Chapter 12

29 2 0
                                    

Happy reading:)

-------------------------------------------

Malam ini entah kebetulan atau apa Alea sudah tidur lebih awal, hal itu semakin membuat rencana Daren dan lainnya berjalan dengan lancar tanpa hambatan.

Mereka menyiapkan dengan sangat hati-hati karena takut Alea bangun. Semuanya sudah di tempatnya tinggal menunggu waktunya tiba.

~Alea pov

Prank...

Gue mendengar ada suara barang pecah, gue pun terbangun dari tidur dan melihat jam, ternyata masih jam 22.55, belum berganti hari rupanya.

Karena gue penasaran dengan suara tadi, akhirnya gue berniat buat mencari sumber suara tadi.

Ceklek

Gue membuka pintu kamar gue, hal yang pertama gue lihat yaitu gelap.

"Loh kok gelap sih, masa mati lampu sih kalau mati lampu pasti kamar gue juga ikut mati, lah ini kamar gue terang-terang aja tuh. Masa iya bunda matiin lampunya, biasanya juga kagak pernah di matiin." kata gue bermonolog.

Brakk...

Terdengar suara barang jatoh dari bawah, gue memberanikan diri buat turun ke bawah. Gue berjalan dengan hati-hati dan tangan gue sibuk meraba sesuatu di depan gue, takut nabrak sesuatu karena bener-bener gelap.

Prank...

Baru saja sampai di anak tangga terakhir gue mendengar suara barang pecah lagi.

"SIAPA ITU?." tanya gue berteriak.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan gue, gue kembali berjalan mencari sumber suara itu tapi yang pertama gue harus nyalain lampunya dulu biar gue bisa lihat.

"AYAH, BUNDA, BANG DAREN KALIAN DIMANA?." tanya gue tapi tetap saja tidak ada sautan dari mereka.

Brakk...

"HEY,, SIAPA ITU? JANGAN MACEM-MACEM YA, MAU MALING DI RUMAH GUE LO." sekeras apapun gue bicara tidak ada satu jawaban pun yang terdengar.

Gue mulai ketakutan, Perlahan air mata gue mulai keluar, jujur situasi gini gue takut banget. Meskipun kalian kira gue tomboy tapi kalo masalah kayak gini, gue takut banget. Seluruh badan gue mulai bergetar merasa takut.

"AYAH, BUNDA, BANG DAREN KALIAN DIMANA? ALEA TAKUT HIKSS." gue kembali berteriak sambil terisak.

"SURPRISE." kata seseorang.

Tiba-tiba saja lampu mulai menyala, tanpa gue sadari ternyata gue ada di ruang tamu, gue melihat banyak orang di sekeliling gue.

Sumpah gue gak bisa berkata-kata lagi, gue masih menangis, gak nyangka bakal di kasih kejutan kayak gini.

Gue melihat bang Daren mendekati gue, dia langsung memeluk gue dengan sayang.

"Happy birthday Alea, maafin abang yah seharian ini cuek sama kamu, abang sengaja nyiapin ini semua buat adek abang yang nyebelin ini." kata Bang Daren.

"Abang jahat.. Hikss." jawab gue di pelukan bang Daren.

"Maaf ya."

"Makasih bang buat semuanya, Alea gak nyangka banget bakal di kasih kejutan kayak gini di hari spesial Alea."

"Apasih yang engga abang kasih buat adek nya abang, udah deh jangan nangis, cengeng banget sih udah gede juga." kata bang Daren.

Bang Daren melepaskan pelukannya, sekarang Bunda sama Ayah yang meluk gue bersamaan.

"Selamat ulang tahun buat anak Ayah sama Bunda, semoga kamu menjadi anak yang selalu sayang sama Ayah, Bunda, sama abang kamu." kata Bunda.

"Makasih Yah, Bun... Alea gak bisa bales jasa Ayah sama Bunda yang udah rawat Alea dari kecil."

"Iya sama-sama sayang."

Ayah sama Bunda pun melepaskan pelukannya.

"Oke udahan ya nanti-nangisan sekarang tiup lilinnya dulu, sebelum itu make a wish dulu." kata Bang Daren.

Sebelum meniup lilinnya gue make a wish dulu, kalau mau tau gue pengen apa itu rahasia, hanya gue dan tuhan yang tau.

Satu persatu keluarga dan teman teman memberi ucapan Selamat ke gue. Gue baru sadar kalau Devan dkk dan Kayla juga ada di sini.

Devan dkk memberi ucapan selamat ke gue, sekrang giliran Devan.

"Happy birthday Alea, sorry yah gue suka bikin lo kesel hehe." kata Devan.

"Eh iya makasih ya, udah gak masalah kok."

"Le gue boleh ngomong sebentar sama lo gak."

"Boleh aja sih, kalau mau ngomong ya ngomong aja."

"Tapi bukan di sini, ayo ikut gue."

Dia menarik tangan gue ke taman belakang rumah.

...

"Lo mau ngomong apaan sih pake narik gue ke sini, kan ngomong di sana bisa."

"Gue mau ngomong penting sama lo." kata Devan.

"Yaudah ngomong aja."

"Gue tau ini terlalu cepat, tapi jujur Le gue gak bisa lagi bohongin perasaan gue. Sebenernya gue suka sama lo, mungkin ini terdengar aneh tapi yah ini yang gue rasain sekarang. Awalnya sih gue masih ragu sama perasaan gue, gue kira itu hanya perasaan sesaat gue aja, tapi semakin gue berusaha mengelak malah perasaan itu semakin tumbuh. Sekarang gue udah sadar gue emang suka sama lo. Le, di hari yang spesial buat lo, Will you be my Girlfriend?."

Gue gak tau harus gimana dan harus jawab apa, jujur emang gue juga suka sama Devan, tapi apa engga terlalu cepet ya.

Gue bingung harus jawab apa, tapi apa salahnya kalau gue terima Devan. Semoga aja hidup gue lebih berwarna, walau gue juga baru pertama kali suka sama cowo.

Gue pun mengangguk mengiyakan ajakan Devan.

"Hah? Lo serius Le terima gue?." tanya Devan.

Gue kembali mengangguk sebagai jawaban.

"Gue mau lo jawab langsung dengan suara indah lo itu."

"Iya Devan, gue mau jadi pacar lo." jawab gue dengan lantang.

Tanpa berkata Devan langsung memeluk gue, gue gak tau ini apa, rasanya jantung gue berdetak dengan sangat kencang.

"Makasih Le." kata Devan, dia mengelus rambut gue.

"Ekhem... Ada yang jadian nih." kata seseorang menyadarkan gue dan Devan. Ternyata suara itu berasal dari arah belakang gue dan Devan, kita berdua menoleh ke belakang, suara tadi berasal Kevin, bukan hanya kevin yang ada di situ tapi Kayla, Dio, Farel, dan juga Bang Daren.

"Wahh kudu traktiran ini mah." kata Farel

"Adek gue udah gede ternyata." kali ini bang Daren yang berucap.

"Astaga, akhirnya sahabat gue yang satu ini kagak jomblo lagi." kata Kayla dengan heboh.

"Yeuu, kayak yang kagak jomblo aja lo." jawab gue.

"Iya deh tau yang udah jadian mah." kata Kayla dengan muka di tekuk.

"Neng Kayla tenang aja, di sini ada abang Farel yang siap mendampingi bidadari." goda Farel yang di suguhi dengan tatapan tajam dari Dio, yang lain hanya terkekeh dan jijik dengan ucapan Farel.

"Ihh najis." kata Kayla.

"Hahahaha." semua tertawa dengan Kayla yang menolak mentah-mentah ucapan Farel.

Bersambung:)




ALEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang