~♥~

2.1K 201 5
                                    

Dua bulan... dua bulan lagi aku akan terbebas dari semua inih!

Aku mengelus perutku yang kian membesar di usia 7 bulan ini. "Sabar Nak.. kita akan segera pergi dari sini.. dan kita akan hidup berdua di tempat yang jauh, hm.. bunda mempunyai sedikit tabungan mungkin kita masih bisa mencari tempat tinggal untukmu.. dan membelikanmu baju serta mainan.."

Hatiku menghangat jika aku terus berbicara pada bayiku, anakku..

Suara langkah kaki memenuhi indra pendengaranku, dengan segera aku bangkit dan menyambut sosok pria yang baru saja datang, tak lupa aku tersenyum.

Dan pria di hadapanku, Dirga suamiku hanya memandangku datar dan berlalu masuk ke kamar, aku menghela nafas dan mengusap kembali perutku,

Ini bukanlah pernikahan impianku, ini adalah kecelakaan. Dia, Dirga menikahiku karna bayi yang tengah aku kandung, Dirga merupakan kekasih kakak perempuanku keluarga satu satunya yang ku punya.

Karna kecelakaan malam itu membuatku mengandung anaknya mau tak mau ia harus bertanggung jawab kak Alya sempat kecewa padaku dan menolak mentah mentah keputusan Dirga yang akan menikahiku hanya sebagai rasa tanggung jawabnya,

Di saat aku melahirkan nanti Dirga akan menceraikanku dan kembali pada kak Alya, aku bingung untuk apa ia menikahiku jika ujung ujungnya akan berpisah?

"Gina!!! Kamu belum masak?!"

Aku tersentak dalam lamunanku dan melihat wajah garang Dirga di pintu penghubung dapur dan ruang keluarga,

Aku meringis melihatnya mengacak rambutnya kasar sambil mendesah lelah, aku bodoh karna aku lupa menyiapkan makan malamnya pasti ia kelaparan dan mencaci makiku di dalam hatinya,

"Sebentar biar aku masakan.."

"Tak perlu! Aku akan membelinya di luar!"

Dirga beranjak keluar setelah mengambil kunci mobilnya aku menyerngit melihatnya yang amat nampak terburu buru. Hah! mungkin ia sudah sangat lapar.

"Kenapa nak? Kamu mengantuk? Ya Bunda juga sudah mengantuk kita tidur bagaimana?"

Aku terkekeh merasakan sebuah tendangan di perutku aku bersenandung riang dan berjalan menuju kamarku dan Dirga.

****

Aku merasakan perutku yang begitu kram ku coba untuk membalikan tubuhku ke kanan dan ke kiri, tapi tidak bisa, rasanya aku benar benar ingin menangis merasakan bagaimana rasa sakitnya yang menjalar dari perutku hingga ke seluruh tubuhku.

"Hikss.. hiks.." benar saja sebuah isakan akhirnya lolos dari bibirku ku tahan sekuat tenaga agar tak membangunkan seseorang yang tengah tidur di sampingku.

"Aargh.. hiks.. sakitt..." rintihku amat pelan ternyata dapat membangunkannya, dapat kulihat kecemasan yang ada pada matanya.

"Kenapa?!"

"Perutku.. augh.. aahh rasanya sakit.."

Dirga bangun dari tidurnya dan duduk mencoba membantuku mencari posisi yang enak untukku tidur. Keringat dingin sudah membasahi kaus yang tengah ku kenakan.

"Bajumu basah, biar aku gantikan.."

Aku hanya diam tak berniat bicara. Ia kembali membawa kemejanya yang amat sangat besar di tubuhku.

"Biar... biar ku bantu memasangnya.."

Aku mengangguk ia dengan perlahan menggantikan bajuku dan membaringkanku dengan lembut membuatku benar benar tersentuh.

"Terimakasih.. Mas.."

Aku memanggilnya saat ia akan kembali tidur memunggungiku.

"Apa?"

Married By AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang