Kosong.

253 24 31
                                    

"Mikirin apa sih, Lan?"

Aku melirik, mendangak, melihat Sandra sedang menata rambutku. Aku menggeleng kepala.


"Cuma inget masa kecil aja."

"Mikirin masa kecil sama Kak Adlan kan?" Tebaknya.

Aku berdecak kesal. Lagi-lagi Sandra membaca pikiranku. Inilah yang tidak aku senangi jika berada didekatnya. Sandra ini anak Om Iqbhar dan Bucik Libra. Ia rela datang jauh-jauh dari Malaysia hanya untuk hadir di pesta ulangtahunku dan Bimaa. Padahal ia dan Bimaa selalu bertengkar. Sandra memiliki kelebihan yaitu bisa baca pikiran orang lain dan sedikit cenayang---bisa melihat apa yang akan terjadi nanti.

"Bisa nggak sih nggak usah baca pikiran gue?" Kesalku.

"Iya gimana ya, Lan. Kepala lo ada didepan gue, jelas kebaca lah."

"Ohiya, San. Kemaren di hari ulang tahun gue, pagi-pagi sebelum berangkat sekolah gue dapet kiriman kado, bunga sama boneka dari orang tapi gue nggak tau siapa yang kirim. Kira-kira lo tau nggak siapa yang kirim?"

"Nggak tau. Lo kira gue para normal."

"Ish."

"Kan udah lama gue bilang, ada yang suka sama lo. Tapi dia nggak berani nunjukinnya. Takut lo ilfeel sih kayaknya." Ucapnya terdengar ragu.

"Ciri-cirinya deh?"

"Nanti dia juga dateng sendiri kok. Nggak lama lagi dia nunjukin dirinya."

"Inisialnya deh."

"Nggak kenal gue."



Tok! Tok! Tok!



"Masuk." Ucapku sembari berdiri karena rambutku sudah di tata rapi oleh Sandra. Bahkan wajahku sudah di dandaninya dengan cantik. Sandra memang sangat suka dandan.

Masuklah Bia yang sudah cantik menggunakan gaun cantiknya. Bia hanya membuka pintu tanpa masuk kedalam kamarku.

"Udah belum? Kita harus berangkat sekarang, Nak." Ucap Bia.

"Udah Bucik." Jawab Sandra.

"Mau satu mobil atau kamu pake mobil mu aja?"

"Aku sama Sandra aja, Bia. Bia sama Baba duluan aja, sekalian bawa si Bimaa."

"Oke. Kalo gitu, Bia duluan ya. Jangan lama loh, Nak."

"Iya Bia cantik."

Bia pun pergi meninggalkan kamarku. Aku dan Sandra bersiap-siap, hanya mengambil tas dan juga handphone. Teman-temanku memberi kabar sudah dalam perjalanan menuju caffe.



TINGGAL KENANGAN

TINGGAL KENANGAN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tinggal KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang