2.0 | tidak bisa (katanya)

287 47 22
                                    

I can do anything, because this is my stage.
—Devan.

"Sore Tan!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sore Tan!"

Dira tersenyum lebar sembari memeluk erat perempuan yang sudah lama ini ia jarang lihat bila ia sedang bermain di rumah Ferral. Resta, Bunda Ferral tersenyum senang sembari membalas pelukan Dira.

"Sore Sayang, tumben ke sini sendirian?"

Dira melepas pelukannya sembari mengernyit. "Yang lain belum pada dateng Tan?"

Resta menggeleng. "Baru kamu," ujarnya sembari kembali sibuk menuangkan jus ke dalam gelas.

Jawaban Resta membuat Dira tersenyum lebar. "Yaudah Tan, Dira naik dulu!"

"Ra, bawa ini!"

Dira menaiki tangga dengan nampan yang berisi beberapa kue kering dan jus alpukat dua gelas. Gelas pertama milik Ferral dan gelas yang kedua miliknya, tentunya tanpa gula. Dira menaruh nampan itu di meja belajar Ferral, begitu juga dengan tasnya. Dengan senyuman lebarnya, Dira menatap Ferral yang sedang pura-pura tidak melihatnya. Matanya menatap televisi seakan televisi itu lebih menarik daripadanya.

"Lo masih ngerokok?" tanya Dira begitu ia melihat asbak rokok yang mengeluarkan sedikit asap rokok. Ferral bergumam membenarkan, "jangan ngerokok lagi ya?"

Ferral melirik Dira sekilas, lalu mengangguk tanpa berpikir panjang. "Iya."

Walaupun singkat, Dira tau Ferral pasti akan menuruti perintahnya. Dira tau, berhenti merokok bukan lah hal yang gampang untuk dilakukan, tapi Dira yakin Ferral akan tetap menurutinya.

Dira melirik televisi sebelum akhirnya ia membaringkan kepalanya di paha Ferral, matanya menatap lurus ke depan, menatap wajah Ferral dari bawah sini.

"Gimana hubungan lo sama Devan?" tanya Ferral tanpa mengalihkan tatapannya dari televisi.

"Udah balik lagi kayak biasanya," jawab Dira membuat Ferral mengangguk paham. Seakan Dira benar-benar tidak menarik, Ferral sama sekali tidak menatap mata Dira walaupun sedang berbincang, "gimana dengan kita?"

Kali ini, Dira berhasil membuat Ferral menatap ke arahnya. Tapi hanya satu lirikan saja. Ferral tersenyum kecil. "Nggak ada kata kita diantara nama lo dan nama gue."

Dira mengalihkan pandangannya, ikut menatap televisi yang bahkan ia tidak tau apa yang sedang Ferral nonton. "Berenti bohongin perasaan lo sendiri. Jangan jadi orang lemah yang terus-terusan ngalah."

Ferral terdiam sebentar setelah mendengar apa yang Dira katakan. "Dan gue nggak akan jadi orang jahat yang ngerebut lo dari Devan," jawabnya.

Dira terdiam. Ia mengigit bibir dalamnya keras. "Bahkan sebelum gue sama Devan kayak gini, gue udah nyuruh lo untuk maju!"

"Dan lo malah nyuruh gue untuk sedekat ini sama Devan!" ucap Dira sembari menatap Ferral dengan mata berkaca-kacanya.

Ferral menghela nafasnya perlahan, Dira mengangkat kepalanya, menatap Ferral dengan mata yang berkaca-kaca. "Ferral, please—"

falling | on holdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang