Ketemu Mantan

39 4 0
                                    

Di salah satu Mall kenamaan di Bandung, tampak tiga remaja berjalan beriringan mengelilingi pusat perbelanjaan itu. Satu cewek berjalan memimpin diikuti dua cowok tampan dan tinggi yang masing-masing menenteng tas belanjaan.

" Tau gini gue ogah ngikut Lo berdua. Jadi babu doang ini gue.", Omel pemuda tinggi berwajah bule.

" Gue juga nggak tau kalo ending nya bakal kayak gini. Tapi, gapapa demi Kanaya apapun bakal gue lakuin. Asal gue bisa bareng dia terus.", Si pemuda berkulit Tan menaik-turunkan alisnya membuat cowok di sebelahnya ingin muntah.

" Kalo suka tuh langsung tembak, bukan cuma ngomong doang.", Sindirnya.

" Belum Nemu waktunya."

" Heh! Lo berdua jalan kek siput banget sih?! Buruan, jadi makan kagak?!", Teriak cewek berpakaian casuall dan terkesan tomboi.

" Iya, Kanaya sayang..", seru Alan yang mendapat pelototan tajam dari si pemilik nama.

Cewek bernama Kanaya itu langsung berbalik dan meninggalkan Alan di belakang. Si pria bule segera menyusulnya...

" WOI, TUNGGUIN NAPA?! BERAT NIH!!"

" SEAN! BANTUIN GUE, YAN!! SEAN!!", teriak Alan lantang.

Bikin malu aja, batin keduanya dan terus berjalan tanpa mempedulikan teriakan Alan.

Begitu tiba di food court.

" Anjing banget Lo, Yan.", Omel Alan pada Sean yang tengah duduk menunggu pesanan datang.

" Katanya sayang.? Lo bilang bakal lakuin apa aja?", Ledek Sean .

.
.
.

" Lo makan kek anak kecil tau nggak, Nay? Belepotan gini.", Ujar Alan mengelap sisa makanan di bibir Kanaya membuat cewek itu membeku seketika.

Ya Tuhan, kuatkan hamba.. , batinnya.

" Modus."

" Iri bilang, bro! Lo mau juga? Sini-sini, Sean sayang .....–––Najis Lo!", Sean menepis tangan Alan kasar membuat Alan tertawa puas.

" Pedes banget mulut Lo, Yan. Kayak cabe. ", Ujar Kanaya begitu ia menghabiskan semua makanannya.

" Gue ke toilet bentar. Bayarin dulu, sekalian pesenan gue!", Ucap cewek itu lirih kemudian berlari ke arah toilet meninggalkan dia orang yang berebut soal siapa yang akan membayar.

" Sono bayarin!", Titah Sean.

" Kali ini Lo aja yang bayar, gue lagi bokek. Sumpah!", Ucap Alan melas sembari memperlihatkan isi dompetnya. Sean mendengus kesal.

" Tajir-tajir dompet kosong.", Sindirnya.

" Yang tajir bokap gue, gue kan masih numpang. Udah Sono bayarin!", Sean dengan malas beranjak ke kasir. Cowok itu mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan mengambil pesanan Kanaya.

" Khusus Lo nggak gratis. Ntar ganti.", Alan pura-pura tidak mendengarnya malah sibuk merapikan barang bawaannya yang begitu banyak.

" Gila, temen Lo ngidam apaan sampe belanja segini banyak?", Gumamnya.

Sean menyipitkan matanya melihat dua orang yang ia kenal berjalan menuju ke arahnya. Bukan ke arahnya, lebih tepat ke arah Alan, pikirnya.

" Lan, itu mantan Lo kan? Si Jenny? Dia mau kesini! Lan!––– Apa sih?!", bantah Alan.

" Itu beneran!!!"

" Mana,?!––––Hai?!", Sapa seorang cewek di belakang Alan.

" Hai, Jenny.", Balas Alan.

The Power of Destiny 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang