Chapter 14

6K 592 45
                                    

Sudah 3 hari Ibu Lee dirawat dan dokter sudah mengizinkannya untuk pulang. Ayah Lee dan ketiga anaknya juga sudah sepakat untuk kembali ke rumah, membuat Ibu Lee dan Jeno merasa bahagia. Apartement yang sudah di beli Mark, di biarkan kosong dan di rawat oleh petugas kebersihan yang ada di gedung apartement itu. Mungkin sesekali dia akan menginap disana bersama Jeno, mengingat mulai saat ini Jeno akan mulai melakukan Kemoterapi.

Jeno akan melakukan mulai kemoterapi minggu depan, untuk melihat apakah penyakit yang mulai berkembang itu, bisa berkurang atau tidak. Mark juga sudah berjanji akan menemani adiknya.

Mark dan Jisung mulai mengangkat barang barang yang di gunakan selama ibunya dirumah sakit. Sementara Jeno membantu ibunya berjalan, walaupun Jeno merasa ibunya sedikit enggan untuk di tolong olehnya.

"Ohh ternyata kalian sudah siap" Ayah Lee mengambil salah satu tas yang ada di tangan anak bungsunya. "Sebaiknya kita pulang sekarang, ayah akan memesan makanan untuk makan malam kita dirumah"

"Kenapa kita tidak sekalian makan malam di luar saja?? Kita juga sudah lama tidak makan bersama bukan??"

"Aku setuju dengan usulan kak Mark, kebetulan aku ingin makanan China, bisakah kita makan disana, boleh ya Ayah" Jisung menatap memohon kearah ayahnya.

"Tentu saja boleh" jawaban sang Ayah mendapat sorakan gembira dari Jisung dan Mark. "Tidak apakan sayang?" Tanya Ayah Lee yang mendapar anggukkan dari istrinya.

Sementara Jeno hanya tersenyum bahagia melihat keluarganya kumpul kembali. Semoga, keluargaku terus bahagia seperti saat ini, sampai kapanpun.

...

Mark memeriksa hasil cek up Jeno beberapa hari lalu. Dia sana tertulis dengan jelas, penyakit adiknya sudah mulai berkembang, walaupun lambat, tetapi tetap mengkhawatirkan. Dokter Byun bahkan sudah menjadwalkan kemoterapi untuk Jeno, dan Mark sudah memastikan bahwa saat itu jadwalnya kosong.

Mark menghela nafasnya sejenak. Pikirannya selalu kacau jika mengingat keadaan Jeno saat ini. Tapi mulai sakarang dia harus kuat, untuk menopang adiknya.

Knock... knock... knock

Suara pintu yang di ketuk, membuat Mark segera menyimpan hasil cek up Jeno di dalam laci meja. "Masuklah" pintu kamar itu terbuka, menampilkan sosok Jisung yang sekarang masuk berjalan kearahnya. "Ada apa? Kok belum tidur?"

Jisung menggelengkan kepalanya. "Tidak, hanya ingin bertanya, apa kak Mark sudah mengambil hasil pemeriksaan kak Jeno waktu kemarin di rumah sakit?"

Mark mendadak gugup. Dia tidak menyangka adik bungsunya akan mengingat hal itu. "Hmm.... ya sudah kakak ambil" Pria yang sudah dewasa itu bahkan dapat mendengar jika suaranya bergetar.

"Lalu bagaimana hasilnya?"

"Semuanya baik... tidak terjadi apapun pada Jeno"

Jisung memicingkan matanya. "Benarkah?? Kak tidak bohong??" Mark mengangguk pelan. "Kakak mau jujur sama Jisung, atau aku akan mencari hasil pemeriksaan Kak Jeno disini??? Aku tau kakak tengah berbohong padaku"

Mark merasa keringat dingin mulai keluar dari pori pori kulitnya. "Tidak, kakak tidak berbohong"

Jisung menghela nafas. "Baik jika itu yang kakak inginkan. Aku akan memeriksa seluruh kamar kakak untuk mencari hasil pemeriksaan kak Jeno"

Mark menahan tangan adiknya dengan cepar. "Jangan.. jangan lakukan"

"Kalau begitu katalan padaku"

"Akan kakak katakan, tapi tidak sekarang"

"Kenapa?"

"Kakak yakin kamu belum siap untuk mendengar semuanya"

"Aku siapkan kak. Jadi katakan semuanya sekarang"

Anak Tengah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang