Satu•01

13 1 0
                                    


Sena menghabiskan waktu liburnya di dalam perpustakaan besar di kampusnya, ia memilih menghirup aroma bibliosmia untuk menjernihkan otaknya yang akhir-akhir ini dipenuhi dengan tugas.

Seperti biasa sena masuk dan memberikan kartu mahasiswa kepada penjaga perpustakaan untuk di scan kehadirannya, lalu ia berjalan menuju deretan meja kosong dipinggir jendela besar. Namun siang hari ini tampaknya langit menampilkan wajah muramnya, terlihat sangat gelap dengan beberapa suara guntur menyapa.

Sena menarik sedikit gorden untuk menutupi jendela tersebut, karena ia tidak menyukai kilatan petir yang terlihat ikut menyapanya. Gadis itu mendudukkan dirinya dan melihat sekitarnya, hari minggu tidak banyak orang yang mau datang ke perpustakaan, mereka yang datang hanya terpaksa karena harus menyelesaikan tugas kampus, tidak seperti dirinya yang tidak memiliki kegiatan dan ingin berdiam diri di perpustakaan dikelilingi novel yang akan dibacanya hari ini.

Memikirkannya saja sudah membuatnya senang.

Sena membuka notes di ponselnya dan membaca list novel yang akan dibaca dan dipinjamnya hari ini. Dan ia berharap semoga buku itu ada di perpustakaan terbesar di kampus nya.

"Pulang, sinopsisnya sangat menarik. Oke gua coba baca yang ini dulu" gumamnya pelan lalu meninggalkan totebag-nya di meja.

Sena berjalan menuju deretan rak paling belakang dari area perpustakaan, buku di deretan belakang adalah buku pemberian donatur ataupun dari acara amal yang diberikan untuk pihak kampus. Ia juga tidak tahu apakah akan ada novel itu di rak tersebut, hanya saja ia ingin mencoba mencari. Untuk anak kos seperti dirinya, selagi masih ada yang gratis kenapa harus beli?

Baru sampai dideretan ketiga rak abjad P, sena mendengar suara aneh dan terdengar tidak senonoh didekatnya. Ia mengenyahkan fikiran kotor dari kepalanya, namun saat ia mencoba untuk pergi dari tempatnya, suara tersebut terasa semakin terdengar jelas dari posisinya berdiri.

Sena memajukan selangkah kakinya melewati rak terakhir di abjad P, hingga ia memergoki sepasang kekasih yang tengah melakukan penyatuan tubuh di antara rak berukuran 2 meter lebih.

"Akhhhh!" sena tanpa sadar berteriak dan menutup matanya. Ia bahkan refleks berlari untuk kembali menuju meja bacanya.

Ya allah, gua liat apaan tadi? Astaghfirullah nyata banget anjir_ batin sena menangis.

Tampaknya teriakan sena memicu tatapan dari beberapa orang disana, ia hanya menundukkan kepalanya singkat tanda permintaan maaf. Lalu ia berjalan cepat sebelum akhirnya ia meraih tasnya dengan cepat.

Dia tidak habis fikir, apakah suara dua sejoli tadi tidak terdengar ditelinga mereka? Di tempat sesunyi itu seharusnya terdengar, namun sekali lagi siang itu guntur menyapa. Dan hanya dirinya yang sial untuk mendengar bahkan melihatnya.

•••…•••

Sena POV

Aku keluar tergesa-gesa dari ruang perpustakaan, aku yang tengah memakai sepatuku dicegat oleh seorang ibu paruh baya yang berdiri didekatku. Aku mengernyit tanda tanya kepadanya, sungguh aku masih terkejut atas apa yang aku lihat tadi. Tindakan yang membuat kesucian mata dan otakku terasa luntur.

"Apa kamu dari area rak belakang?" tanya ibu perpustakaan dengan rambut bak gaya pesinden.

"Iya bu" jawabku cepat, hatiku sudah berteriak untuk menyuruhku segera beranjak dari sana.

Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang