Chapter 42

113K 3.6K 144
                                    

Jangan lupa Vomment😙
Happy reading guys
_________________________________

Jangan lupa Vomment😙Happy reading guys_________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¤♥¤

Ken melepaskan ciumannya, keningnya ia tempelkan pada kening vani. Bibirnya melengkungkan senyuman.

" Jangan khawatir, percaya sama aku." kata ken berusaha meyakinkan vani.

Vani mengangguk, wajahnya memerah menahan malu. Lihatlah posisi mereka saat ini, sangat dekat sekali.
" Jaga kesehatan juga, jangan sampai kenapa-napa." kata ken lagi.

Vani hanya membalas dengan gumaman, lalu ia tersentak kala ken menunduk lebih rendah. Wajah ken saat ini behadapan dengan bagian perutnya.

Vani menahan tangan ken yang akan menaikan bajunya, ia menggeleng menolak.
" Sebentar aja." kata ken pelan.

Ken menaikan sedikit pakaian atas vani, hanya sebatas perutnya saja tidak lebih. Lalu ia mendekatkan wajahnya dan mengecup secara perlahan perut vani yang masih rata, tangannya juga ia letakkan disana mengelusnya pelan.

" Cepet lahir baby, nanti bisa main bola bareng papa." bisik ken.

Vani memukul bahu ken, ia terkekeh pelan.
" Ken, dia masih dua minggu dan kamu udah ngajak main bola."

" Ya nanti sayang, kalau sudah lahir." kata ken ikut terkekeh.

" Baru lahir juga belum bisa main bola." dengus vani, aneh-aneh saja kenzie ini.

Ken tertawa, benar juga. Ah pikirannya sudah terlalu jauh. Ia jadi tidak sabar menantikan buah hati mereka lahir kedunia.
" Nanti saja kalau babynya sudah besar." kata ken lagi.

Vani mengangguk setuju, itu juga kalau anak mereka yang lahir laki-laki, kalau perempuan masa iya main bola seharusnya kan bermain boneka.
" Van... " panggil ken dengan wajah serius.

Kenzie sudah menyiapkan hal ini sejak jauh-jauh hari, ia memang bukan pria yang romantis tapi sebisa mungkin ia mencoba memberikan yang terbaik. Ia mengambil sesuatu dari saku celananya, dan menyembunyikan dibelakang tubuhnya.
Satu tangan ken meraih telapak tangan vani, menggenggamnya erat.

Ken menatap intens bola mata vani, ia merasa gugup saat ini. Ia memalingkan wajahnya lalu menghembuskan nafas secara perlahan, pandangannya kembali bertubrukan dengan bola mata vani.

" Van.." Ada jeda sebentar sebelum ken melanjutkan ucapannya lagi.
" Aku memang bukan laki-laki yang baik, aku juga banyak mempermainkan perasaan perempuan, tapi itu dulu..., sebelum aku mengenal dan jatuh hati sama kamu. Aku belum pernah segila ini sebelumnya dan aku benar-benar minta maaf atas perbuatan bejat yang pernah aku lakuin ke kamu. Itu diluar kendaliku, aku gak bisa mengontrol diri sendiri sampai aku berbuat hal yang menyakiti kamu, aku minta maaf. Aku nggak tau harus ngomong apa lagi. Tapi, satu hal yang harus kamu tau. Aku gak pernah main-main saat aku bilang, aku cinta sama kamu, aku cinta sama kamu vani, will you be mine, marry me please?." kata ken sembari memperlihatkan kotak beludru yang berisi cincin permata didalamnya, ia merasa sedikit lega telah mengeluarkan isi hatinya.

Dosen Is My Husband (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang