Chapter 2

15 2 0
                                    

KALA merebahkan tubuhnya ke atas kasur setelah seharian ini berlarian dari lorong ke lorong rumah sakit.

Dari kemarin keadaan rumah sakit tempat Kala bekerja cukup hetic. Ada kecelakaan cukup besar di perempatan dekat taman kota akibat rem salah satu bus blong. Kecelakaan beruntun tak terelakkan. Untungnya tidak ada korban jiwa. Tetapi pasien luka luka cukup banyak dan menyita energi team medis rumah sakit.

Kala seorang dokter di salah satu rumah sakit di kota yang terkenal dengan hawa dinginnya ini. Umurnya masih terbilang muda untuk ukuran dokter walaupun sudah lewat menginjak angka 30an.

Pukul 4 sore. Kala yang baru saja pulang mencoba beristirahat sebentar. Jam di meja dokter muda itu berdetak 4 kali.

Kala menoleh ke arah nakas disebelah kasur nya. Ada secarik kertas kecil yang terobek tak beraturan. Kala menyelipkannya dibawah jam meja yang baru saja berdetak itu.

Kertas itu sudah ada padanya sejak 2 hari yang lalu. Kisah nya cukup lucu saat diingat bagaimana dia mendapatkan kertas misterius itu.

Hari itu, sabtu jam 4 sore sama seperti sore ini. Kala diminta adiknya untuk mengembalikan buku kedokteran yang adiknya pinjam seminggu yang lalu. Adik peremuan Kala juga seorang calon dokter, dokter gigi tepatnya, adiknya masih jadi mahasiswa kedokteran di salah satu Universitas Negeri ternama di kota itu. Namanya Senja.

Buku buku itu sudah dibawa Kala sejak pagi. Dan akan dikembalikannya saat perjalanan pulang. Kebetulan arah rumah nya sejalan dengan Perpustakaan Kota. Adik perempuannya sedang di luar kota bersama orang tua nya, mengunjungi keluarga Ibu di desa selama tiga hari. Seperti biasa gadis itu selalu saja ceroboh dan pelupa, buku buku yang dipinjamnya sudah terlambat lima hari dan Senja baru sadar.

Dan disanalah Kala akhirnya. Mengembalikan buku buku kuliah adiknya sambil meminta maaf dan membayar denda keterlambatan lima hari.

Ketika berbalik dari meja registrasi pengembalian buku, Kala tak sengaja menabrak bapak-bapak berumur baya yang membawa buku-buku tebal.

Kedua nya kaget karena buku-buku tebal itu langsung jatuh berserakan.

"maaf pak, saya tidak lihat. Maaf.." ujar Kala cepat sambil membungkuk mengambil dan membantu merapikan buku buku itu.

"ndak apa apa dek, tangan bapak yang sudah tua ndak kuat pegang buku tebal tebal." jawab pegawai perpustakaan itu sambil tertawa.

Kala menyerahkan buku buku tebal berdebu itu kepada bapak tua pegawai perpustakaan. "mau dibawa kemana pak buku buku nya?" sambil bertanya basa basi. Melihat troli besar yang didorong bapak pegawai perpustakaan itu, kelihatannya buku buku itu akan dipindahkan ke suatu tempat.

"mau dipindahkan, rak buku bagian pojok disana itu kemarin atap nya bocor. Jadi rak nya mau digeser ke depan dulu."

Kala hanya ber oh saja dan bapak itu lalu berpamitan padanya. Siapa juga yang mau baca buku sejarah setebal dan berdebu itu, pikirnya. Bapak pegawai itupun berlalu melewatinya sambil mendorong troli buku nya.

Saat akan melangkah ke pintu keluar Kala menginjak sebuah kertas robekan dibawah kakinya. Mungkin sampah dari pengunjung yang jatuh barusan, batinnya.

Kala memungut kertas itu dan mengarahkannya pada tempat sampah disampingnya, sebelum sudut matanya membaca kalimat di kertas itu.

Senyum reflek ketika membaca tulisan di kertas itu membuat Kala urung membuang kertas robekan itu. Dan mengantonginya di saku jaket nya.

*******


Kala membolak balik kertas ditangannya. Pikirannya bimbang, Kala ingin mengirim pesan kepada penulis kertas itu.

"mungkin aku benar benar sudah gila." Katanya sambil mengembalikan kertas itu di atas nakas nya.

Kala menertawai dirinya sendiri sambil beranjak dari tempat tidurnya. Mungkin siraman air dingin bisa menyejukkan pikirannya.

Mungkin hanya anak-anak SMA yang iseng. Pikirnya. Atau mungkin bapak bapak kesepian yang mencari teman ngobrol sehabis pensiun. Atau mungkin seorang wanita nyentrik kutu buku yang nerd.

Pikiran itu tetap tak mau hilang sehabis Kala mandi.

Kala cukup kesepian akhir-akhir ini memang. Hubungan yang dia jalin selama dua tahun harus kandas. Karena pacarnya, atau mantan pacarnya, menerima lamaran dari laki laki lain. Laki laki itu memang lebih menjanjikan dibanding dirinya.

Mantan pacarnya yang seorang guru SMP itu berkali kali mengajaknya menikah, tapi Kala selalu bisa berkelit. Bukan berarti sang mantan pacar bukan perempuan yang baik. Dia adalah perempuan yang istimewa. Entahlah, Kala hanya merasa belum siap.

Umurnya yang sudah kepala tiga rasanya juga masih belum cukup untuk menjadi alasan Kala untuk menikah. Baginya menikah bukan hanya karena tuntutan umur. Kala adalah pria yang masih mempercayai dan berimajinasi menikah dengan orang yang benar benar dia cintai. Lalu apakah itu berarti Kala tidak begitu mencintai Sabrina mantan pacarnya? Hanya Kala yang tahu.

Sabrina selalu menjadi perempuan yang sabar dan baik baginya. Umur Sabrina yang bahkan lebih muda tiga tahun dari Kala rasanya tidak mengurangi sifat dewasa Sabrina. Perempuan itu halus dan keibuan, mugkin karena Sabrina anak pertama dan mempunyai tiga adik yang masih bersekolah.

Dan entah sejak kapan Sabrina mulai menuntut untuk menikah. Dengan alasan hubungan mereka yang cukup lama dan umur keduanya yang sudah cukup serta pekerjaan mereka berdua yang dinilai sudah mapan, orang tua Sabrina menodong Kala untuk menikahi putri nya.

Jadi alasan untuk menikah adalah karena umur dan pekerjaan? Lalu bagaimana dengan cinta dan hatinya? Apakah itu tidak masuk menjadi pertimbangan untuk memutuskan menikah? Pikir Kala saat itu.

Berkali kali Sabrina bertanya padanya mengapa, berkali kali juga Kala bertanya, apa alasan mereka menikah. Setelah berkali kali pertanyaan itu dilontarkan jawaban Sabrina tetap sama. Hubungan yang sudah lama, umur dan pekerjaan.

Dan tanpa Sabrina sadari, berkali kali juga Kala patah hati. Kala menunggu jawaban itu. Jawaban bahwa Sabrina mencintainya. Sangat klise. Atau bahkan itu hanya menjadi alasan saja, alasan bahwa Kala sebenarnya belum ingin menikah.

Mereka terus berselisih setelah itu, sampai akhirnya orang tua Sabrina berang dan menjodohkan Sabrina dengan anak kenalan keluarga mereka. Anak seorang kepala sekolahnya sendiri. Seorang tentara TNI, yang lebih siap menjalin komitmen untuk menikah dengannya.

Kau tahu apa yang lebih menyakitkan dari mendengar orang tua dari pacarmu yang berusaha menjodohkan pacarmu dengan orang lain? Yang lebih menyakitkan adalah mendengar kata bersedia dari mulut pacarmu sendiri bahwa dia bersedia dijodohkan dan melepaskanmu.

Siapa yang melepaskan siapa sebenarnya? Sabrina yang melepaskan Kala karena tidak ingin menikah ataukah Kala yang melepaskan Sabrina terlebih dulu karena gadis itu menuntutnya menikah?

Hubungan mereka berakhir hampir 6 bulan yang lalu. Dan Kala masih saja seperti ini, masih bergelut dengan pekerjaannya dan rutinitas hariannya. Mungkin Kala membutuhkan warna baru dalam hidupnya.

Berpegang pada keputusan itu, Kala kembali ke nakas di samping tempat tidurnya. Dengan hati yang berdegup kencang, entah kenapa. Dia mengetik sesuatu di ponsel nya. Setelah selesai, Kala memejamkan matanya sambil menunggu balasan.

"apa yang aku tunggu?" katanya pelan saat sadar apa yang dia lakukan.

Kala menghempaskan ponsel nya ke kasur dan beranjak pergi ke dapur untuk membuat makanan. Tepat saat Kala sampai di ujung pintu kamarnya, dering notifikasi ponselnya berbunyi. Kala refleks langsung berbalik dan setengah berlari menuju kasurnya.

Pesan itu berbunyi.

'Official Invitation : Caffe Biru di depan alun alun kota. satu jam dari sekarang. See you soon.'


To be continue...

RINJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang