❁❁❁
"What is the thing you regret the most?"
❁❁❁
Lighting studio dibuat jadi lebih remang-remang, yah, buat mendukung atmosfer keintiman di segmen terakhir ini. Tapi yang ada, malah keheningan dan kecanggungan antara gue dan Amora.
Kapan ya terakhir kali kita ada di posisi kaya gini?
Gue sendiri lupa. Tapi yang jelas, seinget gue Amora dulu punya koleksi piyama satin bergambar lucu-lucu. Katanya, dia harus jaga mood biar tidurnya enak.
"Gue punya banyak penyesalan."
Mata gue beralih ke arah Amora yang terbungkus dalam hoodie kebesaran. Padahal seinget gue, dia benci banget sama baju sejenis itu karena panas dan bikin dia kelihatan gendut.
"Sebanyak apa?" gue mengulum senyum, "yaudah, kalo gitu gue dulu ya?"
Amora mengangguk pelan, wajahnya tampak tenang meskipun gue yakin ada banyak yang tersimpan dalam benaknya. Gue jadi ikut bertanya-tanya: apa dari banyak penyesalan itu, gue ada diantaranya?
"Gue pernah ditinggal seseorang."
"Terus? Penyesalannya dimana?"
Gue menelan ludah.
"Setelah dia pergi, gue jadi sadar kalo sejatinya gak ada standar pantas untuk seseorang. Gue terus-terusan mencoba jadi versi terbaik diri gue sendiri demi orang itu. Setelah dia pergi, gue hilang arah."
Tatapan Amora melembut, sementara mata gue memanas.
"Setelah dia pergi, gue sadar kalo gue egois. Padahal dunia kan bukan cuma tentang diri gue sendiri aja. Seandainya gue bisa putar balik waktu, gue mau bahagia dengan sederhana tanpa perlu banyak pikiran. Karena kalau gue bahagia, dia bahagia. Dan gitu sebaliknya."
Gue masih inget persis, rasanya dunia melambat waktu Amora hilang tanpa jejak.
Begitu UN selesai, gue berniat buat mengajak dia ke Taman Safari. Naasnya, pas keesokan harinya gue ke rumah dia, rumah itu udah kosong gaada jejak. Yang tersisa cuma spanduk 'DIJUAL' dari L.J Hooker.
Berbulan-bulan gue habisin buat mencari nama Amora di database kampus. Pernah satu minggu gue susurin Bandung cuma untuk menyambangi kampus impian Amora dulu, tapi hasilnya nihil.
Butuh waktu lama buat akhirnya gue mengikhlaskan Amora yang hilang. Mungkin pada akhirnya dia muak dan lelah sama semua ketidakpastian.
Dia pergi, yang disisakan cuma penyesalan.
"Penyesalan gue banyak, bingung harus dimulai darimana."
Gue menggigit bibir bawah, sedikit banyak takut karena gue baru saja menuangkan kata yang terpendam selama ini.
"Cuma kalo gue boleh mulai, penyesalan gue berawal dari mengiyakan Olin buat shooting disini dan mengharuskan gue ketemu lo lagi!"
Seisi studio terkesiap, dan gue cuma bisa mengerjap kaget.
"Time supposed to heal, Harsa. Udah bertahun-tahun lewat, dan gue yakin lo udah baik-baik saja. Lo harus udah baik-baik aja. Gue percaya sama lo. Tapi mungkin setelah ketemu lagi sama gue sekarang, kita berdua akan balik ke titik 0."
Amora berdiri dari kursinya, menggelengkan kepala.
"Penyesalan terbesar gue adalah gak sempat bilang maaf. Kalo boleh, gue akan nuntasin penyesalan itu hari ini."
Menarik napas dalam, air mata pertama Amora luruh ke pipi.
"Harsa, maaf."
Dan dengan itu, Amora hilang dari pandangan.
❁❁❁
KAMU SEDANG MEMBACA
KANIGARA | Lee Haechan ✔
Novela JuvenilKANIGARA, yang artinya bunga matahari. ❁❁❁ "Harsa, gak perlu takut kamu mau mengejar mimpi ke arah manapun. Aku pasti cuma akan ngeliat kamu." "Sampai kapanpun?" "Sampai kapanpun." Nyatanya, Harsa harus ditampar dengan kenyataan pahit bahwa Amora pe...