Suara ketukan hingga teriakan tidak sopan yang berasal dari mulut ayah Zora- Zokiq, membuat seluruh si penghuni rumah mengernyit tidak nyaman.
"Zokiq? Ada-"
"Di mana Aji?" Zokiq memotong perkataan Bios -papa Aji, dengan tidak sabaran. Menahan emosi dan rasa khawatir yang sangat mendalam karena belum melihat wajah anak gadisnya dari semalam.
Bios terlihat bingung, tidak biasanya Zokiq, ayah dari pacar anaknya Aji datang-datang menanyakan Aji seolah ingin memberinya pelajaran. Dan istri Zokiq, Emma yang menangis di sampingnya.
"Masuk dulu lah, masalahmu apa dengan Aji?" tanya Bios.
"Bios, Zora dari semalam tidak pulang ke rumah setelah aku mengantar dia ke sini, panggilkan anakmu!"
Bios langsung terkejut, tanpa memperdulikan sopan santun dia berteriak memanggil Aji. Suaranya menggelegar di dalam rumahnya yang besar.
Tak lama Aji turun dengan perasaan bingung dari arah kamarnya, tidak biasanya papanya berteriak memanggil, membuat seluruh penghuni rumah penasaran.
"Di mana Zora?" suara tegas Zokiq mengawali indera pendengaran Aji.
Aji mengerutkan keningnya bingung, 'di mana Zora?'. Perasaanya tidak enak, tapi tidak mungkin. Seseorang itu pasti memulangkan Zora kan?Sekarang Aji tidak tau, harus berbohong atau berkata jujur di depan Papa dan orang tua Zora.
"Om sebelumnya maaf, tapi saya sama Zora udah putus." kata Aji tidak enak, papa Aji menatapnya tidak percaya.
"Sejak kapan kau putus dengan Zora, hubungan kalian baik-baik aja selama ini?" papa Aji bertanya tidak tau, nada suaranya terdengar tidak terima atas berakhirnya hubungan Aji dan Zora. Dia baru pulang dari luar kota subuh tadi, dan tidak tahu tentang kejadian tadi malam.
"Aji dan Aileen sudah bertunangan, dan semestinya hubungannya dengan Zora memang harus berakhir kan?" itu terdengar bukan seperti pertanyaan, tapi pernyataan. Itu suara dari istri Bios, Febi.
Seluruh pasang mata melihat ke arahnya, "berani-beraninya kalian melakukan ini tanpa sepengetahuan papa. Kalian menganggap saya apa? Aileen bukan untuk kau!" Bios berteriak marah, dia menunjuk bergantian ke arah istrinya dan muka Aji, dia merasa kecewa.
"Saya datang ke sini bukannya mau menyaksikan kalian, katakan di mana anakku?!" Zokiq menarik kerah baju Aji. Zokiq sebenarnya tidak peduli jika Aji dan Zora putus, itu malah baik baginya. Tapi bagaimana dengan perasaan anaknya?
"Saya gak tau Om, di mana Zora" jawab Aji terbata, dia benar-benar merasa bersalah karena berucap tidak benar. Zokiq melototkan matanya, emosinya memuncak dua kali lipat.
"Laknat! Saya yang mengantarkan anakku semalam kesini, kau menjajikannya memberikannya hadiah. Dan ucapanmu tentang kau telah putus, pasti itu yang kau ucapkan ke Zora semalam. Kau menyakiti perasaan Zora lalu sekarang di mana dia?!"
Satu pukulan mendarat di pipi Aji. Aji terdiam, ia pantas menerima itu, mengingat dia sangat menyakiti hati Zora tadi malam.
Emma semakin bergerak gelisah, air matanya semakin mengucur. Dia dan suaminya sudah mencari Zora ke rumah keluarganya yang lain dan ke rumah teman Zora, tapi Zora tidak ada di sana.
Febi memekik kaget melihat Aji yang langsung terhuyung dan jatuh di depan kakinya. "Kau! Pergi kau dari rumahku. Dasar, keluarga tak beretika. Anak kalian yang hilang kenapa cari ke sini, carinya di club pasti ada di sana. Anaknya yang keluyuran kenapa anak saya yang jadi embasnya. " ucap Febi marah, mengusir Zokiq dan Emma dari teras rumahnya.
"Febi, jaga mulut kau!" tegur Bios, ucapan Febi sudah kelewatan.
Wajah Zokiq memerah, "saya akan melaporkan ini ke polisi, kalau sampai saya belum melihat Zora sampai besok, anak kalian saya jebloskan ke penjara."