Part 10 - {a}

86 24 29
                                    

"Berkekurangan bukan menjadi pantangan untuk kita tetap bersyukur dan bahagia."

[Aneta Cicillia Austin]

---Ӧ⌓Ӧ---

Bau obat-obatan begitu menyeruak di indra penciuman seorang gadis bernama Aneta yang kini tengah terbaring di brankas klinik. Ia tidak tahu bagaimana bisa ia terbaring lemah seperti ini. Seingatnya tadi ia sedang dalam perjalan menuju klinik bersama bunda dan para sahabatnya.

"Eung.." Aneta sedikit meraung.

Dan Aneta mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan tempat ia terbaring. Ia tidak melihat kehadiran seseorang di sana. Padahal ia sangat berharap ada seseorang yang menemaninya.

Tak lama dari Aneta bangun, seorang wanita berpakaian rapi dengan jas putih bertengger jelas di tubuhnya, bersama bunda Aneta datang menghampiri Aneta.

"Akhirnya kamu sadar juga, nak. Bagaimana keadaan kamu sekarang?" tanya Bunda, masih dengan nada khas orang sedang khawatir.

"Udah mendingan kok, Bun. Tapi Aneta masih pusing," ucap Aneta. Ia beralih menatap dokter yang kini tengah memeriksa keadaannya.

Sang dokter masih belum bertanya bagaimana keadaan Aneta, ia masih sibuk memeriksa Aneta.

"Aneta, keadaan kamu sudah cukup membaik. Sekarang kamu sarapan dulu saja, ya! Pasti tadi perut kamu juga nyeri, kan?" tanya sang dokter.

Aneta mengerutkan dahinya, ia bingung. Sebenarnya dokter itu punya keahlian meramal orang juga? Bagaimana bisa mereka tahu keadaan sang pasien dengan begitu tepat dan benar.

"Ah, iya, dok.." gumam Aneta.

"Itu penyebab kepala kamu sakit, kamu telat makan. Dan maag kamu kambuh, karena perut kamu sudah tidak kuat menahan, jadi lah kepala kamu pusing dan badan kamu lemah." jelas dokter itu, seraya tersenyum manis.

Aneta yang melihat senyum dokter itu terpesona. Wajahnya begitu cantik dan mulus.

Sebelum dokter itu keluar Aneta sempat bertanya pada sang dokter, "Dok, maaf, saya ingin bertanya," ucap Aneta.

"Iya, ada apa?"

"Maaf saya lancang, nama dokter siapa, ya?" tanya Aneta, seraya tersenyum kikuk.

"Oh itu, saya kira ada apa. Nama saya Christina Aguilera Nareswara."

Aneta menganggukkan kepalanya dan ia sedikit terkejut, pasalnya nama akhiran dokter ini sama dengan Kenzie. Apa mungkin mereka saudara? Entahlah.

"Kalau begitu, saya pamit dulu, ya.." ucap dokter itu.

Aneta dan bunda mengangguk, tak lupa juga mengucapkan terimakasih kepada sang dokter.

Tatapan Aneta beralih ke bunda.

"Bunda," panggil Aneta pada sang bunda yang ingin menyuapi aneta makan.

"Iya?" jawab bunda.

"Viona, Tiara, sama Adeera mana, Bun?" tanya Aneta. Karena sejak tadi ia tidak melihat kehadiran ketiga sahabatnya itu.

"Mereka lagi sarapan," ucap bunda

Aneta hanya ber 'oh' ria saja.

---Ӧ⌓Ӧ---

Saat ini Aneta tengah menunggu bunda yang sedang mengurus biaya pengobatan dan mengambil obat.

Sembari menunggu Aneta hanya memainkan ponselnya.

Kupu-Kupu Untuk Aneta {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang