Haechan sedang memasak makan malam ketika ia merasakan pelukan hangat dari arah belakang tubuhnya. Haechan tertawa pelan saat mendapat satu ciuman di pipi serta ucapan cinta dari sang suami.
Mark yang mendengar tawa istrinya mau tak mau ikut tertawa di buatnya. Ia mencium pundak Haechan lalu melepas pelukannya dan beranjak menuju lemari es.
"Jangan minum air dingin hyung, sudah malam hari."
"Aku tidak, hanya ingin mengecek bahan makanan."
"Ternyata seorang Mark Jung adalah pembohong yang buruk ya? Untuk apa mengecek bahan makanan? Aku kan sudah bilang jika bahan makanan kita masih lengkap untuk 3 hari kedepan."
Mark tertawa canggung lalu menutup pintu lemari es yang dia buka tadi dengan canggung. Ketika membalikkan badannya, ia tertawa pelan ketika melihat Haechan yang bersandar pada meja dapur dan tersenyum tipis.
"Ingin mengatakan sesuatu?"
Mark menggaruk lehernya pelan, "Aku sedang ingin jus semangka. Tapi sepertinya--"
Cup
"Ku buatkan, tunggu sebentar."
Mark perlahan menyingkir dari depan lemari es saat Haechan mendorong pelan tubuhnya. Dia masih mencoba mencerna apa yang baru saja ia dapatkan. Kecupan manis dari sang istri.
"Hyung, jus semangkanya ingin--hmmpphh!!"
Jangan salahkan Mark, salahkan saja istrinya yang manis dan segala tingkah laku tak terduganya.
Dan tentu saja, hormon dewasanya sebagai pengantin baru.
.
.
.
"Kita harus makan malam hyung."
"Hmmm?"
Haechan mendengus pelan saat Mark semakin mengeratkan pelukannya. Ia mendongak lalu mendapati Mark tengah menatapnya intens. Satu kecupan mendarat pada pipinya dari Mark.
"Tunggu disini, biarkan aku membawakan makan malam kita."
"Tapi--"
"Sayang, biarkan aku mengurusnya oke? Hanya menghangatkan makanan yang tadi kau masak dan membawanya kemari. Bukan masalah yang besar, lebih baik kau sedikit beristirahat."
Haechan menatap ragu pada Mark yang tersenyum padanya. Mark yang melihat itu tertawa pelan lalu mengecup bibir Haechan lembut.
"Tunggu yaa."
Haechan menghembuskan nafas pasrah, "Baiklah."
Haechan tertawa pelan saat melihat Mark yang terburu-buru menggunakan celana piyama birunya dan berlari keluar dari kamar mereka.
Haechan mengedarkan pandangannya pada kamar ia dan suaminya. Kembali berantakan setelah ia rapikan tadi siang. Haechan meraih baju dari piyama biru milik Mark lalu memakainya.
Haechan bergerak cepat untuk membersihkan kamarnya kembali sebelum Mark kembali dengan makan malam mereka.
"Eiii~ tadi kan aku bilang kau harus beristirahat sayangku."
Haechan mengengok lalu tersenyum tipis saat mendapati Mark yang datang dengan nampan berisi makan malam mereka. Ia menepuk tempat kosong disampingnya pertanda agar sang suami duduk disana.
Mark tersenyum lalu mengikuti Haechan yang sudah duduk diatas karpet tebal di kamar mereka. Memberikan Haechan bagian makan malamnya lalu makan dengan tenang setelah memanjatkan doa dan rasa syukur mereka.
"Besok kita masih liburkan? Aku ingin kesuatu tempat, kau mau ikut?"
Haechan menatap Mark, "Kemana?"
Mark tersenyum tipis, "Ketempat yang mungkin akan kau sukai?"
Mata Haechan berbinar, "Taman bermain?!"
Mark tertawa, "Bukan, tapi jika kau mau kita bisa pergi lusa."
"Benarkah?!"
"Iya. Sekarang habiskan makananmu lalu istirahat. Kita akan pergi pagi-pagi sekali besok."
"Baiklah!"
.
.
.
Haechan sepanjang perjalan bertanya-tanya mengapa mereka menggunakan mobil dengan bak terbuka dengan puluhan kardus memenuhi bagian belakang mobil.
Bukan, Haechan bukan malu atau apa. Ia hanya bingung dan Mark enggan menjawab kebingungan sang istri. Haechan yang melihat gelagat sang suami hanya bisa menghela nafas pasrah dengan muka tertekuk sedih.
Namun itu semua sirna saat mereka sampai di sebuah rumah sederhana dengan halaman luas dan penuh dengan anak-anak yang terlihat sedang bergotong-royong membersihkan rumah.
"Selamat pagi semua!!"
"Uncle Mark!!!!"
Haechan tertawa pelan saat Mark diserang dengan pelukan dari anak-anak disana. Haechan tersentuh saat melihat bagaimana Mark mengusak rambut anak-anak itu satu-persatu.
"Eii, ayo disapa dulu Paman yang berdiri disana."
Haechan tersenyum lalu melambaikan tangannya, "Hallo?"
"Hallo Paman!"
Haechan tersenyum saat mendengar balasan semangat dari anak-anak di depannya.
"Cha~~ Siapa yang mau membantu Uncle memanggil Ibu panti?"
"Seokhwa!!! Tunggu yaa Uncle!"
Haechan tertawa pelan saat melihat anak yang bernama Seokhwa berlari kedalam rumah, lucu sekali.
"Yang mau membantu Uncle dan Paman membawa hadiah?"
"AKU!!!"
Mark dan Haechan tertawa lalu mulai membagikan anak-anak itu beberapa barang yang mudah mereka bawa.
"Aku tak mengira hyung bisa seperti ini."
Mark tertawa mendengar ucapan Haechan. Pria tampan itu melirik kearah Haechan yang masih menatapnya.
"Ini belum seberapa, siapkan dirimu untuk terpesona olehku. Oke cantik."
Mark mengedipkan satu matanya kearah Haechan lalu berjalan memasuki rumah di depannya mengikuti anak-anak tadi dengan membawa 3 tumpukkan dus sekaligus.
Haechan menggelengkan kepalanya pelan lalu tertawa, "Dasar pria tampan yang sombong."
Haechan akhirnya ikut melangkahkan kakinya memasuki rumah di depannya dengan membawa sisa kardus yang belum terangkat.
Hanya satu kardus. Mark mana tega membiarkan istri manisnya membawa barang berat.
Haechan kembali tertawa. Ada-ada saja.
*******
Duh lama gak lanjutin ini😭
Ayo kita seneng-seneng dulu sebelum ber-bawang ria~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Aku Menutup Mata [MarkHyuck]
Historia CortaJudul lain: "Takdirku" Kau adalah bulan dan bumiku disaat aku menjadi langit dan mataharimu. Maka biarlah untain takdir menuntun kita pada benang merah kehidupan cinta abadi. MarkHyuck [Mark X Donghyuck/Haechan] BxB AU Inspirasi: Drama Korea "Bride...