"Kakak, mau jalan nggak?"
Suara pemuda dengan penampilan yang terlihat rapi itu terdengar, membuat Dika yang sibuk menata bajunya di dalam lemari jadi menoleh.
"Jalan kemana?" tanya Dika sambil tangannya memegang tumpukan baju yang di keluarkan dari dalam koper.
"Jakarta kan luas, jalan kemana aja boleh."
"Memang lo rapi kayak gitu mau kemana? Kondangan?"
Dari kepala sampai ujung kaki terlihat jika Dana memang sangat rapi. Ia menggunakan batik dan juga celana berbahan kain, lengkap dengan sepatu hitam milik bapaknya.
"Ya pokoknya kemana aja deh, nanti aku kasih tau jalannya kemana," jawab Dana, jenjangnya berjalan memasuki kamar pemuda Asmardika.
"Aneh lo."
"Ya udah ikut aja deh, nanti nyesal nggak ikut."
Memang adiknya ini terkadang aneh, padahal tadi ia hanya sebatas untuk mengajak sekarang malah memaksa. Tidak tahu saja jika Dika sedang sibuk, bajunya yang di dalam koper masih belum tertata rapi di lemari. Sekarang malah ada hambatan untuk menyelesaikan sisa tugasnya ini.
"Gue nanya, mau kemana emangnya?"
"Aku harus bilang seribu kali dulu buat nyuruh kakak ikut aja dulu."
Dika berdecak kemudian berdiri dari duduknya, meletakkan tumpukan baju itu di atas lantai, "Iya gue ikut, tapi gue harus pakai baju batik juga kayak lo?"
Dana melihat kearah batik yang dipakainya, menyengir lebar kearah Dika dengan wajah percaya diri, "Aku pakai batik biar keren."
Manik mata milik Dika berotasi malas, memang benar jika terkadang pemuda Pradana ini aneh. Bukan hanya sifatnya saja, tapi juga dengan selera pakaiannya.
Dika baru saja selesai dari mengganti baju, ia langsung menuju lantai bawah untuk menemui adiknya yang sedang menunggu. Entah pemuda itu akan diajak kemana, ia hanya ikut saja.
"Udah siap kak?" tanya Dana menoleh kearah kakaknya.
"Menurut lo?"
"Udah siap, yok berangkat."
-peduli dengan mantan-
Didalam ruangan yang sangat luas dan juga besar, diisi dengan banyaknya manusia, hanya seorang Dika yang wajahnya menekuk kesal.
Bagaimana tidak kesal jika ternyata pemuda itu dibawa untuk menemui bapaknya yang sedang ada acara kantor di sebuah gedung, bukan masalah acaranya. Tapi bajunya, disini para manusia yang datang banyak memakai baju formal, termasuk batik. Jika dilihat, seorang Dika yang memakai kaos abu, celana jeans, dan sepatu kets putih saja yang berbeda.
Malu? Tidak perlu ditanyakan perihal itu, sebab pastinya pemuda Asmardika sungguh malu. Memang adiknya ini ada saja tingkahnya, membuat darah bisa naik saja.
"Lo tuh emang tolol ya Na," cetus Dika yang sedang duduk di kursi dengan meja bundar.
Dana menyengir, ia memotong puding coklat yang baru saja diambil, "Sengaja bikin malu," kemudian memakannya.
Dika berdecak kesal, pasti jika bertemu teman-teman dari bapaknya akan dinilai tidak sopan menggunakan pakaian seperti ini untuk datang ke acara kantor. Jika benar itu terjadi, harus ditaruh dimana telinganya nanti.
"Eh, ada kak Ulani," entah secara sengaja atau spontan Dana berucap seperti itu, membuat gadis yang tidak jauh darinya melihat kearah pemuda itu.
Ulani hanya tersenyum dan melambaikan tangan, gadis itu sedang sibuk berbicara dengan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peduli dengan mantan | ON GOING
РомантикаDika yang baru saja kembali dari luar negeri, atau lebih tepatnya tidak betah hidup di luar negeri harus kembali bertemu dengan mantannya. Mantan SMA yang ia putuskan hubungan dengan alasan yang tidak pernah diketahui alasannya, sebenarnya Dika masi...