29 // Kembali Terlihat

3.7K 330 14
                                    

A/n : Vote dan Komen di setiap part dong!:)

Cung, pembaca cerita ini☝
*mau tau banget

Makasih buat kalian yang nunggu cerita MwE Up! Luv.

Happy reading!💞

🐁🐈

Hari pertama sekolah seharusnya menjadi hari menyenangkan bagi murid kelas sebelas dan dua belas karena mereka disuguhkan tampang murid baru nan polos, serta jam kosong yang didapatkan. Tapi realitanya tidak. Kelas belajar mengajar tetap saja berlangsung tanpa ada hambatan atau embel-embel sedang MPLS—Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah, bagi murid kelas sepuluh.

Nyatanya semua guru tidak membebaskan atau membiarkan murid tidak berkepentingan berkeliaran saat jam pelajaran. Kini, Ocha dan teman sekelasnya sedang terjebak dalam pelajaran Matematika wajib.

Hari pertama dan jam pertama KBM—Kelas Belajar Mengajar, langsung disuguhkan dengan angka-angka yang membuat otak mengepul. Desahan lelah mulai terdengar. Rasa bosan pun menyergap ke seluruh murid kelas XII IIS 4.

Bahkan beralasan apapun tidak akan diizinkan, terutama para cowok yang pandai membual demi mencari mangsa perempuan cantik kelas sepuluh.

Setelah pelajaran matematika wajib dan berganti ke pelajaran sosiologi. Mereka kembali merasakan jenuh hingga tiba saatnya bel istirahat berbunyi. Teriakan girang dan nyaring membuat suasana kelas ricuh. Beberapa penghuni kelas dengan cepat menghamburkan diri keluar untuk mencari mangsa adik kelas.

"Akhirnya kelar juga!" Pahlevi berseru riang. "Dede gemeshh ... I'am coming! Aw."

Pahlevi merasakan ada benda yang menghantam punggungnya. Lalu cowok itu menengok ke belakang, banyak orang di sana tapi fokusnya hanya terarah pada Cara yang berpura-pura sedang menulis. Tidak menemukan siapa pelakunya, mata Pahlevi beralih melihat bawah dan menemukan tempat pensil berwarna pink. Sangat tahu siapa pemiliknya.

"Kenapa sih, Mah?" tanya Pahlevi pada Cara, berpura-pura tidak peka. Sedangkan yang ditanya malah diam tak menyahut.

"Dasar cewek, ribet!" lanjutnya, lalu beralih pada Rangga dan Awil. "Ayo Ga, Wil, kita cari mangsa."

"Awiilll ... Inget harus jaga mata, jaga hati!" teriak Meyka memperingati.

"Iya sayang," balas Awil dari ambang pintu. Hingga ketiga cowok itu hilang entah ke mana.

"Idih, lebay!" cerca Ocha.

"Yee, sirik aja jomlo," kata Meyka tak terima.

"Dari pada lo gak ada kepastian," balas Ocha.

Cuma pacaran, gue udah nikah nih.

Tapi Ocha hanya berkata dalam hati, bisa diambang kehancuran sekolahnya jika tersebar status bahwa ia sudah menikah.

"Hah, maksudnya?" Meyka bingung sendiri.

"Cha, lo sindir gue?" tanya Cara tersinggung.

"Ooo jadi lo sindir Cara? Cocok sih emang kalau sama si Pahlevi. Lagian cantik-cantik kok mempertahankan playboy cap kadal," cerocos Meyka. "Gue kalau jadi Cara sih ogah banget ya. Cogan SMA Cluster masih bejibun tuh."

"Dan dari sekian banyak cogan di SMA Cluster, kenapa lo terima Awil?" tanya Ocha.

"Ya karena gue udah luvluv sama dia," sahutnya enteng.

"Ya sama. Cara mungkin juga udah luvluv sama si Pahlevi kadal itu, walau dianya gengsi sih buat ngakuin. Dan perlu waktu buat pindah ke lain hati." Ocha berusaha menenangkan Cara dari ucapannya. "Walau sebenernya gue juga gak suka kalau Cara sama Pahlevi."

"Udah lah, jangan bahas gue sama dia. Gak bakal ada habisnya." Cara bersuara.

"Kalau misalkan gue sama Awil, Cara sama Pahlevi, lo sama Rangga berarti Cha." Meyka tertawa geli. Sedangkan Ocha diam membisu.

"Eh kok tumben gak protes?" heran Cara.

Kalau protes, yang ada gue dikutuk karena ngumpat suami sendiri, batin Ocha.

"Udah jangan sebut namanya, panas kuping gue dengernya."

"Salting gitu sih, kalau bahas mantan," goda Meyka.

Ocha melotot. "Heh, jangan lo sebut-sebut dia mantan gue lagi!"

Meyka menyengir. "Galak amat sih."

"Lagi lo kesambet apa sih, Cha? Kok pernah pacaran gitu sama Rangga? Terus kenapa putus? Jahat nih gak pernah cerita-cerita," cerocos Cara kepo.

Ocha mendecak malas. "Gak penting dan lo gak perlu tau."

"Dih, gitu banget sama sabahat," gerutu Cara.

"Kapan-kapan aja ceritanya kalau gue lagi mood," ucap Ocha menolak untuk membahas tentang hubungannya dengan Rangga dulu, sewaktu mereka menginjak manisnya masa putih biru.

"Gue tunggu, pokoknya harus cerita!" sahut Cara lagi.

Ocha hanya berdeham singkat.

"Udah yuk kita keluar, gue mau awasin suami gue nih, nanti dia tebar pesona sama dede gemesh lagi." Meyka langsung mengapit tangan Ocha dan Cara. "Kalian berdua juga harus awasin suami masing-masing."

"Otak lo Mey, Mey. Masih kelas dua belas udah suami-suamian, geli tau gak!" protes Cara. "Jangan bilang kalau di belakang kita, lo sama Awil manggilnya ayah bunda."

"Lo kira gue anak SD yang baru pacaran!" sungut Meyka tak terima. "Lo tuh sama Pahlevi manggilnya mamah papah."

"Lah, gue manggil dia Pah karena namanya Pahlevi."

"Tapi kan bisa Levi, Lev, Le, Vi." Meyka berusaha memojokkan.

"Ya kan gak cuma gue aja, Ocha juga manggilnya Pah tuh." Cara masih melawan.

"Terus kenapa Pahlevi manggil lo Mah, hah?" sewot Meyka. "Kongkalikong nih kalian berdua."

"Meyka lola, nih gue tanya sama lo, nama lengkap gue apa?" tanya Cara.

"Caramel Mahya," jawab Meyka langsung. Tidak sadar bahwa Cara mengatainya lola.

"Pahlevi manggil gue Mah karena nama Mahya, paham?" Cara gemas sendiri.

Meyka mengangguk paham. Lalu tidak banyak protes.

Sedangkan selama perjalanan mereka menuju lapangan outdoor, Ocha hanya diam tanpa mau menimbrung. Hingga matanya menangkap sosok Rangga bersama Gladis di bawah pohon beringin pinggir lapangan. Gladis yang sedang asik tertawa entah karena apa. Sedangkan Rangga sedang senyum-senyum ke arah cewek itu.

Ocha jadi bertanya seorang diri, bagaimana kelanjutan dua insan itu ke depannya. Apa dalam waktu dekat ini Rangga akan menembak Gladis? Di saat statusnya sekarang adalah istri cowok itu.

🐁🐈

Bekasi, 12Aug20.

Married with Enemy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang