Di bawah matahari pagi yang kiranya melebihi ujung tombak, terik yang dipancarkan mulai membuat para siswa yang berdiri menghadap sang surya menggerutu kepanasan. Di antara sekian siswa yang keseluruhan adalah pria, ada seorang gadis yang berdiri rapuh di antaranya; menggerutu dalam diam karena radiasi pagi. Ia tidak terlalu mencolok karena penampilannya terlihat sama seperti orang-orang di sekelilingnya.
Setelah cukup lama menggerutu pada matahari yang tak berdosa, akhirnya pemeran utama dari keterlambatan para siswa pun muncul. Seorang pria tua berdiri di depan dengan sorotan tajam mencermati para siswa di depannya. Tubuh kurus kering dengan celana cokelat kebesaran menutupi sepatu, raut wajah sangar yang mencerminkan pendirian teguh alias keras kepala, serta papan setinggi 30 cm yang beliau gunakan sebagai pijakan agar tidak terlihat kecil saat berdiri di dekat Pak Arsya.
Pak Ahmad, beliau adalah penanggung jawab kedisiplinan sekolah yang sebelumnya adalah wakil kepala sekolah yang menjabat selama lima tahun berturut-turut. Beliau memutuskan berhenti lalu mengusulkan adanya suatu organisasi yang mengurus kedisiplinan siswa di samping adanya PKS, Patroli Keamanan Sekolah. Beberapa bulan setelah pengajuan itu, dibentuklah organisasi yang berfokus pada kedisiplinan siswa yang bekerja sama dengan para OSIS. Organisasi itu disebut PKS, Panitia Kedisiplinan Siswa yang kemudian diganti menjadi PPKS, Panitia Pemulihan Kedisiplinan Siswa karena singkatan yang sebelumnya terkadang menimbulkan kesalahartian dengan anggota Patroli Keamanan Sekolah.
Pada part pertama telah disinggung mengenai Patroli Keamanan Sekolah, bukan Panitia Pemulihan Kedisiplinan Siswa. Patroli Keamanan Sekolah memprioritaskan keamanan sekolah, sedangkan Panitia Pemulihan Kedisiplinan Siswa lebih berfokus pada kedisiplinan dan kebiasaan para siswa di dalam sekolah. Ikat lengan yang digunakan pun jauh berbeda walau menggunakan warna yang sama. Perbedaan itu terletak pada lambang yang dimiliki kedua organisasi.
Pak Ahmad memperhatikan tiap siswa dengan pandangan menohok. Menatap satu persatu wajah menunduk mereka yang tak terlihat takut, malahan terlihat acuh. Beliau yang baru kembali dari tanah suci tanpa basa-basi memberikan salam pembuka dengan memberi hadiah atas keterlambatan para siswa yang lama tak dilihatnya. Memang, sejak ketiadaan beliau hampir tidak ada konsekuensi kepada siswa yang melanggar peraturan. Seperti Keyra, yang saat ini sedang bersembunyi dengan menekuk kedua lulutnya. Ia sedang menyembunyikan diri, berusaha agar tidak terlihat dari depan. Namun daya penglihatan Pak Ahmad tidak bisa diragukan. Walau pandangannya yang sekarang tidak sejelas saat beliau masih muda, tapi karena suatu objek dari baris belakang, tepatnya lajur ketiga, baris keempat, berhasil mencuri kefokusannya.
"Sepertinya selain masalah kedisiplinan, siswa di sekolah ini juga ada yang memiliki masalah kelainan."
Suara lantang itu membuat Keyra yang tadinya terdunduk langsung mengarahkan pandangannya ke depan. Matanya disambut oleh tatapan tajam Pak Ahmad yang memandang lurus ke arahnya. Sebelum sempat menyadari ketakutannya, tawa keras yang bersumber tak jauh darinya seketika membuat mata dan telinganya memincing.
Dua pria di sampingnya, Oka dan Cris tertawa keras tanpa mempedulikan sekitar. Alma yang berdiri tak jauh darinya terlihat menahan tawa dengan menundukkan kepalanya. Sementara Keyra sendiri, ia sedang menahan perubahan atmosfer dalam dirinya agar emosinya tidak meluap. Ia mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat sambil menundukkan kepalanya dan menutup mata rapat-rapat.
"Brengsek! Jangan ketawa." Keyra masih menahan diri untuk tidak memukul pinggang Oka di sampingnya.
"Kan lucu lo punya kelainan," ucap Cris masih tertawa. Malahan terdengar semakin keras.
"Kalo karmanya kaya gini gue rela lah dikerjain." Oka yang benar-benar terhibur tidak bisa menahan diri untuk tidak menggoda gadis di sampingnya.
Yah, mungkin ini memang karma untuknya. Beberapa hari yang lalu ia sudah menipu tiga pria yang dengan polosnya mau mengantarnya pulang. 50 meter? Mereka bahkan belum tahu jika Keyra hanya mengerjai mereka dengan lelucon sederhana itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Main Antagonis
Ficção Adolescente"Aku adalah anak yang TERBUANG. Terbuang karena hadirnya anak dari hubungan TERLARANG." Aku tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu. Hanya memiliki seorang ayah yang memiliki selingkuhan dan anak dari hubungan terlarang. Tak cukup ayah dan segala keka...