× Us ×

286 38 5
                                    

Lonely
Last Part

•••

Hari ini, di taman belakang rumah Minjae mereka berkumpul.

Zeyu, Suji, Taehyung, Mingrui Nari, Boram, Minjae dan Jimin. 8 orang itu sibuk dengan kegiatan masing-masing. Minjae dan Mingrui mabar PUBG, Nari menggosip dengan Boram, Zeyu dan Suji yang hanya mendengar, Taehyung bersama Jimin memanggang Barbeque tak terlalu jauh dari mereka.

Sumpah, sebenarnya tidak ingin mengakui ini, tapi Park Jimin adalah yang paling tampan di sana. Rambut biru tuanya disisir kebelakang hingga keningnya nampak, tubuh mengenakan kemeja putih dan celana bahan kain.

Mata Jimin melebar, "Yaish, Taehyung-ah! Kau ini—"

"Iya. Maaf Jim, maaf. Aku tak sengaja astaga." Taehyung cepat-cepat menarik dua lembar tissue tak jauh dari mereka. Dia tanpa sengaja menodai kemeja Jimin dengan saus barbeque. Dan pemuda Park itu paling sensitif kalo urusan pakaian.

Jimin mendecak, ikut membersihkan saus itu dari lengan bajunya. "Ini Saint Laurent, harganya mahal sekali tahu!"

"Iya, 'kan aku tak sengaja!" Taehyung ikut nyolot. "Lagian salah sendiri, memanggang pakai kemeja."

Boram yang mendengar itu ikut menyahut, "Itu benar, setidaknya kau harus menggulung bagian lengan hingga siku."

Pintar.

Taehyung mengacungkan jempol pada Boram, lalu menatap sahabatnya kembali dengan dagu terangkat. "Dengar itu Jim, Boram saja mengerti."

"Loh, kenapa kau jadi menyalahkanku?!"

"Kau sendiri, kenapa pakai kemeja?! Warna putih bersih pula."

Mulai malas, Jimin kembali fokus pada daging. "Tak sempat ganti, aku baru pulang dari pemotretan."

Well, Jimin bekerja sampingan sebagai model. Lumayanlah, tawaran jobnya cukup banyak. Hanya iseng, dia tak bersungguh-sungguh ingin jadi model. Lagipula uangnya sudah banyak. Meski Taehyung sempat menertawainya karena bilang Jimin itu pendek, 'kan bangsat.

Mari beralih, kita simak enam anak ini. Mereka duduk diatas tikar besar yang digelar di rumput. Minjae mengumpat, "Shit, aku knock! Kesini Rui, dasar jahat!" Kakinya menendang-nendang tumit Mingrui tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel, "Cepat bantu aku hei, darahku nyaris habis ini!"

Mingrui mendecak, berusaha menghindari serangan Minjae di kakinya, "Sabar-sabar. Kau tidak lihat disini banyak musuh?!"

"Cepat!"

"Ini, aku datang! Sabar Jae, kau ini sudah bantet suka mengomel lagi. Pantas tak laku-laku."

"Tutup mulutmu sial!"

"Wah, sudah dibantu malah mengumpatiku. Tidak tahu terimakasih!"

Boram melirik dua anak itu, lalu menggeleng jengah. Minjae dan Mingrui beradu mulut dengan kaki saling menendang, sementara tatapan mereka terpaku pada ponsel. Terlihat bodoh. Atensinya beralih pada Nari yang masih sibuk menggosipi kakak kelas

"Ituloh, yang dari China. Pindahan Hongkong, kau tahu 'kan?!" Dia bercerita heboh.

"Yang mana?" Suji mengangkat alis.

"Jia Hanyu, si tampan dari 12-A. Katanya dia cerdas sekali."

Boram mencoba mengingat. "Oh, ketua osis baru itu?"

"Ah, yang kemarin tak sengaja menabrakku di kantin bukan?" Zeyu ikut berceletuk.

"Iya, yang itu! Aduh, mungkin aku harus minta nomornya nanti." Pekik Nari lagi. Dia nampak sangat antusias kalo membahas sesuatu menyangkut laki-laki tampan. "Sudah tampan, cerdas pula. Keren ya?"

Lonely [end•]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang