Hari ini adalah hari yang di tunggu oleh soffi, pasalnya setelah selesai piket asrama ia dan Pipit akan keluar pondok. Ia masih belum tahu bagaimana caranya keluar pondok tersebut.
"Pit, gimana?" Soffi khawatir melihat Pipit yang terlalu santai.
"Tenang Sop, pinjem dulu jas Osis gih ke yang lain. Aku kan udah ada 1" ucap Pipit sambil memotong kuku nya.
Soffi pun meminjam jas osis yang lain, ia juga masih tak tahu apa rencana Pipit semoga ga ketahuan deh. Do'anya didalam hati. Setelah mendapat pinjaman jas tersebut Soffi kembali menghampiri Pipit. Dan mereka pun bersiap siap akan mencoba keluar Pondok.
"Pit, kamu yakin bakal bisa?"
Soffi terus mengamati penampilannya. Ia hanya menggunakan gamis berwarna peach dengan kerudung blus kerut berwarna maroon tak lupa jas osis yang menutupi gamis tersebut.
"Berhasil lah, kita lihat dulu aja" sebenarnya pipit ini adalah anggota osis disini, sehingga ia punya jas osis nya sendiri.
Ia mencoba cara ini karena kasihan pada Soffi yang selalu uring uringan belum memberikan kado untuk Ustadz Yassa. Bukannya Pipit sengaja memanfaatkan jabatan tapi ia bingung harus dengan cara apalagi.
Mereka berjalan biasa seperti tak ada beban, padahal Soffi sudah takut melanggar peraturan apalagi jika mereka ketahuan, tapi Pipit menyuruh Soffi agar bersikap biasa supaya orang lain tak curiga.
Akhirnya mereka sampai dipintu gerbang, melihat pak satpam mundar mandir mengawasi santri yang akan keluar, Pipit dan Soffi menghembuskan nafas kasar lalu mengucap Basmallah dalam hatinya. Mereka akhirnya membuka gerbang dan keluar dengan santai. Baru saja lima langkah dari gerbang pak satpam memanggil mereka
"kalian mau kemana?" Teriak pa Satpam tersebut.
"Ke pasar dulu ya pak" Soffi diam biar saja Pipit yang menjawab.
"Oh, surat izinnya mana ?"
"Osis pa" jawab Pipit lebih tegas sambil menunjukan jasnya.
Pa Satpam tersebut mengiyakan ucapan Pipit, soffi masih diam ditempatnya. Hanya dengan 2 kata "Osis Pak" mereka bisa keluar pondok dengan mudah tanpa pertanyaan apapun lagi, memang punya teman yang cerdas seperti ini membuat kita tak menyesal.
Pipit dan Soffi pun pergi kepasar naik angkot karena jarak pondok dan pasar lumayan jauh, mereka juga memanfaatkan waktu agar sebelum dzuhur sudah bisa berada dipondok.
"Jadi mau beli kado apa Sof?" Mendengar ucapan Pipit, Soffi juga masih memikirkan kado apa yang akan ia beli.
"Bingung pit, bantu milih ya. Mending Sarung, Sorban atau Peci, Jam tangan atau apa ya" soffi memberikan opsi pada Pipit.
"Kalau jam tangan sih udah ga aneh sop, sarung juga bagus tapi kan Ustadz Yassa udah banyak kali. Peci kita ga tau ukurannya. Kalau sorban ustadz Yassa juga jarang pakai Sorban"
"Terus apa Pit?" Soffi masih belum menemukan ide untuk kado tersebut.
"Ya udah, sarung aja deh Sof. Yang penting niatnya bagus masalah dipake atau ngganya itu urusan belakangan. Lagian kalau sering dipake juga berarti tandanya Ustadz Yassa suka"
Ucapan pipit ada benarnya juga, Soffi mengiyakan lalu pergi mencari sarung yang akan ia berikan.
Toko Ade Barkah Collection
Setelah sampai mereka melihat lihat sarung dan akhirnya mata dan hati soffi memilih sarung polos hitam namun di belakangnya masih ada motif kotak batik berwarna Abu abu. Ia mengambilnya kemudian meminta pendapat Pipit dan Pipit setuju, ia tak menyangka pilihan soffi akan bagus seperti ini.
"Pak, harga sarungnya berapa?" Pemilik toko pun melirik sarung yang dipegang Soffi
"80 ribu dek"
Setelah mengetahui harganya, soffi mengambil uang di dompetnya, tapi tanganya langsung dicegah Pipit."Tawar dulu sof" pipit berbisik pada Soffi, terlebih Pipit heran baru kali ini ia bertemu dengan orang yang belanja dipasar tapi tidak tawar menawar. Soffi mengiyakan ucapan Pipit, tapi sebenarnya ia tak bisa menawar dan bingung caranya bagaimana.
"Hemm, kurangin dikit ya pak. 75 deh" pipit melotot dan menepuk lengan soffi, apa apan nawar segitu. Sudah pasti pedagang tersebut akan mengiyakan ucapan soffi. Gini nih belanja sama orang yang sukanya pergi ke Mall.
"Biar aku aja yang tawar deh sof" sofi mundur mndengar pipit yang akan menawar.
"50 deh pak, masa bapak ga kasian. Diskon kali kali sama santri pasti berkah pak."
"Ga bisa de, itu udah kurang"
"Pit, beli aja lah pit. Kasian juga si bapanya"
Pipit mengisyaratkan agar Soffi diam saja, biarkan Pipit dan pedagang tersebut berperang."Uang kita ga ada lagi pak, ya udah deh kalau ga mau kita cari lagi aja" pipit menarik tangan soffi keluar dari toko tersebut
"Ta-tapi pipit itu kan sarungnya" pipit terus menarik soffi agar keluar, ini adalah salah satu siasat orang ketika menawar. Setelah nawar tapi gak di kasih maka pergi adalah jalan keluarnya pasti si penjual akan memanggil mereka.
"Tunggu de" apa kan pipit bilang semua utu pasti terjadi. Pipit dan Soffi melirik bapak tersebut, dengan PD nya pipit sudah yakin pasti pedagangnya akan menyutujui harga pipit.
"Sarungnya jangan dibawa de" pipit melirik kearah Soffi yang masih memegang sarung, ia menepuk jidat kenapa punya teman yang seperti Soffi.
Soffi malah tersenyum kikuk melihat tatapan membunuh Pipit, suruh siapa pipit buru buru menarik tangannya ia sampai lupa sarung itu masih berada di gengamannya.
Pipit dan soffi kembali lagi ketempat tersebut lalu setelah perdebatan yang panjang akhirnya pipit memenangkan pertandingan dengan harga 60 ribu. Soffi langsung membayarnya ia tak mau mendengar pipit berdebat lagi, itu mmebuat kepala soffi seperti akan pecah.
Mereka pergi dan bersiap siap kembali ke pondok, ketika di jalan mereka papasan dengan ustadz Yassa tapi tak ada satu orangpun yang menyadarinya. Yassa hanya melirik dari belakang sepertinya ia kenal dengan dua orang perempuan tersebut. Tapi ia tak terlalu peduli, ia melajukan kembali moto beatnya.
Toko Ade Barkah Collection
Setelah selesai parkir, yassa masuk ketoko dan mencari barang yang telah ia incar. Tapi setelah dicari barang tersebut sudah tidak ada.
"Cari apa mas? " pedagang tersebut menghampiri ustadz Yassa yang sedang bingung.
"Ini pak, saya tuh dari kemarin kemarin masih lihat sarung yang ada motof kotak abu itu loh yang belakangnya saja motifnya. Tapi ko udah ndak ada ya"
itu adalah sarung yang diinginkan yassa sejak sebulan yang lalu, ia berniat membelinya tapi baru bisa sekarang karena uangnya dan juga belum ada waktu keluar pondok.
"Itu tadi ada yang beli dua perempuan. Yang satu Nawarnya habis habisan yang satu lagi cuma diam, hah kasian sih katanya itu buat kado jadi bapak kasih saja"
Yassa sedikit kecewa padahal ia sangat ingin sarung itu. Ia lalu berpamitan pada pedagang itu dan kembali menghidupkan motor untuk kembali ke pondok, walaupun masih dengan rasa kecewa karena ia ditikung membeli sarung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku anak Kiyai - END
Genç KurguPROSES REVISI. Jadi kalau ada kata kata yang typo atau masukkan apapun, boleh baca sambil komen ya. Deskripsi ceritanya aku hapus, soalnya ga nyambung wkwkwk Makasi juga yang udah baca. Maapkeun kl ceritanya ga jelas wkwk Terimakaciii🤍🤍