamnya, "bisa tidak jangan mengganggu?" Makna tersirat dari tatapan mata yang ia beri. Yang paling ia benci baru saja di lakukan, sangat menyebalkan, dan ia sangat membenci ketika ada orang yang menganggu aktivitasnya dan teman barunya baru saja melakukan itu.

Ia membalas sapaan gadis itu sambil tersenyum ramah, "ada sesuatu yang di sembunyikan" batinnya.

Semua orang melihatnya sebagai orang aneh, yang hanya selalu diam dan menatap orang lain dengan mata tajam miliknya, semua orang di sekitarnya membencinya, terlebih orang yang tak begitu mengenalnya, tapi apapun itu dia tak peduli.

Setelah cukup lama berbincang, akhirnya dia tau siapa teman sebangkunya. Mau tau? Namanya Windy, dia bilang dia temannya semasa mereka memakai baju putih merah, bukan teman tapi lebih tepatnya hanya tau, bukan karna dia famous tapi karna sebuah insiden memalukan yang juga menciptakan berita hoax.

Seorang guru wanita memasuki ruang kelas itu, kembali seperti semula ia hanya diam dan mengamati, sang guru melihatnya dan di minta untuk memperkenalkan dirinya.

Layaknya murid baru yang memiliki citra baik ia menurut, "keluarkan buku MTK!" ucap guru itu setelah berbasa-basi.

Lalu guru itu memberi materi baru, para siswa di suruh memperhatikan, setelahnya mereka di minta menyalin catatan guru tersebut.

"Lo suka MTK ngga?" tanya si teman baru.

"Lumayan," balasnya sambil tersenyum.

"Ahhhh menyebalkan," kepala gadis itu terasa begitu berdenyut sekarang.

"Lo nanti mau kemana?" tanya Windy, tapi dia tak menjawab, Windy yang tampak mulai kesal akhirnya terus mendesaknya untuk mendapat jawaban.

"Boleh tolong diam sebentar?" tanya nya datar, demi tuhan kepalanya terasa di cabik-cabik sekarang.

"Lo gak apa-apa kan?" tanya Windy tampak khawatir dan dia menggeleng lalu setelahnya keadaan hening.

"Apa istimewanya anak baru hah?!" tanya gadis lain dengan tatapan matanya menuju ke arah dia.

Merasa terpanggil dia membalas tatapan gadis itu, ya tuhan, baru saja dia memasuki sekolah ini tapi kenapa harus kembali bermain lagi sih? Dia kan hanya ingin fokus belajar.

Lagi dan lagi gadis itu terus menatapnya sarkas, menghinanya secara tak langsung, tapi yang gadis itu lakukan juga ada baiknya, karna sakit kepalanya kini mendadak menghilang.

Setelah di rasa mampu berdiri, dia berjalan ke arah gadis itu, "saya pikir kita bisa jadi teman baik," ucapnya pada gadis itu.

Sedangkan gadis itu hanya menatapnya dan beberapa detik kemudian menghentakkan meja. "Najis gue jadi temen lo!" teriak gadis itu begitu sarkas dan dia tersenyum lalu meninggalkan meja si angkuh tersebut.

"Seru" batinnya lalu membuka buku putih yang biasa dia pakai.

Tbc
Part ini masih pendek, aku usahain tiap part lanjutan di tambah 100 kata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Am Not The DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang