Prolog

42 3 0
                                    

Nara Zachira. Perempuan bertubuh kecil berkulit putih pucat itu menatap seorang laki laki di depannya dengan mata berkaca kaca. Perasaannya campur aduk. Ingin sekali ia memeluk laki laki itu dan menangis sepuasnya. Namun, itu tidak akan bisa.

"Gak usah natap gue kayak gitu! Pergi! Lo pikir gue bakal luluh dengan lo natap gue kayak gitu? Never!" ucap laki laki itu lalu pergi begitu saja.

Nara menangis. Walau setiap hari ia menerima semua bentakan itu, namun hatinya masih belum terbiasa. Apakah laki laki itu tidak bisa bersikap baik padanya walau hanya sehari? Atau bahkan satu jam? Itu tidak mungkin.

Nara melangkahkan kaki menuju kamarnya. Dadanya sesak, hatinya sakit. Itulah yang ia rasakan setiap hari.

"Kamu dimarahin sama Chandra lagi?"

"Lagian, udah aku bilang kan. Nggak usah bicara sama es balok kayak dia,"

Nara yang tadinya menunduk sekarang mendongak menatap kedua temannya. Ia tersenyum.

"Cuma itu yang bisa aku lakuin, aku nggak bisa kalo harus diem aja. Aku juga harus berusaha," ucap Nara meyakinkan temannya.

"Di waktu yang sama saat kamu berusaha, kamu bakal ngerasain sakit. Apa itu nggak cukup buat kamu sadar kalo kamu harus berhenti?"

Nara menggeleng.

"Itu nggak papa, selagi cuma aku yang ngerasa sakit," ucap Nara.

"Nara, kita juga ngerasa sakit waktu kamu dimarahin kayak tadi. Kita ini temenmu, apa kami nggak bisa ngehargai saran kita? Kita nggak bisa liat kamu terus terusan kayak gini, ayo dong!"

Nara terdiam menatap kedua temannya.

"Sampai kapan kamu mau ngerasain sakit?"

"Sampai semua orang bahagia,"

Tbc

She is Strange or Different?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang